Halaman

Minggu, 31 Oktober 2021

Contoh Metode Takwil Hurufi Untuk Membedah Makna Kata Dalam Al Qur'an

By. Mang Anas


Dibawah ini adalah contoh Makna Takwil Hurufi : 


A. Takwil  حم

حمٓ

"Ha Mim." (QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 1)

تَنْزِيلُ الْكِتٰبِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

"Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 2 )


1. Makna dari Huruf ح adalah " Kitab yang diturunkan  kedalam dada Muhammad [ محمد ]  =  تَنْزِيلُ الْكِتٰبِ .

Huruf ح Adalah simbol dari Hati [ alam bawah sadar ] manusia yang terletak didalam Dada. 

2. Adapun makna dari Huruf م adalah ilmu dan rupa rupa petunjuk " dari Allah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana  =  مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ. 

Huruf م adalah Simbol dari kepala [ Akal dan Pikiran ] Manusia yang terletak dikepala.

3. Kodrat dari Huruf ح adalah merupakan elemen Air [ Jiwa Manusia ], sedangkan kodrat dari huruf م adalah dari elemen Tanah [ Akal Pikiran ]. " Dengan demikian kata حم juga dapat diartikan sebagai Kitab wahyu yang diterima oleh محمد dan ditujukan kepada manusia supaya kitab itu dicerna dengan sungguh sungguh lewat Akal dan hatinya ". Dan Dalam surat ini Allah Swt berkali kali mendorong manusia untuk memberdayakan dengan sungguh sungguh dan seoptimal mungkin, potensi akal dan hatinya guna memahami keberadaan dan kesejatian DiriNya.


B. Takwil  الٓر

الٓر  ۚ تِلْكَ ءَايٰتُ الْكِتٰبِ الْحَكِيمِ

"Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang penuh hikmah." (QS. Yunus 10: Ayat 1)


ال =   ۚ تِلْكَ ءَايٰتُ الْكِتٰبِ

ر  = الْحَكِيمِ

Jadi makna  الٓر adalah ,

ال = Inilah ayat ayat al Quran

ر = Yang penuh dengan hikmah

-----♡♡♡------


C. Pemaknaan Hurufi terhadap QS. Yunus 10: Ayat 2


أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَآ إِلٰى رَجُلٍ مِّنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوٓا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ  ۗ قَالَ الْكٰفِرُونَ إِنَّ هٰذَا لَسٰحِرٌ مُّبِينٌ

"Pantaskah manusia menjadi heran bahwa Kami memberi wahyu kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan." Orang-orang kafir berkata, "Orang ini (Muhammad) benar-benar pesihir."(QS. Yunus 10: Ayat 2)


1. Takwil kata النَّاسَ 

Penjelasan dari kata   النَّاسَ  pada surat Yunus ayat 2 diatas adalah firman Allah berikut ini : 

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ  ۖ وَاعْلَمُوٓا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." (QS. Al-Anfal 8: Ayat 24)


Dalam kata  النَّاسَ,  Manusia itu dilambangkan dengan huruf Nun _ ن , sedangkan huruf Alif Lam atau _ ال itu melambangkan manusia yang sudah terdiri dari Jiwa [ ا ] dan Raga [ ل ]. Adapun huruf Alif [ ا ] yang diletakan setelah Nun [ ن ] adalah pertanda dari adanya "  batas " atau hijab yang dipasang didalam diri manusia, sebagaimana disinggung pada QS.Al - Anfal 8: 24 diatas :  " dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya ". 

Huruf  Sin_ س yang diletakan diahir kata adalah perlambang dari komponen batin yang ada didalam diri manusia yang terdiri atas Akal, Jiwa dan Ruh. Itulah bedaran kata النَّاسَ berdasar makna dari huruf - hurufnya.


2. Takwil kata  عَجَبًا

Huruf  ع yang tampak seperti mulut yang menganga itu melambangkan keta'juban orang orang kafir terhadap datangnya wahyu kepada Muhammad SAW, huruf Za_ ج melambangkan adanya sesuatu yang dipendam didalam dada orang - orang kafir yaitu berupa rasa keheranan yang luar biasa _  mereka berada dalam posisi tidak bisa menolak kebenaran wahyu itu tetapi juga tidak dapat menerimanya dengan lapang dada karena berkecamuknya berbagai kepentingan di dalam dada mereka, seperti nasib kota mekah yang akan sepi dan takut tidak lagi akan didatangi peziarah dari seluruh jazirah arab jika semua berhala yang ada di dalam ka' bah itu dihapus dan dihancurkan. Adapun huruf Ba _ ب  yang diletakan setelah huruf ج _ dalam kata عَجَبًا itu adalah lambang dari adanya kepercayaan yang ditanamkan oleh nenek moyang yang ada sebelum mereka, yaitu penyembahan terhadap berhala, kepercayaan itu masih mengendap begitu kuat di alam pikir bawah sadar mereka, dan mereka masih menganggap bahwa berhala - berhala itu dapat mengantarkan hajat mereka kepada Allah, yaitu huruf Alif  _ ا  , Tuhan Ibrahim asal nenek moyang mereka.


3. Takwil kata  وَبَشِّرِ

و = Manusia yang menyampaikan

ب = Kebenaran Wahyu

ش =kepada Orang orang yang beriman

Huruf Sin dengan titik tiga diatasnya _ ش adalah melambangkan Akal, Jiwa dan Ruh yang ketiganya telah mendapatkan anugerah hidayah iman.

ر =  Hamba atau orang yang hatinya telah tunduk


4. Takwil kata  ءَامَنُوٓا

أ = Tuhan

م = Yang Mengenali  

ن = Manusia 

Jadi  _ امن  adalah manusia yang dapat mengenali keberadaan Tuhannya


Sabtu, 30 Oktober 2021

Dampak dari menyantap makanan yang tidak dibarengi dengan kesadaran akan Allah.

By. Mang Anas


Allah Swt menciptakan setiap benda itu berpasang - pasangan, dan bahwa setiap benda itu memiliki dua unsur yaitu unsur dohir dan unsur batin, termasuk juga pada benda benda mati seperti halnya makanan dan minuman. Maka pada apa yang nampak dari makanan dan minuman yang biasa kita santap itu terdapat didalamnya unsur yang tidak nampak dan itu disebut sebagai esensi setan dari makanan [zat redikal bebas ]. 

Jenis makanan apapun jika pada saat kita menyantapnya tidak dibarengi dengan kesadaran akan Allah, maka itu akan membuat hakikat dari sifat sifat setan yang melekat pada makanan itu [ yaitu sifat - sifat liar, buas dan tamak ] menjadi tidak terseterilkan.  

Oleh karena itu jika kita menyantap makanan atau minuman tanpa terlebih dahulu menghadirkan Tuhan didalam kesadaran kita maka perbuatan memakannya itu sama saja dengan membiarkan esensi  setan [ zat redikal bebas ] yang terdapat  pada makanan dan minuman itu masuk seluruhnya kedalam tubuh kita tanpa filter sama sekali. 

Dengan demikian hakikat dari hadirnya kesadaran ilahiyah pada saat kita menyantap suatu makanan itu tujuannya tidak lain adalah untuk menstrerilkan sifat - sifat setan yang melekat pada makanan itu.

Selanjutnya janganlah kita berlebih -  lebihan dalam hal makan dan minum, sebab sikap berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum  itu sama dengan  kita sedang menumpukan sifat - sifat setan itu kedalam diri kita hingga melebihi ambang batas yang bisa ditoleransi. Sebagaimana firman - Nya,


يٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوٓا  ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 31)

وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُۥ لَفِسْقٌ  ۗ وَإِنَّ الشَّيٰطِينَ لَيُوحُونَ إِلٰىٓ أَوْلِيَآئِهِمْ لِيُجٰدِلُوكُمْ  ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ

"Dan janganlah kamu memakan suatu makanan tanpa kesadaran akan Allah [ yang telah mengkaruniakan makanan itu sebagai rejeki buatmu ], perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan itu akan membisikkan kepada kawan-kawannya [ yaitu nafsu Amaroh dan nafsu Lawwamah yang didalam diri kamu ]  agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka  tentu kamu telah menjadi orang musyrik [ yaitu kesadaranmu tidak lagi tinggal bersama Allah ]." (QS. Al-An'am 6: Ayat 121)

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 172)

وَلَقَدْ مَكَّنّٰكُمْ فِى الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعٰيِشَ  ۗ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

"Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 10)

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ  ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim 14: Ayat 7)


Penting untuk dicatat, bahwa pengetahuan ini hanya bisa didapat melalui jalan kasyaf, tanpa itu pengetahuan kita hanya akan berkutat pada hal hal yang sifatnya dohiriyah.

Semoga tulisan ini dapat menumbuhkan kesadaran kita semua terkait pentingnya menghadirkan kesadaran ilahiyah terlebih dahulu sesaat sebelum kita menyantap makanan dan minuman.

Jumat, 29 Oktober 2021

IQRO dan Al Qolam : Pengajaran Yang Diterima Lewat Mimpi

By. Mang Anas

Kisah Perjalanan Rohani seorang pencari : 

يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَآءُ  ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا  ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ

"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 269)

A. Prolog

1. Dia lahir di Indramayu pada hari Ahad, 24 Oktober th 1965, tepat dua bulan setelah kedua orang tuanya pulang dari melaksanakan ibadah haji ditanah suci.

