Mang Anas
وَقَا لُوْا لَنْ يَّدْخُلَ الْجَـنَّةَ اِلَّا مَنْ كَا نَ هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ تِلْكَ اَمَا نِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَا تُوْا بُرْهَا نَکُمْ اِنْ کُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.’ Itu hanyalah angan-angan mereka. Katakanlah, ‘Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar." (QS. Al-Baqarah: 111)
Dalam ayat ini, Al-Qur’an mengoreksi klaim eksklusivitas keselamatan oleh agama tertentu, menegaskan bahwa keselamatan bukanlah milik segolongan manusia, melainkan bergantung pada dua prinsip universal yang dinyatakan dalam ayat berikutnya :
بَلٰى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهٗۤ اَجْرُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖ ۖ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan dia berbuat baik, maka dia mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah : 112)
Dua prinsip ini menjadi fondasi jalan keselamatan dalam Islam :
1. Menyerahkan Wajah kepada Allah (Islam al-Wajh)
Frasa مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ [ siapa yang menyerahkan wajahnya kepada Allah ] adalah ekspresi totalitas orientasi hidup. “Wajah” dalam bahasa Arab melambangkan identitas, arah, dan pusat kesadaran manusia. Maka, keselamatan dimulai dari ketundukan menyeluruh kepada Allah sebagai tujuan hidup.
Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-An’am : 79 :
اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ حَنِيْفًا وَّمَاۤ اَنَاۡ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
> "Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik."
2. Berbuat Ihsan (وَهُوَ مُحْسِنٌ)
Ihsan adalah inti spiritualitas Islam. Ia berarti melakukan kebaikan dengan kesadaran mendalam bahwa Allah senantiasa hadir. Ihsan menjadikan ibadah bukan sekadar ritual, tetapi kualitas batin yang membentuk karakter luhur dan perilaku welas asih.
Keduanya (Islam al-Wajh dan Ihsan) berpuncak pada satu kalimat suci yang menjadi kunci dalam seluruh gerak hidup seorang Muslim: Basmalah – Bismillahirrahmanirrahim.
Basmalah : Peta Jalan Menuju Keselamatan
Basmalah bukan hanya lafaz pembuka, tetapi merupakan peta maknawi perjalanan keselamatan spiritual dalam Islam. Ia memuat tiga inti ajaran :
a) بِسْمِ ٱللَّهِ — Dalam Nama Allah
Maknanya adalah segala perbuatan dimulai dengan kesadaran akan kehadiran dan tujuan Ilahi. Ini sejalan dengan QS. Al-An’am : 79 yang menyatakan :
> "Aku hadapkan wajahku kepada Allah..."
Ini adalah realisasi dari prinsip Islam al-Wajh — menjadikan Allah sebagai arah hidup.
b) ٱلرَّحْمَـٰنِ — Yang Maha Pengasih
Ini adalah pengakuan akan keuniversalan rahmat Allah. QS. Al-An’am : 162 memperjelas :
قُلْ اِنَّ صَلَا تِيْ وَنُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَمَمَا تِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
> "Katakanlah, "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,"
Segala aktivitas hidup menjadi sarana ibadah dan aktualisasi kasih sayang Tuhan.
c) ٱلرَّحِيمِ — Yang Maha Penyayang
Menutup Basmalah dengan sifat Ar-Rahim menandakan kasih sayang Allah yang personal dan berkelanjutan kepada mereka yang menyerahkan diri dan berbuat ihsan. QS. Al-An’am: 163 menyatakan :
لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚ وَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَ نَاۡ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ
> "tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama berserah diri (muslim)."
Penutup : Jalan Lurus Keselamatan
Dengan demikian, keselamatan dalam Islam bukanlah klaim kelompok atau warisan etnis. Ia adalah jalan batin yang ditempuh siapa saja yang:
1. Menyerahkan wajahnya kepada Allah — orientasi spiritual yang lurus dan ikhlas.
2. Berbuat ihsan — menghidupkan kasih sayang, keadilan, dan kesadaran ilahiah dalam tindakan.
Dan seluruh jalan itu dikunci dan dibuka oleh Basmalah, yang bukan hanya kata, tapi sistem nilai, peta spiritual, dan kerangka keberagamaan.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar