By. Mang Anas
Kisah Perjalanan Rohani seorang pencari :
يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَآءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ
"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 269)
A. Prolog
1. Dia lahir di Indramayu pada hari Ahad, 24 Oktober th 1965, tepat dua bulan setelah kedua orang tuanya pulang dari melaksanakan ibadah haji ditanah suci.
2. Merasakan Ikhsan.
Saat duduk di Kelas 4 SD
hingga kelas 3 SMP adalah masa - masa emas kerohaniannya. Baginya masa itu adalah masa yang spesial, karena ia dapat menjalin hubungan yang sangat intim dengan Tuhannya. Fenomena itu disebutnya sebagai peristiwa ikhsan yang berkesinambungan. Karena apa yang dirasakannya itu mirip dengan apa yang digambarkan dalam hadits Jibril AS berikut ini,
"Dari Umar bin Khathab Radhiyallahu'anhu berkata : Suatu ketika, kami duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan berambut sangat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan ia letakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya.........Selanjutnya ia berkata : “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, yakinlah bahwa sesungguhnya Dia melihatmu.” [HR Muslim]
3. Tiga Orang Nabi dan Umar bin Khatab RA.
Saat duduk dikelas 2 SMP dia mengalami satu peristiwa mimpi dimana
dalam mimpi itu ia didatangi oleh tiga orang nabi secara bersamaan, ketiga beliau
itu adalah
- Nabi Yahya AS [ berdiri paling depan ]
- Nabi Zakaria AS [ berdiri dibelakang nabi Yahya AS ]
- Nabi Saleh AS [ berdiri dibelakang nabi Zakaria AS ]
Dalam mimpi itu mereka bertiga beruluk salam dan dia pun menjawab
salam mereka serta berjabat tangan. Sesaat kemudian dalam kondisi mereka bertiga yang masih dalam posisi berdiri itu dia mendudukkan dirinya dilantai, dan sesaat setelah itu dia melihat Nabi Yahya AS itu
mengayunkan tangan kanannya.
Anehnya [ katanya ] dari tangan beliau itu keluar sebaris cahaya, dan sebaris cahaya yang keluar dari tangan beliau itu kemudian berubah bentuk menjadi sebuah ayat :
وَسَلٰمٌ
عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ
يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا
"Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya,
pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali." (QS.
Maryam 19: Ayat 15)
Tiga bulan setelah peristiwa itu dia pun kembali bermimpi,
kali ini dia bermimpi didatangi sahabat nabi yang mulia, Umar bin Khatab RA.
Kala itu dia bertemu beliau didepan sebuah masjid, lalu oleh
beliau kedua pundaknya dipegang, untuk kemudian diajaknya masuk kedalam masjid.
Didalam masjid itu dia dengan Sahabat Umar RA duduk saling berhadapan dan kala
itu Umar RA mengutarakan keinginannya untuk mengajarinya sesuatu, tetapi waktu itu beliau menetapkan syarat harus mendapatkan ijin dulu dari Kyai-nya, [ Almarhum KH. Fathoni Ali, Kyai sepuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin
Cirebon yang waktu itu masih hidup. Semoga Ridho Allah bersamanya].
Sesaat setelah itu ia pun diajaknya untuk menemui
Kyai-nya, dan ia ingat betul bahwa disepanjang jalan menuju ke rumah KH Fathoni
Ali itu tangannya terus digandeng oleh tangan Sahabat Rasul yang Mulia itu, atau lebih tepatnya dia berjalan dengan dituntun oleh beliau.
Sesampainya dirumah Kyai Fathoni, beliau pun lantas mengutarakan
keinginannya dan sekaligus meminta ijinnya untuk mengajari dia sesuatu, hanya saja saat itu kyai- nya ternyata belum mengijinkan. Alasannya, dia masih
terlalu kecil dan dalam pandangannya itu belum saatnya.
Sehubungan dengan hal itu, maka pada malam itu beliau [ Umar bin Khatab RA ] berkata kepada - nya, “ Nak, sehubungan Kyai mu belum mengijinkan maka saya belum bisa mengajarimu sesuatu “. Sesaat setelah
itu lalu dia pun terbangun dari mimpi spritualnya....
4. Masa Kelam
Kelas 2 SLTA adalah
masa - masa paling kelam dalam kehidupan kerohaniannya, sebab mulai saat itu dirinya telah berubah menjadi seorang Agnostik. Penyebabnya, karena semenjak kelas 2 SMA itu dia terlalu
banyak memanjakan pikiran dan logika liarnya. Waktu itu porsinya dalam membaca buku- buku terkait filsafat dan pemikiran memang terlalu banyak bahkan boleh dibilang ekstrim [ sehari antara 6 - 8 jam ]. Buku - buku yang terkait dengan filsafat dan pemikiran, buku buku sejarah, kitab suci agama - agama dan theologi perbandingan adalah buku buku yang paling sering dibacanya. Selanjutnya adalah karya karya sastra, karya karya ilmiah dibidang biologi dan astronomi serta banyak lagi yang lainnya.