2. Merasakan Ikhsan.

Saat duduk di Kelas 4 SD  hingga kelas 3 SMP adalah masa - masa emas kerohaniannya. Baginya masa itu adalah masa yang spesial,  karena ia dapat menjalin hubungan yang sangat intim dengan Tuhannya. Fenomena itu disebutnya sebagai peristiwa ikhsan yang berkesinambungan. Karena apa yang dirasakannya itu mirip dengan apa yang digambarkan dalam hadits Jibril AS berikut ini,

"Dari Umar bin Khathab Radhiyallahu'anhu berkata : Suatu ketika, kami duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan berambut sangat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan ia letakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya.........Selanjutnya ia berkata : “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, yakinlah bahwa sesungguhnya Dia melihatmu.” [HR Muslim]

3. Tiga Orang Nabi dan Umar bin Khatab RA.

Saat duduk dikelas 2 SMP dia mengalami satu peristiwa mimpi dimana dalam mimpi itu ia didatangi oleh tiga orang nabi secara bersamaan, ketiga beliau itu adalah

-  Nabi Yahya AS [ berdiri paling depan ]

-  Nabi Zakaria AS [ berdiri dibelakang nabi Yahya AS ]

-  Nabi Saleh AS [ berdiri dibelakang nabi Zakaria AS ]

Dalam mimpi itu mereka bertiga beruluk salam dan dia pun menjawab salam mereka serta berjabat tangan. Sesaat kemudian dalam kondisi mereka bertiga yang masih dalam posisi berdiri itu dia  mendudukkan dirinya dilantai, dan sesaat setelah itu dia melihat Nabi Yahya AS itu mengayunkan tangan kanannya.

Anehnya [ katanya ] dari tangan beliau itu keluar sebaris cahaya, dan sebaris cahaya yang keluar dari tangan beliau itu kemudian berubah bentuk menjadi sebuah ayat :

وَسَلٰمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

"Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali." (QS. Maryam 19: Ayat 15)

Tiga bulan setelah peristiwa itu dia pun kembali bermimpi, kali ini dia bermimpi didatangi sahabat nabi yang mulia, Umar bin Khatab RA.

Kala itu dia bertemu beliau didepan sebuah masjid, lalu oleh beliau kedua pundaknya dipegang, untuk kemudian diajaknya masuk kedalam masjid.

Didalam masjid itu dia dengan Sahabat Umar RA duduk saling berhadapan dan kala itu Umar RA mengutarakan keinginannya untuk mengajarinya sesuatu, tetapi waktu itu beliau menetapkan syarat harus mendapatkan ijin dulu dari Kyai-nya, [ Almarhum KH. Fathoni Ali, Kyai sepuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yang waktu itu masih hidup. Semoga Ridho Allah bersamanya].

Sesaat setelah itu ia pun diajaknya untuk menemui Kyai-nya, dan ia ingat betul bahwa disepanjang jalan menuju ke rumah KH Fathoni Ali itu tangannya terus digandeng oleh tangan Sahabat Rasul yang Mulia itu, atau lebih tepatnya dia berjalan dengan dituntun oleh beliau. 

Sesampainya dirumah Kyai Fathoni, beliau pun lantas mengutarakan keinginannya dan sekaligus meminta ijinnya untuk mengajari dia sesuatu, hanya saja saat itu kyai- nya ternyata belum mengijinkan. Alasannya, dia masih terlalu kecil dan dalam pandangannya itu belum saatnya.

Sehubungan dengan hal itu, maka pada malam itu beliau [ Umar bin Khatab RA ] berkata kepada - nya, “ Nak, sehubungan Kyai mu belum mengijinkan maka saya belum bisa mengajarimu sesuatu “.  Sesaat setelah itu lalu dia pun terbangun dari mimpi spritualnya....

4.  Masa Kelam

Kelas 2 SLTA adalah masa - masa paling kelam dalam kehidupan kerohaniannya, sebab mulai saat itu dirinya telah berubah menjadi seorang Agnostik. Penyebabnya, karena semenjak kelas 2 SMA itu dia terlalu banyak memanjakan pikiran dan logika liarnya. Waktu itu porsinya dalam membaca buku- buku terkait filsafat dan pemikiran memang terlalu banyak bahkan boleh dibilang ekstrim [ sehari antara 6 - 8 jam ]. Buku - buku yang terkait dengan filsafat dan pemikiran, buku buku sejarah, kitab suci agama - agama dan theologi perbandingan adalah buku buku yang paling sering dibacanya. Selanjutnya adalah karya karya sastra, karya karya ilmiah dibidang biologi dan astronomi serta banyak lagi yang lainnya. 

