Halaman

Minggu, 24 Januari 2021

Lintasan Lintasan Hati

By Mang Anas

Lintasan Hati Bagian 1

 1.Al Hamdu :

Al Hamdu adalah seperangkat anugerah yang Allah swt berikan kepada manusia, baik yang berupa potensi yang ada di dalam diri ( potensi bawaan ) maupun potensi potensi yang berada diluar dirinya, seperti anugerah ditundukannya alam semesta, diutusnya nabi dan rasul serta diwariskannya petunjuk petunjuk ketuhanan sebagaimana yang tertera dalam kitab suci.

Dan nanti pada Yaumul Hisab, terhadap jiwa jiwa manusia,  anugerah " Al Hamdu " itulah yang akan ditanyakan dan dimintai pertanggung jawaban, untuk apa dipergunakan dan mengapa ?

2. Lafi Khusrin  :

Yaitu Orang yang Hatinya mati karena Jarang diasah, mereka tidak peka dalam melihat tanda tanda adanya kekuasaan Tuhan. Mereka punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat, mereka punya telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar dan mereka punya akal, mereka punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk berpikir dan mereka malas untuk merenung. Mereka itu buta, tuli dan bisu. Martabat mereka hina layaknya seekor keledai dan bahkan lebih hina lagi.

2. Ayat ayat yang berhubungan dengan Ar Rohman & Ar Rohim = Lahaula, Yagfiru liman yasa, Khayata dunnya laibun, 

a. Lahaula :

ini Ibarat Sumber Utama Tegangan atau Asal Muasal dari daya dan kekuatan atau ibarat mesin Pengisi Daya  atau Mesin Pembangkit Listrik yang bertegangan Tinggi  ----> Otoritas ini Mutlak hanya dimiliki Allah Swt.

b. Illah Billah :

Ibaratnya baterai dari sebuah HP, ia baru bisa memiliki daya hanya apabila terlebih dahulu mendapat limpahan daya dari sumber tegangan melalui proses  isi daya  ---> ini otonomi yang diberikan Allah swt kepada Manusia dan Jin ( otonomi terbatas ).

c. Yaghfiru liman yasa wa yuaddibu man yasa

    #  Yaghfiru liman yasa :

        ketentuan ini berlaku dimaqom asbab. 

    # wa yuaddibu man yasa

        ketentuan ini berlaku dimaqom tajrid.

d. Khayata Dunnya Laibun : 

Gurat takdir dan warna Kehidupan semua Mahluk sudah ditentukan oleh yang Maha Kuasa semenjak mereka masih berada di alam Al Hamdu ( Esensi Nur Muhammad )  ---> yaitu sebagian terbesar diletakan pada kodrat Ar- Rohman dan sebagian kecil diletakkannya pada kodrat Ar- Rohim, sebagian manusia ada yang ditempatkan ditempat yang jauh dariNya,  ada yang diletakan ditengah tengah atau  sedang ( gurat takdir Ar Rahman ), dan juga ada yang sengaja ditempatkan didekat diriNya ( gurat takdir Ar Rahim ). Tetapi hakekat dari semuanya itu adalah permainan atau " Laibun " dari sang Maha Rahman, yang tujuannya semata mata untuk menguji manusia. Seberapa besar kesungguhannya, seberapa tebal tekadnya, serta seberapa gigih usahanya untuk tetap istiqomah dijalan taat  dan upayanya dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Ini semua Ibarat permainan bola, semua pemain harus bermain diposisinya masing masing, dan mereka semua harus bertanggung jawab untuk bisa bermain cantik, bisa bertahan atau menyerang di atau dari zona pertahanannya masing masing.

Dengan demikian yg disebut dengan Maqom  Tajrid & Asbab itu tidak lain hanyalah permainan takdir yang sengaja dilekatkan oleh Ar Rahman kepada masing masing hambanya supaya mereka berusaha untuk bisa bermain secantik mungkin sesuai dengan bidang tugas dan pembagian fungsinya masing masing.

Dimata Tuhan ; Kaya atau Miskin, Susah atau Senang, Jelek atau Cantik,  Mulia atau Hina, Bodoh atau Pintar, Penguasa atau Rakyat biasa semua berkedudukan sama. Hanya tingkat ketaqwalah yang nantinya akan dilihat dan yang akan dinilai.  Siapa yang bisa bermain cantik di zonanya masing masing itulah yang disebut sebagai orang orang yang beruntung ( Mutaqin ), mereka itulah yang akan dibalasi dengan surga. Dan adapun mereka yang malas, yang lemah semangat dan tidak bersungguh sungguh dalam memainkan lakonnya itulah yang disebut dengan " khosirun " atau orang orang yang rugi.

Itulah sebenarnya hakekat hidup dan kehidupan itu, itulah rahasia permainannya. Maka bersabar dan bertahanlah serta bermainlah dengan sungguh sungguh sesuai dengan perannya masing masing,

-----♤♤♤------

Seri Pengetahuan ilmu Hakikat,

RAHASIA Surat AL - FATIHA : 

Hakikat dari surat al - Fatiha adalah Misteri Diri Manusia. Didalam surat al- Fatiha itu Allah Swt meletakkan tiga  buah rahasianya didalam diri manusia, yaitu :

A. Rahasia Asmanya 

B. Rahasia Takdirnya

C. Rahasia Jalan Menuju Diri-Nya.

♡ Didalam diri manusia itu Allah Swt meletakkan 48 Asma-Nya, yaitu Asma- asma yang dulu pernah diajarkannya kepada Nabi Adam AS.  Dengan 48 Asma itulah dahulu nabi Adam AS dibentuk oleh Allah Swt menjadi makhluk-Nya yang paling Sempurna [ Fi Ahsani Takwim ] sehingga kemudian sebagian besar para Malaikat dan Iblis serta mahluk - makhluk Tuhan lainnya diperintahkan -Nya supaya  bersujud, menghamba, dan menjadi palayannya. Rahasia Asma ini tersembunyi didalam kalimat "  Al Hamdu lillahi robbil 'alamim".