Tetapi meskipun saat itu dia sudah menjadi seorang
Agnostik, anehnya setiap kali dia berdoa, doa – doanya itu selalu saja dikabulkan, dan bahkan dikala didalam doa itu Tuhan dia tantang, seperti dengan ungkapan " Tuhan, jika engkau memang ada, tolong saya Tuhan...!!! Ternyata dengan cara berdoa yang seperti itupun doa doanya dikabulkan dan bahkan kontan, pertolongan Tuhan itu segera datang bahkan hanya dalam hitungan detik. Keadaan itu [ Agnostik ] terus berlangsung hingga dia tamat perguruan tinggi.
Pasca lulus dari perguruan tinggi dia pun segera mendapat pekerjaan, dan dia pun merasa bersyukur karena semenjak itu kehidupan rohaninya sudah mulai beranjak normal, dalam pengertian dia bisa kembali menjalankan syariat agama sebagaimana umumnya orang. Hanya saja keberagamaannya waktu itu hanya baru sebatas menjalankan kewajiban, dan sifatnya masih dohiriyah.
________♤♤♤_________
B. Inilah Kisah Lengkap Tentang Perjalanan Rohaninya berdasarkan Penuturannya sendiri ................ :
5. Musim semi Rohani.
Pada bulan Mei 2019 [ saat itu usia saya sudah 54 th ] saya bertemu seseorang, dan lewat pertemuan itu Tuhan memang bermaksud memanggil saya kembali. Orang itu rupanya dijadikan alat dan perantara bagi Tuhan untuk menyapa saya, lalu melaluinya saya didudukkan kembali agar berada didekatnya. Sebagaimana dulu saat saya masih menjadi seorang anak dan pada awal masa remaja.
Saya masih ingat, dalam pertemuan itu darinya saya mendapat nasihat tentang dasyatnya kematian, utamanya tentang fenomena sakarotul maut yang bakal dialami
oleh setiap orang.
Waktu itu beliau menasehati saya :
1. Orang Yang Terlalu Mendewakan Akal
Bahwa saya adalah tipikal orang yang terlalu mendewakan
akal dan itu tidaklah baik.
2. Ternyata Penguasaan Ilmu itu Tidak Ada Hubungannya dengan Kekhusyuan Hati dan Tingkat Keimanan Seseorang.
Bahwa menurut beliau bekal ilmu saya [ bekal ilmu ilmu dohir ] sebenarnya sudah
cukup, dan pada saat itu juga beliau menasihati saya hendaklah " berhenti membaca buku dan mulai lebih banyak menggunakan waktunya untuk lebih
memperhatikan hati. Sebab bekal ilmu yang telah saya dapat dari hasil membaca beribu - ribu buku itu menurutnya terbukti
tidak bisa mengubah apapun, serta tidak dapat menuntun saya kepada keimanan atau membuat hati saya menjadi lebih khusyu kepada Allah ".
3. Harus Berlatih Dzikir
Bahwa seyogyanya hati itu harus terus dilatih dan
dibiasakan dengan banyak melakukan dzikrullah, mulai sekarang juga. Katanya, “
mumpung kamu masih diberi waktu dan masih diberi kesempatan untuk hidup “.
Selanjutnya beliau juga berujar bahwa, “ kondisi hati seseorang itu akan
sangat menentukan baik dan buruknya nasib seseorang pada saat menghadapi azal
dan kematian. Jika semasa hidup hati itu tidak dibiasakan dengan dzikrullah ,
maka bisa dipastikan saat kematian
tiba....orang itu akan dibuatnya sulit untuk mengingat Allah, deraan rasa sakit yang
tidak tertanggung yang dialami seseorang saat merasakan sakarotul maut akan memaksa orang itu lupa kepada Allah, seluruh
perhatiannya akan tertuju hanya pada rasa
sakit itu. Dan jika itu yang terjadi maka itu menjadi pertanda bahwa dia mati dalam keadaan shuul
khotimah, Naudzu billahi mindalik. Jangan sampai itu terjadi pada diri sampean ".
Lalu ujarnya lagi “ Tetapi bagi mereka yang sudah
membiasakan dzikir dan yang hatinya selalu tersambung kepada Allah, maka Allah akan menghilangkan sebab dari semua rasa sakit itu, dan itu akan membuatnya sangat tenang saat menghadapi sakaratul maut, sehingga pada moment yang paling genting itu hatinya akan dapat terus fokus memandang wajah Allah. Maka bagi hamba yang wafat atau meninggal dalam keadaan seperti itu datangnya kematian justru merupakan
rahmat, dan bukan musibah “.
Nasehat itu terasa sangat masuk....dan itu cukup membuat saya hati tergetar, maka semenjak itu saya pun mulai memikirkan nasihatnya.
Singkat Cerita, setelah perjumpaan dengan orang itu [ Mei
2019 ], mulai pertengahan Juli 2019 saya pun mulai merasakan banyak kejadian
aneh.
Jika saya shalat maka pada rokaat pertama dan kedua [ sesudah
bacaan al fatiha ] tanpa sadar selalu saja saya membaca surat An- nas, dan itu
terjadi disemua shalat saya, mulai dari shalat duhur hingga subuh. Termasuk
juga dalam shalat shalat sunah, dan itu berlangsung terus menerus selama
sebulan penuh [ mulai pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus 2019 ]. Waktu
itu Lidah saya memang sepertinya dikondisikan untuk tidak diijinkan membaca surat- surat yang lainnya, karena bila
saya telah ada dalam kondisi shalat, maka selain suratul Fatiha dan surat An -Nas surat - surat al Quran yang lainnya
itu tidak bisa saya ingat sama sekali.
4. Merasakan Keganjilan
Merasakan keganjilan itu pada ahirnya saya berpikir,
mungkin apa yang dikatakan bapak yang
saya temui kemarin itu benar benar sebuah panggilan Allah. Maka ahirnya sayapun
memutuskan untuk bersilaturahim kerumah beliau dan menyatakan ingin mendapatkan
bimbingan rohani dari beliau, tepatnya itu terjadi pada Hari Sabtu, 23 Agustus
2019.
Waktu itu saya menuturkan kepada beliau bahwa saya ingin
taqarub, dan ingin dekat kembali kepada Tuhan, sebagaimana masa kecil saya
dahulu. Satu penggalan masa dimana saya pernah merasa begitu dekat dengan
Tuhan. Masa itu sekalipun berlangsung sangat singkat [ cuma 5 tahun _ dari
kelas 4 SD hingga kelas 3 SMP ] tetapi sangat membekas. Intinya saya merindukan
masa itu kembali, dan sangat menginginkannya.
5. Amalan Dzikir Khofi
Dari beliau saya mendapatkan arahan untuk mengamalkan
dzikir khofi. Dengan aturan, dzikir tidak usah dihitung hitung dan sayapun diminta untuk mendzikirkan
lafad - lafad dzikir [ lafad apa saja ] yang muncul dari lubuk hati. Katanya : " Biarlah nanti hati
yang akan membimbing dzikir dzikir kamu, dengan cara itu mudah - mudahan kamu akan bisa lebih
cepat menemukan " ismu a'dhom " mu sendiri.
Dan sayapun ahirnya mempraktekkan apa apa yang diarahkannya.
6. Hakikat dari Kalimat " Subkhanallah wal Hamdulillah ".
Pada bulan desember 2019, saat dzikir bakda maghrib saya mendapati fenomena Sirr dan penglihatan untuk pertama kalinya, dalam peristiwa itu saya mendapati bahwa Hakikat dari kalimat " Subkhanallah wal Hamdulillah " itu sekalipun secara lahiriyahnya nampak seperti berbeda tetapi substansi dari keduanya adalah sama, atau hakikatnya tunggal. Dalam penglihatan rahsa atau Sirr itu saya juga mendapati bahwa ternyata dua kalimat itu berada
dalam satu biji yang sama. Keduanya adalah ilmu dan amal [ akhlak ]. " Subkhanallah " itu adalah hakikat dari ilmu dan juga hakikat dari syahadat tauhid [ lailaha ilallah ] dan " Alhamdulillah " itu adalah hakikat dari akhlak atau amal, atau hakikat dari syahadat rasul [ wa ashadu anna Muhammada rasulallah ] dua hal yang seharusnya memang harus bisa bersatu dan disatukan dalam pribadi setiap manusia, sebab keterpisahannya adalah berarti sebuah bencana bagi manusia baik didunia maupun diahirat.
7. Fenomena Kata " AHAD " dan Mencari " AS - SOMAD " [ Pengajaran Surat AL IKHLAS ].
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَآئِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِىَ بِإِذْنِهِۦ مَا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ عَلِىٌّ حَكِيمٌ
"Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana." (QS. Asy-Syura 42: Ayat 51)
Peristiwa itu terjadi pada bulan yang sama, yakni Desember 2019 [ tepatnya 3 bulan setelah saya menjalani laku rohani ]. Dalam dzikir bakda maghrib.
Datangnya peristiwa petunjuk itu berlangsung seperti drama dalam sebuah film, dan saya dalam peristiwa itu disamping lebur, juga merasa seperti terjun dalam sebuah lakon drama dan sekaligus menjadi aktornya.
Dalam peristiwa itu saya mendapati petunjuk :
1. Bahwa makna dari kalimat " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " itu bukan Allah itu satu, bukan pula Allah itu Maha Esa tetapi Allah itu Sendirian ".
Bahwa pada saat saya mendzikirkan surat al - Ikhlas, pertama - tama apa yang saya lihat dan alami adalah ternyata kata " أَحَدٌ " dalam kalimat " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " itu nampak seperti terpisah dari kalimat induknya [ هُوَ اللَّهُ ], dan kata " أَحَدٌ " itu dalam pandangan mata batin saya justru nampak seperti tengah bertengger kira - kira setinggi dua atau tiga depa didepan kepala saya. Dan ketika " tangan rohani atau hati saya " itu saya gerakan untuk mencoba meraihnya ternyata kata " أَحَدٌ " itu tidak dapat saya sentuh sama - sekali dan apalagi untuk meraihnya. Dua kali sudah saya mencoba menggapainya [ dengan tangan rohani saya ] tetapi ternyata kedua- duanya gagal.
Lalu pada kali yang ketiga, kata " أَحَدٌ " yang hendak terus saya raih itu, tiba - tiba saja meluncur dari arah depan dan dengan sekonyong - konyong menerjang dada saya sehingga seluruh organ tubuh yang ada didalam dada saya itu secara kontan dan serentak membunyikan lafadz dzikir : " Ahad, Ahad, Ahad....". Kejadian itu berlangsung beberapa menit lamanya.
Selepas itu, kalimat " Ahad, Ahad, Ahad...." yang tadi di dzikirkan oleh semua organ tubuh yang ada didalam dada itu kemudian berubah menjadi semacam kekuatan energi yang memenuhi seluruh dada dan kepala saya.
Selepas itu saya pun mendapati sebuah dawuh [ penjelasan ] yang disampaikan lewat rahsa [ yang bukan berupa huruf atau suara ] bahwa makna hakiki dari kalimat " قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ " itu :
" bukan Aku itu
satu, bukan pula Aku itu Maha Esa tetapi Aku itu Sendirian ". [ Dudu Isun Kuh Siji, Dudu Isun Kuh Maha Esa, tapi Isun Kuh Dewekan ]
2. " اللَّهُ الصَّمَدُ " : Mencari Aku itu jangan kemana - mana. Carilah Aku itu ke dalam hatimu sendiri
Selanjutnya saya mendapati petunjuk berikut saat men- dzikirkan kalimat " اللَّهُ الصَّمَدُ ". Dan sebagaimana yang terjadi pada peristiwa yang pertama, kali ini pun saya mendapati diri saya lebur dalam lakon sebuah drama.
Pada saat saya mendzikirkan kalimat " اللَّهُ الصَّمَدُ ", kata " الصَّمَدُ " yang ada pada kalimat " اللَّهُ الصَّمَدُ " itu tiba - tiba saja hilang dari pandangan mata saya [ pandangan mata hati tentunya ]. Oleh karenanya maka saya pun berusaha untuk mencarinya.
Mirip lakon pada sebuah drama, maka untuk menemukan " الصَّمَدُ " itu ahirnya saya pun mencarinya keluar rumah. Pertama - tama saya mencari " الصَّمَدُ " itu kehalaman samping kanan rumah saya, dan disana ternyata saya tidak menemukan " الصَّمَدُ ", maka saya pun melanjutkan pencarian itu kehalaman belakang, tetapi disana saya juga tidak menjumpai " الصَّمَدُ ". Lalu saya pun kembali mencarinya kehalaman samping kiri rumah saya, lalu kehalaman depan. Tetapi lagi - lagi saya tidak mendapati " الصَّمَدُ " itu berada disana.
Maka setelah sekian lama berputar - putar dan saya tidak dapat menemukannya, ahirnya saya pun memutuskan untuk masuk kembali ke dalam rumah saya itu lewat pintu depan. Tetapi yang membuat saya kaget, begitu saya membuka pintu, ternyata sosok " الصَّمَدُ " yang dari tadi saya cari - cari itu " berada persis dibalik pintu itu " dan dengannya hampir - hampi saja saya bertabrakan.
Sesaat setelah peristiwa hampir bertabrakan itu saya pun kembali mendapatkan Dawuh [ petunjuk ] :
" Mencari Aku itu jangan kemana - mana, carilah Aku itu kedalam hatimu sendiri
" [ Gulati Isun kuh aja mendi - mendi, Isun kuh ana ning jerone atine ira ].
Lalu Dia pun melanjutkan kata - katanya dengan kalimat bahwa : " Al
Ikhlas itu adalah jalan kamu " [ Al Ikhlas iku dalane Ira ].
◇Mohon untuk dipahami bahwa sosok yang saya maksudkan disini adalah sosok dalam pengertian Dzati. Sosok itu meskipun dikenali keberadan-Nya, dan juga dirasakan kehadiran-Nya, bahkan Ia pun berkata - kata tetapi wujud dan bentuknya sama sekali tidak akan dapat kita lihat, dan kata - katanya hanya bisa kita dengar dan pahami lewat rahsa [ hakikatnya tidak ada bahasa, huruf atau pun suara ]. Itulah penjelasan sosok yang saya maksudkan dalam peristiwa itu. Terasa tidak akan pernah memadai jika harus digambarkan lewat kata atau pun tulisan. Sulit sekali.
◇Dari kejadian itu saya dapat memetik hikmah dan kesimpulan bahwa dengan peristiwa itu Allah Swt sebenarnya hendak menunjukan kepada saya bahwa titian tangga kerohanian saya menuju kehadirat -Nya adalah lewat Ajaran Martabat Tujuh sebagaimana yang terkandung didalam surat Al - Ikhlas. Adapun tangga titian Martabat Tujuh itu adalah sebagai berikut :
a. Tiga Martabat Ilahiyah
1. 'Alamul Ahadiyah
2. 'Alamul Wahdah
3. 'Alamul Wahidiyah
◇ Ke- tiga Martabat tersebut diatas disebut Isi.
b. Empat Martabat Makhluk
4. 'Alamul Arwah
5. 'Alamul Mitsal
6. 'Alamul Ajsam
7. 'Alamul Insanul Kamil
◇ Ke-empat Martabat tersebut diatas disebut Kosong.
Adanya tiga Martabat Ilahiyah itu ditandai dengan simbolisasi dari usaha saya dalam meraih kata " أَحَدٌ " itu dilakukan hingga sebanyak tiga kali. Dan adanya empat martabat makhluk itu ditandai dengan simbolisasi jumlah usaha saya dalam mencari sosok " الصَّمَدُ " itu sebanyak empat kali di ke empat sisi rumah saya. Sedangkan apa yang saya temukan berada dibalik pintu itu [ الصَّمَدُ ] adalah simbolisasi atau metafor dari 'Alamul Wahidiyah [ Alam Ilmu dan Pengetahuan : Iqro dan Al Qolam ] yang dikemudian hari pada ahirnya ternyata saya alami sendiri lewat peristiwa mimpi. Dan adapun kata " أَحَدٌ " yang menerjang dada adalah simbolisasi dari kudratullah, dimana fenomena Musyahadah, Mukasyafah dan Al -Qolam itu tidak akan bisa terjadi kecuali jika memang Allah sendiri yang menghendaki.
8. Fenomena " Kembang dalam Surat Al Fatiha ".
Sebulan kemudian, tepatnya pada bulan Januari 2020 saya kembali mengalami fenomena rahsa lainnya, yaitu " Fenomena Al Fatiha “. Hal Itu
terjadi saat saya dzikir bakda shalat duhur.
Dalam peristiwa itu saya mendapati surat al Fatiha sebagai
sebuah " kembang yang sangat indah ". Sedemikian indahnya kembang itu
sehingga kalimat dan diskripsi apapun tidak akan dapat menggambarkan
keindahannya.
Lagi lagi saya merasa diri saya betul betul lebur dalam
fenomena itu.
Dengan peristiwa itu ahirnya saya mengerti, kenapa kalimat
kalimat Al Quran itu berapa kalipun orang membacanya tidak pernah membosankan,
ia selalu saja terasa indah dan
mempesona. Ternyata hakikat jiwa dari Al Quran itu adalah seperti sebuah
kembang yang sangat mempesona dan hakikat dari kembang yang sangat mempesona
itu adalah ruh dari kitab Zabur.
◇Dengan peristiwa itu semoga saja Allah Swt berkenan memberi saya anugerah Warid berupa ilmu dan hikmah : yang bersumber dari al Qu'ran, serta memberi saya pengajaran tentang makna- makna hakikat yang terkandung didalamnya.
9. IQRA dan Al Qolam : Pengajaran Lewat Mimpi.
a. Bermula dari Rasa Rindu yang Meluap - luap.
Peristiwa itu
terjadi pada bulan Pebruari 2020. Masa masa itu adalah masa dimana saya banyak sekali
menangis, dan hati saya mudah sekali tersentuh. Dalam dzikir saya menangis, mendengar khotbah saya
menangis, dalam shalat saya menangis, dan bahkan setiap kali saya membaca quran sulit rasanya bagi saya menahan diri supaya tidak menjerit dan tersedu - sedu menangis, sujud dan tersungkur. Rasa rindu saya kepada Tuhan saat itu begitu
meluap - luap.
RINDU ku
By. Mang Anas
Tidak ada lagi HURUF
Tidak ada lagi SUARA
Hanya Isak Tangis
dan Belitan Rasa Haru
Lalu
ku tilik
ke dasar hati
Terus ....
Terus ....
Terus ....
hingga ke relung Hati
Yang ku jumpai adalah DIA
Ada DIA
Hanya DIA
DIA
Tidak ada yang selain DIA
DIA lah Sumber Rindu
dan Isak Tangis itu
DIA lah pusat Magnet dan Getar Hati itu
DIA lah yang telah Menjalarkan angan
ke dalam Hati ku
DIA meliputkan Rasa Haru,
DIA mendatangkan Rasa Rindu,
dan
DIA lah yang telah Memeras Air Mata ku
Wahai Robb ...
Duhai Sang Kekasih
Untuk apa KAU betot hatiku
Jika hanya membuatku terperangkap dalam Rindu
Indramayu, 19 Februari 2020
b. Sepuluh Hari Tidak Dapat Tidur
Dan dalam kondisi jiwa yang seperti itu, sepuluh hari sepuluh
malam saya seperti dipaksa untuk tidak bisa tidur walaupun hanya sekejap.
Sebab setiap kali saya hendak terlelap untuk tidur maka selalu saja tubuh
saya ini seperti tengah diangkat oleh seseorang lalu hendak ditaruh ditepi pantai, tepat dibatas antara tepian ombak dan bibir pantai. Dan setiap kali hal itu terjadi tentu membuat saya kaget. Kejadian itulah yang memaksa saya tidak lagi melanjutkan tidur. Dan itu berlangsung terus - menerus hingga selama 10
hari 10 malam.
وَالْفَجْرِ
"Demi fajar
[ demi ilmu yang akan Tuhan ajarkan ] ,"
وَلَيَالٍ عَشْرٍ
"demi malam yang sepuluh
[ demi malam malam yang akan membentuk dan mengkondisikan jiwamu berada dalam kesadaran fitrah ],"
وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
"demi yang genap dan yang ganjil
[ demi dua anugerah hikmah dan demi satu anugerah hikmah yang akan Aku ajarkan ] ,"
وَالَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
"demi malam apabila berlalu
[ demi datangnya waktu sahur ]."
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 1 - 4)
-------☆-------
يٰٓأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
"Wahai jiwa yang tenang !"
[ wahai hati yang berada dalam kesadaran fitrah ]
ارْجِعِىٓ إِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
"Kembalilah kepada Tuhanmu
[ untuk menerima pengajaran dan anugerah ilmu dari-Nya ]
dengan hati yang rida dan diridai-Nya."
فَادْخُلِى فِى عِبٰدِى
"Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku
[ yang menerima bimbingan dan pengajaran langsung dari-Ku ],"
وَادْخُلِى جَنَّتِى
"dan masuklah ke dalam surga-Ku
[ segeralah menyelam kedalam samudra ilmu dan pengetahuan- Ku ] ."
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 27 - 30)
Gambar : Tujuh Macam Pengajaran Ilmu Sirr
c. Peristiwa Mimpi Pada Malam Kesebelas : " Pengajaran dua Hikmah "
Lalu di malam yang kesebelas, tepatnya sekitar pukul 02.30 wib dini
hari barulah saya bisa tidur. Dan dalam tidur itu " Subkhanallah " saya mendapati kenyataan diri saya bermimpi. Dan itu ternyata adalah sebuah mimpi pengajaran.
Saya mendapati diri saya tiba - tiba berada disebuah
tempat, dan di tempat itu selain alas duduk yang terbuat seperti dari " batu pualam " saya tidak menjumpai ada apapun juga. Disana saya tidak melihat adanya langit, bulan, bintang dan matahari, juga tidak ada pohon, tidak ada rumput,
tidak ada angin dan juga tidak ada bangunan.
Tetapi meskipun disana saya tidak mendapati adanya matahari, namun tempat itu keadaannya cukup terang. Terang yang sejuk serta tidak
menyilaukan mata. Berada ditempat itu hati terasa sangat tenang, nyaman dan damai luar biasa.
Ditempat itu saya mendapati diri saya seperti tengah duduk bersebelahan tetapi sekaligus juga terasa seperti tengah duduk berhadap - hadapan dengan satu eksisten yang sangat ghaib. Saya mengenali eksisten itu seperti tepat ada didepan saya
tetapi anehnya sama sekali saya tidak dapat melihat-Nya. Saya hanya sanggup mengenali
keberadaan eksisten itu dengan dan hanya didalam rahsa saya.
لَّا تُدْرِكُهُ ٱلْأَبْصَٰرُ وَهُوَ يُدْرِكُ ٱلْأَبْصَٰرَ
وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang
Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui. [ QS.6:103 ]
Malam itu Dia mengajari saya dua hal, dan proses pengajaran
itu dilakukan-Nya dengan bahasa rahsa [ Sirr ], singkatnya antara rahsa dengan rahsa. Sebab disitu
memang tidak sedikit pun saya mendapati ada kata dan suara. Yang saya rasakan saat
itu adalah seperti fenomena pandang - memandang dan saya menyaksikan [ didalam
rahsa saya ] bahwa Dia seperti tengah berkata kata kepada saya tetapi tidak mempergunakan suara, Dia seperti tengah mengajarkan sesuatu kepada saya tetapi tidak menggunakan sebuah bahasa, namun anehnya saya bisa mengerti dan dapat memahami secara gamblang semua yang disampaikan-Nya.
Isi pengajaran malam itu adalah ;
1.Tentang " Urip Sejati Lan Sejatine Urip " [ Hakikat Hidup dan Hakikatnya Kehidupan ].
2.Tentang " Kebenaran Sejati Lan Sejatine bener " [ Kebenaran Hakikat dan Hakikatnya benar ].
Dihadapan saya eksisten yang sangat ghaib itu pun kemudian mulai
membahas dan menjelaskan satu demi satu topik - topik yang diajarkan-Nya. Mulai dari definisinya, pokok substansinya hingga contoh - contoh kasusnya.
Satu hal yang sampai sekarang masih saya ingat adalah, gaya penyampaiannya
sungguh sangat mempesona. Seumur hidup saya belum pernah mendapati
seorang pun manusia yang memiliki kemampuan mengajar dan menjelaskan sesuatu
seperti caranya.
Satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa isi substansi
dari materi yang diajarkannya itu betul betul sangat langka dan baru sama
sekali. Ia mengajarkan kepada saya hal hal yang sama sekali belum pernah saya ketahui,
hal hal yang sama sekali belum pernah saya dengar, hal hal yang belum pernah dikatakan orang. Hal hal yang tidak akan pernah kita dapati ada tertulis didalam buku - buku dan kitab yang manapun juga. Dan bahkan hal - hal yang
tidak mungkin manusia pernah membayangkan atau memikirkannya.
Substansi materi dari pengajaran itu dan juga caranya dalam menyampaikan sungguh luar biasa sekali, saking luar
biasanya sampai - sampai hati saya tidak bisa berkata lain, kecuali " Oooh, Oooh,...dan Ooooh " disepanjang proses pengajaran.
Semua substansi materi yang disampaikan-Nya pada malam itu dapat saya pahami dengan jelas sekali. Dan saking jelasnya sampai – sampai saya merasa tidak perlu lagi bertanya.
Diperhadapkan dengan ilmu-Nya yang luar biasa tinggi, agung dan sangat asing itu saya merasa diri saya benar benar bodoh - sebodoh – bodohnya, dungu- sedungu dungunya.
Ilmu yang dulu saya pernah peroleh dan kuasai dari ribuan buku yang pernah saya pelajari, dan dari jutaan halaman pernah
saya baca. Ternyata dihadapan-Nya, ilmu dan pengetahuan yang saya kuasai itu tidak ada artinya sama sekali. Disana diri saya hanyalah sebutir debu, dan bahkan berjuta juta kali lebih kecil dari itu.
Merenungkan peristiwa itu saya teringat dengan fenomena firman Allah dalam surat Al-'Alaq berikut ini :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,"
خَلَقَ الْإِنْسٰنَ مِنْ عَلَقٍ
"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia."
الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
"Yang mengajar (manusia) dengan pena [ Al- Qolam ]."
عَلَّمَ الْإِنْسٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
"Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
كَلَّآ إِنَّ الْإِنْسٰنَ لَيَطْغٰىٓ
"Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas,"
أَنْ رَّءَاهُ اسْتَغْنٰىٓ
"apabila melihat dirinya serba cukup."
إِنَّ إِلٰى رَبِّكَ الرُّجْعٰىٓ
"Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu)." (QS. Al-'Alaq 96: Ayat 1- 8)
Keterangan : Dalam bagan diatas dijelaskan bahwa Al Qolam itu berada diatas Arasy dan merupakan hakikat dari Nur Muhammad.
d. Peristiwa mimpi pada malam yang ke dua belas : " Pengajaran Tentang Alam Semesta ".
Pada malam yang ke 12, kembali saya mendapati diri saya baru
bisa tidur lagi lagi sekitar pukul 02.30 dini hari. Dan kali inipun kembali
saya mendapatkan mimpi, ditempat yang sama dengan Dia yang sama. Hanya saja
kali ini materinya berbeda. Yakni tentang " Alam Semesta "
Sosok Ghaib yang keberadaannya hanya dapat saya kenali lewat
rahsa [ Sirr ] itu kali ini mengajari saya tentang Alam Semesta, tujuan dari
keberadaannya, misteri hukum hukum yang berjalan dibalik keseimbangan dan
kesempurnaannya serta hubungan fungsinya satu sama lain serta sekian banyak
manfaat dari keberadaan mereka bagi kehidupan manusia.
Bagi saya itu sungguh sebuah pengetahuan yang sangat
menakjubkan. Apa yang dijelaskannya itu tidak akan bisa kita dapati dibalik halaman
buku buku fisika, buku buku biologi, dan buku buku astronomi yang manapun juga.
Tidak ditimur tidak juga di barat.
Satu hal yang berbeda dari mimpi saya pada malam yang ke 12
ini dibanding mimpi saya pada malam sebelumnya [ yaitu pada malam yang ke 11 ] adalah,
bahwa sebelum saya benar benar terbangun dari mimpi [ terjaga dari tidur ] saya
sempat berdiri terlebih dahulu dan kemudian saya sempat berbalik [ membalikkan
badan ] serta memandang kearah yang lain, dan karena waktu itu saya merasa
seperti sedang berada diketinggian, maka secara refleks saya pun ahirnya mengarahkan
pandangan mata saya kebawah, dan apa yang saya lihat itu :
" Subkhanallah.....sungguh menakjubkan
Tampak dalam pandangan mata saya [ mata batin ]. ....sebuah Fenomena Black Hole [ Lubang Hitam ] yang mana di sekeliling Pusaran Energi dari Lubang Hitam itu milyaran bintang - bintang berpusing mengelilinginya. Mirip dengan fenomena orang - orang yang sedang bertawaf bergerak mengelilingi ka'bah.
Dan anehnya lagi fenomena Black Hole itu ternyata keberadaannya ada jauh dibawah
tempat kaki saya berdiri. Ia berada nun jauh disana, milyaran kilometer
dibawah tempat saya berdiri.
Ukuran benda benda langit itu saat saya pandang dari atas
sana mirip dengan saat kita memandang benda benda langit itu dari bumi.
Jadi entah malam itu saya sedang ada dimana, dan jika tempat
saya berdiri itu pantas disebut sebagai langit, maka saya tidak tahu itu di
lapis langit yang keberapa, sebab Sosok yang sangat ghaib yang malam itu
mengajari saya Hakikat “ Alam Semesta “ tidak
menjelaskannya, dan dalam mimpi itu saya memang tidak memilki sama sekali
keinginan untuk bertanya.
Satu peristiwa penting lainnya lagi yang malam itu masih dapat
saya ingat adalah :
1. Sesaat setelah saya berdiri dan membalikkan badan, tiba –
tiba keluar dari dalam dada saya empat macam benda. Ke-empat macam benda itu
setelah satu per satu keluar dari dada, mereka terbang, meluncur ke bawah untuk
kemudian bergabung dan menyatukan dirinya dengan milyaran bintang yang tersedot
oleh pusaran Black Hole itu [ misteri yang hingga kini
saya belum tahu apa maknanya ].
2. Sesaat sebelum saya terbangun dari mimpi menakjubkan itu
dari Sang Guru Ghaib itu saya mendapat pesan terahir : " Allah menciptakan setiap benda
berpasang - pasangan, dan pada setiap benda Allah ciptakan dua unsur, yaitu
unsur lahir dan unsur batin, termasuk pada benda benda mati ".
Itulah fenomena rohani yang pernah saya alami yang terkait
dengan fenomena pengajaran ilmu pengetahuan lewat peristiwa mimpi.
10. Ada banyak lagi mimpi - mimpi saya yang lainnya setelah
peristiwa itu. Beberapa diantaranya adalah
1. Saya pernah bermimpi membaca sejilid " Al Qur'an dengan
Terjemahan Hakikat "
2. Saya juga pernah bermimpi mendapat pengajaran " Makna huruf huruf atau Ilmu huruf "
3. Didalam mimpi saya juga pernah melihat diri saya sendiri tengah membaca buku - buku yang berisi " Asma -asma " didalam sebuah ruang perpustakaan yang ternyata ruang perpustakaan itu berada didalam dada saya sendiri. Dan anehnya antara diri saya yang melihat dengan diri saya yang dilihat [ tengah berada didalam ruang perpustakaan ] itu sama- sama membaca buku yang sama, tema yang sama, halaman yang sama, dan kalimat yang sama. Serta kami berdua [ diri saya yang melihat dengan diri saya yang dilihat ] itu sama - sama merasa mendapatkan pemahaman yang persis sama......"
Gambar : Rentetan Pengalaman Perjalanan Rohani Yang Dialami oleh Seorang Salik.
Gambar : Peristiwa Rohani Berada di jendela Muhammad [ Titik Khidir]
_________♤♤♤ _________
" Jika kiamat telah dekat maka hampir-hampir mimpi seorang muslim tidak dusta, orang yang paling benar mimpinya adalah yang paling benar dalam berkata, dan mimpi seorang muslim adalah satu dari empat puluh enam bagian kenabian " [ HR. Ahmad No.10185, Abu Daud No.4365, Muslim No.4200 , Bukhari No.6499 , Ibnu Majah No.3907, Tirmidzi No.2215, Darimi No.2051 ]
“Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya [ isyarat ] ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan. Kebalikannya adalah mimpi di waktu petang atau awal waktu malam.” [ Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin, juz 1, hal. 76 ]
Sebenarnya masih ada banyak lagi peristiwa mimpi mimpi rohani yang dialaminya tetapi belum sempat ia ceritakan atau tuliskan. Tetapi biarlah ceritanya untuk sementara saya tutup dulu hingga disini. Mudah mudahan kisah ini cukup menggugah dan dapat memotivasi banyak orang agar mulai lebih memperdulikan hatinya serta tidak lagi menganggap bahwa " laku dzikir atau laku rohani itu sebagai hal yang identik dengan bau mistik, kesaktian, ilmu pengobatan dan per- dukunan, serta hal - hal yang berbau kurang sedap lainnya ".
Wasalam