♡ Pada masing- masing diri manusia juga Allah Swt kemudian meletakkan takdirnya, yang tujuannya tidak lain adalah untuk menguji siapa diantara hambanya yang dapat memahami dengan benar siapa hakikat dirinya, untuk apa ia ada, apa peran yang harus dijalaninya dan bagaimana cara menjalankannya. Rahasia Takdir ini tersembunyi didalam kalimat  " Ar Rahman dan Ar Rahim ".

♡ Di dalam diri manusia Allah Swt juga menanamkan sebuah kompas dan peta jalan menuju diri- Nya. Pada peta jalan itu Allah Swt menggambarkan bahwa jalan menuju dirinya itu hanya akan bisa ditempuh lewat dua buah rute, yaitu " rute  Na'budu "  dan " rute  Nasta'in ".

Para hamba-Nya yang ditempatkan- Nya didalam garis takdir Ar Rahman maka baginya disediakan Rute Na' budu. Siapa saja yang oleh Allah Swt ditempatkan pada rute ini maka untuk bisa sampai kapada- Nya diperlukan kerja ekstra keras [ sebab garis takdirnya berada dimaqom kasbi ]. -------> inilah jalan bagi para Syuhada wa Solihin.

Adapun bagi para hamba yang  Allah Swt tempatkan didalam garis takdir Ar Rahim maka baginya disediakan Rute Nasta'in. Siapa saja yang oleh Allah Swt ditempatkan pada rute ini maka jalannya menuju diri-Nya akan dimudahkan karena Allah Swt menempatkannya dimaqom Tajrid. Terhadap kelompok ini Allah Swt meletakkan sebuah tugas, yaitu menjadi pembimbing rohani atas manusia.------> Inilah jalan bagi para Ambiya wal Mursalin serta kelompok Sidiqin [ para Mursyid ].

Kebalikan dari keduanya adalah jalan para hamba yang tersesat serta tidak dapat menemukan jalan pulang, yaitu mereka yang malah memilih jalan Tagut [ jalan Syetan ] yakni kelompok " Al Magdhub dan Ad Dholin ".  Karena mereka saat hidup didunia tidak kunjung dapat memahami siapa dirinya, untuk apa ia ada serta saat hidup didunia tidak dapat menjalankan perannya dengan benar. Pada dasarnya mereka ini adalah orang orang yang malas, yang terperdaya dan tersandra oleh nafsunya sendiri.


------♤♤♤ -------

Lintasan Hati Bagian 2

# Part 1

Fadzilah yang dianugerahkan kepada seorang hamba sebagai buah dari dzikir :

1. Dzikir Subkhanallah = anugerah ilmu, yaitu ilmu yang didapat sebagai buah dari ilham.

2. Dzikir Alkhamdulillah = anugerah Hikmah, yaitu kemampuan untuk memahami kesejatian dari segala sesuatu ( kasafy ) yang diimplementasikan sesuai dengan situasi dan kondisi.

3. Dzikir La ilaha illa Allah = anugerah Poros atau Pewaris, Yaitu pribadi hamba yang didudukan dalam posisi khalifah setelah dinyatakan lulus mengatasi segala bentuk ujian hidup [ berhasil menundukan hawa nafsu ].

4. Dzikir Allahu Akbar = anugerah Wadah, yakni berupa diluaskannya dada si hamba oleh Allah swt sehingga ilmu dan hikmah yang terkandung didalam al quran karim itu bisa masuk kedalam dadanya, kedua duanya dapat ditampung dan berhasil dikuasainya.


# Part 3

Makna Simbolis Dari Bangunan Kabah Yang Berbentuk Kubus : Memiliki 4 Sisi dan 4 Sudut

♤ 4 Sisi melambangkan unsur Dhohirnya Manusia yaitu  : Tanah - Air - Api dan Angin 

♤ 4 Sudut melambangkan unsur Batinnya Manusia yaitu : Akal - Nafs /Jiwa - Ruh dan Rasha

♤  Sari pati Tanah mewujudkan Akal, Saripati Air mewujudkan Nafs/ Jiwa, Saripati Api mewujudkan Roh dan Saripati angin mewujudkan Rasha.

♤ Komposisi dan Kombinasi dari ke - delapan Unsur Dhohir dan Batin manusia itu akan sangat mempengaruhi keadaan hati seseorang. Karena  hakekat dari Hati adalah wadah dari semua unsur nafsu. Bahkan bisa dikatakan bahwa hakekat dari hati adalah Nafsu itu sendiri.

# Jenis, Sifat, Corak, Warna, Watak dan Tabiat Nafsu yang ada didalam diri seseorang itu sangat dipengaruhi oleh sifat intraksi, kadar percampuran unsur unsur, kohesitas dan intensitas hubungan yang terjadi antar empat unsur dhohir dan batin tersebut diatas. Sifat hubungan itu sangat mirip dengan sistem Equalizer pada perangkat elektronik atau hukum elektroda dalam ilmu elektro atau Hukum Reaksi pencampuran dalam ilmu kimia. 

Dengan demikian maka yang disebut dengan Mujahadah atau perang melawan hawa nafsu itu pada hakekatnya adalah bagaimana upaya dan cara kita dalam menakar, meracik, mencampur unsur unsur, menyambung dan mengkombinasikan ke - empat unsur dhohir dan batin tersebut diatas sehingga menghasilkan susunan, komposisi dan kombinasi yang paling harmonis. Tetapi disinilah justru letak kerumitannya, karena komposisi unsur yang membentuk nafsu dalam diri setiap manusia itu kadarnya berbeda beda, kombinasinya juga cendrung unik, dan keragamannya mirip dengan sidik jari. 

Oleh karenanya agar upaya menundukan hawa nafsu itu bisa berhasil maka kita dituntut untuk terlebih dahulu dapat mengenali diri kita yang cendrung unik itu, selanjutnya perlu memahami seluk beluk Hawa Nafsu, baru kemudian kita bermujahadah, dengan banyak berdoa dan berdzikir kepada Allah Swt agar kita senantiasa mendapatkan bimbingan dan pertolongan - dariNya.  

Hakekat dzikir adalah men - thawafkan ke-delapan unsur tersebut diatas agar ia senantiasa bergerak mengitari inti hati ( Ka'bah didalam diri ), maka manakala kedelapan unsur itu terus menerus bergerak,  berputar dan berpusing mengikuti gerak thawaf dengan intensitas yang semakin naik, maka sebagai mana tehnik fusi dalam pemurnian atom lambat laun ke-delapan unsur itu akan akan mencapai titik kemurniannya. Inilah yang disebut dengan titik Nol, yaitu suatu keadaan dimana  setiap unsur atau anasir nafsu sudah mampu menyelaraskan dirinya secara sempurna dengan unsur unsur dan anasir lainnya. Maka dalam keadaan ini setiap unsur dan anasir dari nafsu itu telah mencapai titik keseimbangannya ( Mutmainnah ).


# Part 4

Bedaran lafadz Dhikir ; 

Laa khaula wala kuwwata illa billah = Nafsu Mutmainnah, yaitu Manunggalnya unsur Iman, Ikhtiar dan Sabar dalam 1 pribadi secara berkekalan.

# Part 5

Bedaran Maksud Ayat   مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ :

تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

" Diturunkan dari Rabbil 'alamiin. " - Al-Quran 56:80

Penjelasan :

تنزيل =   Cetak biru, Copy-an atau turunan    

من رب =  dari sistem alam semesta

Kata " Min Rabbil 'alamiin" Disini mengandung pengertian bahwa hakekat al quran itu sebenarnya merupakan copy atau cetak biru dari sistem alam semesta, oleh karenanya jika  manusia itu mampu merealisasikan nilai nilai isi kandungan al quran maka kehidupannya pasti akan bisa selaras dengan alam. Dan ia dipastikan akan bisa mengemban tugas ke khalifahannya.

# Part 6

Takwil Alif Lam Ro :

 الٓر ۚ تِلْكَ ءَايٰتُ ٱلْكِتٰبِ وَقُرْءَانٍ مُّبِينٍ

" Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi penjelasan. "- QS. 15 : 1

Makna Takwil  الٓر

تِلْكَ  = أ   -------->  dengan ini

ءَايٰتُ ٱلْكِتٰبِ = ل --------> kami jelaskan tanda - tanda kekuasaan kami baik yang dilangit maupun yang ada dibumi

 وَقُرْءَانٍ مُّبِينٍ = ر ------>  dan  tanda - tanda itu sesungguhnya dapat kamu lihat dengan jelas 


-------- ☆☆☆ ---------

Part 7

Takwil 

الٓمٓصٓ

"Alif Lam Mim Sad." -(QS. Al-A'raf 7: Ayat 1)

ال =  Al Quran ini adalah kitab yang diturunkan kepada 

م =  Muhammad dan para pewarisnya 

ص = Dengan cara di curahkan ke dalam dada Muhammad dan dada pewarisnya, agar dengan kitab itu mudah - mudahan engkau dapat menyadarkan orang orang kafir dan mengajari orang orang yang beriman supaya mereka lebih mengenal Allah dan lebih mendekat lagi kepada - Nya.

Dengan demikian subtansi makna dari   المص itu dijabarkan secara gamblang oleh ayat ke 2 : 

كِتٰبٌ أُنْزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِى صَدْرِكَ حَرَجٌ مِّنْهُ لِتُنْذِرَ بِهِۦ وَذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِينَ

Hai Muhammad dan para pewarisnya _   (Inilah) Kitab yang diturunkan kepadamu ; maka janganlah engkau sesak dada karenanya _ yang maksudnya janganlah engkau merasa enggan atau merasa keberatan saat diberi tugas,  _ dengan bekal kitab itu mudah - mudahan engkau dapat menyadarkan mereka _ orang orang kafir _ dan mengajari orang orang yang beriman _ supaya mereka dapat lebih mengenal Allah dan bertambah dekat dengan - Nya ." - (QS. Al-A'raf 7: Ayat 2

----- ♤♤♤ -----

Takwil Makna Simbol Huruf  طسٓ 

طسٓ  ۚ تِلْكَ ءَايٰتُ الْقُرْءَانِ وَكِتَابٍ مُّبِينٍ

"Tha Sin. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an, dan Kitab yang jelas," - ( QS. An-Naml 27: Ayat 1)

هُدًى وَبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِينَ

"petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman," - ( QS. An-Naml 27: Ayat 2)

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ بِالْأَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

"(yaitu) orang-orang yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, dan mereka meyakini adanya akhirat." - ( QS. An-Naml 27: Ayat 3)

Penjelasan Makna Takwil Huruf  طسٓ [ Gotong - Royong ].

ط  =   ۚ تِلْكَ ءَايٰتُ الْقُرْءَانِ وَكِتَابٍ مُّبِينٍ ♡ هُدًى وَبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِينَ

س =  الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ بِالْأَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

Dengan demikian makna dari huruf :

Huruf Tho_ ط _ = Adalah sebuah Kitab atau ayat - ayat Al Quran yang berfungsi sebagai petunjuk dan pembawa berita gembira bagi orang - orang yang beriman.

Huruf Sin _ س _ =  adalah tiga sifat atau tiga amalan yang menjadi ciri orang - orang yang beriman, yaitu mendirikan Shalat, menunaikan kewajiban zakat serta mereka sangat meyakini adanya kehidupan ahirat. 


Takwil  kalimat  عَرْشُهُۥ عَلَى الْمَآءِ

وَهُوَ الَّذِى خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُۥ عَلَى الْمَآءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا  ۗ وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَّبْعُوثُونَ مِنۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوٓا إِنْ هٰذَآ إِلَّا سِحْرٌ مُّبِينٌ

"Dan Dialah yang menciptakan langit dan Bumi dalam enam masa, dan 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada penduduk Mekah), "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati," niscaya orang kafir itu akan berkata, "Ini hanyalah sihir yang nyata."- (QS. Hud 11: Ayat 7)

وَكَانَ عَرْشُهُۥ عَلَى الْمَآءِ = Dapat diartikan, Allah itu bersemayam di hati [ Jiwa ], mengingat Air atau Maa itu sendiri adalah merupakan perlambang dari jiwa.



Rabu, 20 Januari 2021

Hikmah, Ilmu Yang Telah Menjadi " Laku "

 

MINGGU, 26 JANUARI 2020 | 14:15 WIB

Ulil Abshar Abdalla / Cendekiawan muslim


Tiap- tiap orang biasanya memiliki ayat favorit tertentu dalam Qur’an, sesuai dengan kecenderungan intelektual, spiritual, dan personalnya masing-masing.

Orang-orang yang menggemari “ilmu kanuragan”, tentu menghafal dengan baik ayat-ayat yang berkaitan dengan “kejadugan”.

Sementara orang-orang yang menggemari mistik atau ilmu tasawwuf, tentu akan menyukai ayat-ayat “mistikal”, misalnya ayat 24:35 dalam Surah al-Nur: Tuhan adalah cahaya langit dan bumi. Ayat ini ditafsirkan secara mistikal dan filosofis oleh Imam Ghazali (w. 1111) dalam kitabnya yang masyhur, Misykat al-Anwar.

Salah satu ayat favorit saya adalah QS 2:269: 

يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ

"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang berlimpah. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat."

Jika direnungi secara reflektif dan dengan menggunakan "mata rohani" yang tajam, ayat ini akan membawa kita kepada kebijaksanaan yang kita perlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Apa makna “hikmah" dalam ayat itu?

Ibn Rusyd, filsuf besar Muslim dari Andalusia (Spanyol) yang hidup di abad ke-12, menyepadankan "hikmah" dengan "falsafah" dalam pegertain yang dikenal di Yunani. Dan ini bukanlah sesuatu yang mengada-ada, sebab kata "sophia" dalam bahasa Yunani sepadan-semakna dengan "hikmah" (kebijaksanaan) dalam bahasa Arab.

Ayat dalam surah al-Baqarah itu, dalam pandangan Ibn Ruysd, bermakna: barangsiapa diberikan anugerah berupa "filsafat", maka ia akan mendapatkan kebaikan yang banyak. Tetapi, filsafat di sini harus dipahami dalam pengertian "hikmah" seperti akan saya jelaskan di bawah.

Al-Razi (w. 1209), seorang teolog dari abad ke-12 yang menulis tafsir massif "Mafatih al-Ghaib", menafsirkan hikmah di sini, antara lain, sebagai berikut: “al-takhalluq bi-akhlaqi Allah 'ala qadri al-thaqah al-basyariyyah”; berusaha untuk berakhlak sebagaimana akhlak Tuhan seturut dengan kemampuan manusia.

Dengan kata lain, hikmah adalah usaha manusia untuk meniru tindakan Tuhan, untuk mendekati sifat-sifat ketuhanan. Oleh karena itu, dalam tradisi filsafat Islam, seorang filsuf, alias seseorang yang mempelajari dan mempraktekkan hikmah dalam kehidupannya, biasa juga disebut sebagai "al-muta'allih", seseorang yang mencoba meniru dan mendekati sifat-sifar ketuhanan (“muta'allih" berasal dari akar kata "ilah" yang artinya: Tuhan).

Seorang filsuf besar Iran yang hidup hampir sezaman dengan Kiai Mutamakkin (Kiai Cebolek) dari Pati, yaitu Mulla Shadra (w. 1640), misalnya, disebut sebagai "shadr al-muta'allihin", seorang "muta'allih" (dalam pengertian: seorang bijak yang berhasil medekati sifats-sifat ketuhanan) yang paling terdepan.

Apa yang dikatakan baik oleh Ibnu Rusyd maupun al-Razi, walau diungkapkan dalam rumusan yang beda, pada dasarnya mengandung pengertian yang sama: hikmah adalah suatu kebijaksanaan yang lahir karena seseorang bertindak sesuai dengan ilmunya, dan dengan cara yang tepat, sesuai dengan siatuasi yang dihadapinya.

Tindakan yang tepat, bijak, sesuai dengan ilmu, sesuai dengan situasi yang ada sejatinya adalah "tindakan ketuhanan" itu sendiri. Itulah akhlak yang sejatinya akhlak. Seseorang yang medapatkan anugerah hikmah semacam ini, ia mendapatkan kebaikan yang berlimpah, sebagaimana diungkapkan dalam QS 2:296 itu.

Di sini, kita harus membedakan antara dua hal: "ilmu" dan "hikmah". Ilmu adalah sejenis informasi atau pengetahun yang bersifat "nadzari", teoritis, yang berhasil kita transfer ke dalam pikiran atau otak. Ilmu adalah suatu entitas atau keberadaan yang sifatnya "virtual"; dia hanya ada dalam fikiran, belum mengalami transformasi menjadi tindakan.

Sementara hikmah lain lagi: ia adalah ilmu yang sudah berubah menjadi laku, menjadi akhlak, menyatu dengan tubuh kita. Hikmah, kalau mau memakai bahasa dalam filsafat mutakhir, adalah “an embodied knowledge”, suatu pengetahuan yang sudah menyatu dalam tubuh kita.

Pengetahuan tentang bagaimana cara berenang yang tertuang dalam buku-buku mengenai "teknik renang" adalah ilmu. Tetapi teknik renang yang sudah menyatu menjadi bagian dari tubuh Michael Phelps, seorang jagoan renang Amerika yang masyhur itu, adalah "hikmah".

Teknik kungfu yang tertulis dalam buku adalah ilmu. Tetapi teknik kungfu yang sudah menyatu dalam tubuh seorang Bruce Lee adalah hikmah, karena ia telah menjadi “an embodied knowledge”, ilmu yang ditubuhkan.

Dalam pandangan filsuf Muslim klasik (dan pandangan serupa juga kita jumpai dalam tradisi filsafat Yunani), sumber kebahagiaan (al-sa'adah [Arab]; eudaemonia [Yunani]) bukanlah harta, atau bahkan ilmu dalam pengertian "pengetahuan teoritis" (al-'ulum al-nazariyyah), melainkan "hikmah", yaitu ilmu yang sudah menjadi "laku". Orang-orang Jawa sebetulnya memiliki istilah yang sangat bagus: ilmu dan "ngelmu".

Ilmu adalah pengetahuan sebatas sebagai informasi. Tetapi "ngelmu" adalah pengetahuan yang telah menyatu menjadi prilaku. “Ngelmu iku kalakone kanti laku,” demikian dikatakan dalam Serat Wulangreh karya Pakubuwono IV (w. 1820).

Ilmu yang tidak berlanjut menjadi "laku", menjadi panduan dalam prilaku hidup sehari-hari, dan berhenti hanya menjadi informasi yang ditimbun di kepala, akan mejadi sumber kesengsaraan.

Seseorang yang memiliki banyak informasi dan pengetahuan mengenai banyak hal, tetapi tidak bisa "meng-eksekusi" pengetahuannya itu, dia bisa mengalami frustrasi yang berat, bahkan depressi.

Ini terjadi pada banyak sarjana yang meraih pengetahuan berlimpah dari Barat, kemudian pulang ke tanah air, dan, karena satu dan lain hal, tidak bisa menerapkan ilmunya itu. Orang-orang seperti ini rentan mengalami tekanan mental yang akut.

Kebahagiaan yang tak ternilai bagi seorang yang memiliki ilmu adalah mendapatkan "panggung", kesempatan, lahan, "kavling sosial" untuk menerapkan ilmunya, untuk menerjemahkan ilmunya itu menjadi "laku", lalu melahirkan "hikmah".

Bagi saya, keistimewaan para kiai di pesantren-pesantren bukanlah karena banyaknya ilmu yang mereka kuasai, meruahnya kitab yang mereka koleksi dan pajang ruang tamu, melainkan kemampuan para kiai itu menjadikan ilmu yang mereka miliki sebagai "laku".

Dari segi ilmu, jelas para kiai itu kalah jauh dari para sarjana dan profesor yang mengajar di perguruan tinggi modern. Publikasi ilmiah para kiai di pondok-pondok itu jelas sangat minimal, jika malah bukan nihil sama sekali.

Tetapi, dari segi hikmah dan "laku", jelas para kiai itu jauh mengungguli para profesor di universitas-universitas modern. Sebab, para kiai ini tidak sekedar mempelajari ilmu sebagai “an exercise in intellectual luxury”, menjalani suatu kegiatan inelektual yang mewah. Bagi mereka, ilmu adalah langkah awal untuk menjadi seorang yang bijak.

Ilmu yang tertansformasi menjadi "laku" inilah yang membuat seseorang bisa memiliki “kualitas linuwih”. Di pesantren di daerah pantura Jawa Tengah, kualitas seperti ini disebut: "suwuk". Seseorang yang telah me-"lako"-ni ilmunya sepanjang hayat, ia akan bisa menjadi "guru" dalam pengertian "mursyid" (master) yang bisa dapat mengubah watak dan kepribadian orang lain, seperti tergambar dalam kisah Sunan Kalijaga yang berubah total, dari seorang yang berperangai buruk menjadi seorang wali, hanya gara-gara bertemu dengan sosok bijak, muta'allih, bernama Sunan Bonang.

Seorang "hakim" adalah seperti seseorang yang menguasai ilmu "alchemy" dalam pengertian tradisional. Sebagai disiplin ilmu, alkemi jelas sudah terdiskreditkan oleh penemuan kimia modern. Tetapi sebagai "ilmu rohani", alkemi jelas tidak bisa digantikan oleh ilmu yang terakhir itu.

Alkemi adalah ilmu yang dipercayai bisa mengubah logam biasa (misalnya besi) menjadi logam mulia (seperti emas). Seorang "hakim" yang "muta'allih" layaknya seorang ahli alkemi: dia bisa bertindak seperti Sunan Bonang itu, mengubah seseorang yang akhlaknya kasar, preman (persis dengan logam biasa – "besi") menjadi seseorang yang berakhlak mulia, seperti "emas".

Hikmah adalah ilmu yang bersifat transformatif, dia mengubah seseorang dari "logam biasa" menjadi "logam mulia", dari manusia biasa menjadi "insan kamil", manusia sempurna. Ini tidak terjadi pada ilmu yang berhenti menjadi pengetahuan teoritis belaka. Hikmah adalah ilmu yang mengalami transformasi menjadi laku, dan dari sanalah kebahagiaan memancar. 

( Ulil Abshar Abdalla / Cendekiawan muslim )


-----------♤♤♤---------------


Beberapa Catatan tentang pengertian Hikmah :

MERUJUK ke bahasa Arab, asalnya, kata hikmah punya beberapa arti (lafazh musytarak). Dalam Lisan al-Arab, Ibn Manzhur menyebut hikmah itu al-qadha, artinya memutuskan.

Sedang di al-Mu’jam al-Wasîth, hikmah berasal dari kata hakama, bermakna melarang atau menghalangi (mana’a). Hukum itu dikatakan tegak jika menghalangi seseorang berbuat kezhaliman.

Selanjutnya, hikmah juga bermaksud adil dalam memutuskan sesuatu. Hikmah adalah mengetahui hakikat segala sesuatu apa adanya, dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya (Mu’jam Taj al-Arus).

Hikmah Sakit dan Penggugur Dosa

Dalam Mafhum al-Hikmah fi al-Da’wah, Dr. Shaleh ibn Abdullah ibn Humaid menjelaskan, kata al-hikmah berasal dari kata al-hakamah. Yaitu tali kekang binatang yang dengannya orang bisa mengendalikan hewannya sesuai dengan keinginannya. Diharapkan, dengan hikmah, orang itu bisa terkendali dari akhlak-akhlak yang tidak terpuji.

Hikmah dalam al-Qur’an

Kata hikmah juga didapati dalam al-Qur’an. Sebut misalnya, “Dan yang telah diturunkan kepada kalian dari kitab dan hikmah untuk memberikan nasihat dan pengajaran kepadamu,” (QS. Al-Baqarah [2]: 231). Hikmah di sini bermakna nasihat, seperti dikatakan ar-Razi mengutip pendapat al-Muqatil. (Tafsir Mafatih al-Ghaib).

Hikmah juga bermakna pemahaman. Seperti ditunjukkan dalam ayat: “Dan Kami memberikan al-hikmah (pemahaman) kepadanya (Yahya) ketika dia masih kecil.” (QS. Maryam [19]: 12). Ibn Katsir menerangkan bahwa Kami memberikan kepada Yahya pemahaman, ilmu, kesungguhan memenuhi panggilan kebaikan dan konsisten atasnya (Tafsir al-Qur’an al-Azhim).

Makna hikmah selanjutnya adalah pengetahuan. Allah berfirman: “Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmah (ilmu dan pemahaman) serta kenabian.” (QS. Al-An’am [6]: 89). Prof. Wahbah az-Zuhaili mengatakan, al-hukma dalam ayat tersebut berarti ilmu yang bermanfaat dan pemahaman terhadap agama. (Tafsir al-Munir).

Hikmah juga bisa bermaksud kenabian (nubuwah). Firman Allah: “Sungguh Kami telah memberikan kitab dan hikmah (kenabian) kepada keluarga Ibrahim.” (QS. An-Nisa [4]: 54). Mufassir Abdurrahman as-Sa’di menerangkan bahwa Allah memberikan nikmat kenabian dan kitab kepada Ibrahim dan keturunannya. (Tafsir Karim ar-Rahman fi Kalam al-Mannan).

Hikmah Saat Diberi Ujian (1)

Makna yang sama terdapat dalam QS. Shad [38]: 20. Allah berfirman: “Dan kami berikan hikmah (kenabian) kepadanya serta kebijaksanaan dalam memutuskan.” Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan, hikmah artinya adalah kenabian dan ketepatan dalam segala perkara.

Makna berikut bisa dilihat di ayat yang lain. Allah berfirman: “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (perkataan yang tegas dan benar) dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl [16]: 125).

Terakhir, kata hikmah juga terdapat pada ayat: “Dia memberikan hikmah (kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syari’at Islam) kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak.” (QS. Al-Baqarah [2]: 269).

Dalam Tesis berjudul “Konsep Pendidikan Hikmah dalam al-Qur’an, UIKA Bogor 2016” Abd. Hafidh menyebut setidaknya ada 11 makna hikmah yang beririsan dalam al-Qur’an.

Pertama; kenabian dan kerasulan (an-nubuwah wa ar-risâlah),kedua; tafsir (takwil) al-Qur’an (tafsir al-Qur’an wa ta’wiluhu), ketiga; memahami rahasia dan detail-detail syariat Islam (al-ilm wa fahm ad-daqa’iq wa al-fiqh fi ad-din), keempat; mengetahui kebenaran dan mengamalkannya (ma’rifatu al-haq wa al-amalu bihi), kelima; amal shalih (al-amal al-shalih), keenam; menghalangi kezhaliman (man’u azh-zhulm), ketujuh; nasihat dan peringatan (al-wa’zhu wa at-tazkir), kedelapan; ayat-ayat al-Qur’an, perintah-perintah dan larangan-larangannya (ayat al-Qur’an wa awamiruhu wa nawahihi), kesembilan, kemampuan akal memahami hukum-hukum syari’ah (hujjatu al-aql ala wifqi ahkam al-syari’ah), kesepuluh; meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya (wadh’u asy-syai’ fi maudhi’ihi), kesebelas; mengerjakan apa yang semestinya dikerjakan, di saat dan momen yang tepat.*








Minggu, 17 Januari 2021

Waktu Shalat dan Makna - makna Simbolisnya

By Mang Anas

" Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." - Al-Quran 17:44

"Dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa, (dan sujud pula) bayang-bayang mereka, pada waktu pagi dan petang hari." - ( QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 15)



1. Waktu Dhuhur 

Simbol Rukun Shalat = Berdiri 

Makna   =   Al - Muraqabah &  Al - Qurb  perasaan diawasi & perasaan dekat )

Simbol huruf =   ا ( Alif ), yang artinya Bibit,  Kawitan, asal usul serta bekal. ا ( Alif )  juga bisa diartikan   وَأَقِيمُوا الصَّلَاة  yang artinya siapa menerima amanah, siap menerima perintah dan siap melaksanakan tugas tugas ke-khalifahan dimuka bumi sebagai amanah dan perintah dari Tuhan yang Maha Besar, Maha Agung dan yang Maha Tinggi.

Simbol Ayat :  

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ  ♡ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

" Segala puji bagi Allah, Tuhan ( yang telah mengamanatkan manusia untuk menjadi wakilnya dimuka bumi, dan yang telah menganugerahkan semua yang ada di ) semesta alam ( ini untuk dikelola oleh manusia agar digunakan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh )"  -  ( Tuhan yang ) " Maha Pemurah, yang Maha Penyayang " - Al-Quran 1: 2 - 3

Posisi Matahari = Matahari tegak lurus diatas kepala, pada saat itu Matahari pun berdiri, ia turut berdiri bersama orang orang yang mendirikan shalat dhuhur.

Konteks Ayat :  

 وَلَقَدْ مَكَّـنّٰكُمْ فِى الْاَ رْضِ وَجَعَلْنَا لَـكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَ  ۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

"Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." - (QS. Al-A'raf 7: Ayat 10)

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit 
dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) 
dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum 
yang berpikir”. (QS. al-Jaatsiyah; 45/13)

Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?" - Al-Quran 27:59

" Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)." - Al-Quran 27:60

" Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. " - Al-Quran 27:61

" Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). "- Al-Quran 27:62

Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). " -  Al-Quran 27:63

Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar".  -  Al-Quran 27:64

" Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa". -  Al-Quran 7:171

" Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", -  Al-Quran 7:172


2.  Waktu Ashar

Simbol Rukun Shalat =  Ruku 

Makna :    Al - Khauf wal al Raja' &  Al - Mahabbah  - ( harap harap cemas  & perasaan cinta )

Simbol huruf =    ر  atau  ( رَاكِعًا )  yang artinya mereka yang menyungkur , yang merunduk, yang melayani dan yang menyesali dosa dosanya dengan sungguh sungguh. Mereka yang memuji, mereka yang bersyukur, mereka yang berdoa dan yang memohon pertolongan dengan suara yang lembut. 

Simbol Ayat :   اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

" Hanya kepada Engkaulah kami menyembah ( akan senantiasa taat, mengabdi dan melayani, serta tunduk dan patuh dengan sepenuh hati ) dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan ". - (Al-Fātiḥah [1]:5)

Posisi Matahari = Matahari Condong, pada saat itu Matahari pun menunduk , ia ruku bersama orang orang yang mendirikan shalat Ashar

Konteks Ayat :   

" Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. " - Al-Quran 6:79

" Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. " -  Al-Quran 6:162

Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". - 
Al-Quran 6:163

3. Waktu Magrib

Simbol Rukun Shalat = Sujud 

Makna :   Al - Syauq & Al - Uns ( perasaan Rindu yang tak terperi & perasaan Tentram dihadirat - Nya )

Simbol huruf =  ه ( Ha ), yakni orang sudah sampai pada maqom Fana, ia telah meleburkan dirinya dengan Dzat yang dicintainya. Lebur luluhnya Rasha hamba kepada Asma, Sifat dan Dzat - Nya. Lebur selebur leburnya hingga tidak ada lagi yang tersisa dari dirinya dan Ia merasa tentram dihadirat - Nya, Maqom Fana billah.

Simbol Ayat  :    اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

" Bimbinglah kami ke jalan yang lurus ( yaitu leburnya rasha hamba kehadirat - Nya, maqom Fana Billah ), ". - (Al-Fātiḥah [1]:6)

Posisi Matahari =  Matahari Tenggelam ( Fana Billah ), pada saat itu Matahari dan Bulan sujud bersama, keduanya bersujud bersama orang orang yang mendirikan shalat Magrib.

Konteks Ayat  : 

" Hai jiwa yang tenang." -  Al-Quran 89:27

" Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya." - Al-Quran 89:28

" Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, " -  Al-Quran 89:29

" masuklah ke dalam surga-Ku. " - Al-Quran 89:30

4. Waktu Isya #)

Simbol Rukun Shalat = Duduk Tahiyat

Makna  :   Al - Musyahadah ( perasaan menyaksikan tuhan dengan mata hati )

Simbol huruf =   ذ ( Dhal ), atau  درجة   artinya adalah kedudukan atau pangkat, orang yang berhasil meraih dua kedudukan dan dua pangkat dan dua status sekaligus , yaitu status yang tinggi didunia dan diahirat . Pribadi yang teguh dan Istiqomah. Manusia yang telah teruji mampu menjalankan semua tugas dan titah dari Tuhan yang Maha Besar, Maha Agung dan MahaTinggi. Kepadanya Allah Swt  menyematkan pangkat,  ia mendudukan hambanya pada kedudukan yang Agung, yaitu maqom Khalifah yang bergelar عبدلله , dia lah Sang Pewaris dan yang menjadi wakil Tuhan dimuka Bumi. 

Simbol Ayat :    صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ 

" (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat ( orang orang yang telah engkau dudukan pada maqom khalifah, yaitu mereka yang telah mencapai maqom huruf Dal ), "  - (Al-Fātiḥah [1]:7)

Posisi Bulan =  Bulan tegak diatas kepala, pada saat itu bulan pun duduk, ia duduk Tahiyat bersama orang orang yang mendirikan shalat Isya.

Konteks Ayat :  Firman Allah Swt,

" Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi." - Al-Quran 19:56

" Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. "- Al-Quran 19:57

" Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis." -  Al-Quran 19:58

5. Waktu Subuh 

Simbol Rukun Shalat  = Salam 

Makna  :  Al - Yaqin  ( perasaan yakin kepada- Nya ).

Simbol huruf =  ش ( Shin ), atau  سلام yang artinya menyebarkan dharma,  menyebarkan kebaikan, birri wa takwa. Menyebarkan keselamatan, ketentraman, kedamaian dan keharmonisan dikalangan umat manusia dan kepada alam semesta ( misi rahmatal lil alamin ).  

Simbol ayat  :   غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

" bukan (jalan) mereka ( para pendahulu kami )  yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat ( maka bimbinglah kami ke kepada jalan yang ditempuh oleh Muhammad dan para pengikutnya yang setia , yaitu jalan salam, jalan yang bisa mengembalikan kami kepada fitrah ) " - (Al-Fātiḥah [1]:7)

Posisi bulan = Bulan hampir tenggelam dan Matahari akan segera terbit ( waktunya menjelang pergantian dari malam ke siang hari ), pada saat itu bulan dan matahari saling menyapa dan mereka berdua juga memberi salam kepada semua yang hidup bersama orang orang yang mendirikan shalat shubuh.

Konteks Ayat : 

" Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)." - Al-Quran 36:55

" Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan." -  Al-Quran 36:56

" Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta."  -  Al-Quran 36:57

" Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, " - Al-Quran 56:25

(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. -  Al-Quran 36:58


------------ ♤♤♤ -----------

#) Catatan : Terkait waktu pelaksanaan shalat Isya,  Imam Muslim meriwayatkan hadits sebagai berikut : " Lebih afdhal jika Shalat Isya itu dikerjakan di pertengahan atau sepertiga malam, karena pada suatu malam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat isya’ sehingga para shahabat berkata : ‘Wahai Rasulullah, para wanita dan anak-anak telah tidur, lalu beliau keluar dan shalat bersama mereka kemudian bersabda :

 إِنَّهُ لَوَقْتُهَا لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى 

' Sesungguhnya inilah waktu yang paling tepat (untuk shalat isya’) kalaulah tidak memberatkan umatku'.  [ Hadits Riwayat Muslim. Kitabul Masyajidi, bab Waktul isya’ wa takhiruka ] "

Kesimpulan :

# Hakekat Shalat adalah Proses pembentukan diri agar manusia mampu menjadi khalifah Tuhan dimuka bumi.

# Sejatinya shalat adalah ilmu " Brayan Urip " atau ilmu tentang tata cara bagaimana hidup bersama secara benar, baik, benar terhormat.

# Cahaya Matahari dan Bulan adalah simbol rohani alam semesta,  mereka senantiasa berdzikir dan bertasbih kepada Tuhan disepanjang waktu dan mereka selalu mengiringi shalat shalat kita dengan jiwa jiwa mereka. Mereka ikut berdiri, rukuk, duduk dan sujud bersama kita. Hanya saja kita tidak tahu tasbih mereka.

Semoga bermanfaat.

Indramayu, 17 Januari 2021