Tetapi meskipun saat itu dia sudah menjadi seorang Agnostik, anehnya setiap kali dia berdoa, doa – doanya itu selalu saja dikabulkan, dan bahkan dikala didalam doa itu Tuhan dia tantang, seperti dengan ungkapan " Tuhan, jika engkau memang ada, tolong saya Tuhan...!!! Ternyata dengan cara berdoa yang seperti itupun doa doanya dikabulkan dan bahkan kontan, pertolongan Tuhan itu segera datang bahkan hanya dalam hitungan detik.  Keadaan itu [ Agnostik ] terus berlangsung hingga dia tamat perguruan tinggi.

Pasca lulus dari perguruan tinggi dia pun segera mendapat pekerjaan, dan dia pun merasa bersyukur karena semenjak itu kehidupan rohaninya sudah mulai beranjak normal, dalam pengertian dia bisa kembali menjalankan syariat agama sebagaimana umumnya orang. Hanya saja keberagamaannya waktu itu hanya baru sebatas menjalankan kewajiban, dan sifatnya masih dohiriyah.

________♤♤♤_________

B. Inilah Kisah Lengkap Tentang Perjalanan Rohaninya berdasarkan Penuturannya sendiri ................ :

5. Musim semi Rohani.

Pada bulan Mei 2019 [ saat itu usia saya sudah 54 th ]  saya bertemu seseorang,  dan lewat pertemuan itu Tuhan memang bermaksud memanggil saya kembali.  Orang itu rupanya dijadikan alat dan perantara bagi Tuhan untuk menyapa saya, lalu melaluinya saya didudukkan kembali agar berada didekatnya. Sebagaimana dulu saat saya masih menjadi seorang anak dan pada awal masa remaja.

Saya masih ingat, dalam pertemuan itu darinya saya mendapat nasihat tentang dasyatnya kematian, utamanya tentang fenomena sakarotul maut yang bakal dialami oleh setiap orang.

Waktu itu beliau menasehati saya :

1. Orang Yang Terlalu Mendewakan Akal

Bahwa saya adalah tipikal orang yang terlalu mendewakan akal dan itu tidaklah baik.

2. Ternyata Penguasaan Ilmu itu Tidak Ada Hubungannya dengan Kekhusyuan Hati dan Tingkat Keimanan Seseorang.

Bahwa menurut beliau bekal ilmu saya [ bekal ilmu ilmu dohir ] sebenarnya sudah cukup, dan pada saat itu juga beliau menasihati saya hendaklah " berhenti membaca buku dan mulai lebih banyak menggunakan waktunya untuk lebih memperhatikan hati. Sebab bekal ilmu yang telah saya dapat dari hasil membaca beribu - ribu buku itu menurutnya terbukti tidak bisa mengubah apapun, serta tidak dapat menuntun saya kepada keimanan atau membuat hati saya menjadi lebih khusyu kepada Allah ".

3. Harus Berlatih Dzikir

Bahwa seyogyanya hati itu harus terus dilatih dan dibiasakan dengan banyak melakukan dzikrullah, mulai sekarang juga. Katanya, “ mumpung kamu masih diberi waktu dan masih diberi kesempatan untuk hidup “.

Selanjutnya beliau juga berujar bahwa, “ kondisi hati seseorang itu akan sangat menentukan baik dan buruknya nasib seseorang pada saat menghadapi azal dan kematian. Jika semasa hidup hati itu tidak dibiasakan dengan dzikrullah , maka bisa dipastikan saat kematian  tiba....orang itu akan dibuatnya sulit untuk mengingat Allah, deraan rasa sakit yang tidak tertanggung yang dialami seseorang saat merasakan sakarotul maut akan memaksa orang itu lupa kepada Allah, seluruh perhatiannya akan tertuju hanya pada rasa sakit itu. Dan jika itu yang terjadi maka itu menjadi pertanda bahwa dia mati dalam keadaan shuul khotimah, Naudzu billahi mindalik. Jangan sampai itu terjadi pada diri sampean ".

Lalu ujarnya lagi “ Tetapi bagi mereka yang sudah membiasakan dzikir dan yang hatinya selalu tersambung kepada Allah, maka Allah akan menghilangkan sebab dari semua rasa sakit itu, dan itu akan membuatnya sangat tenang saat menghadapi sakaratul maut, sehingga pada moment yang paling genting itu hatinya akan dapat terus fokus memandang wajah Allah. Maka bagi hamba yang wafat atau meninggal dalam keadaan seperti itu datangnya kematian justru merupakan rahmat, dan bukan musibah “.

Nasehat itu terasa sangat masuk....dan itu cukup membuat saya hati tergetar, maka semenjak itu saya pun mulai memikirkan nasihatnya.

Singkat Cerita, setelah perjumpaan dengan orang itu [ Mei 2019 ], mulai pertengahan Juli 2019 saya pun mulai merasakan banyak kejadian aneh.

Jika saya shalat maka pada rokaat pertama dan kedua [ sesudah bacaan al fatiha ] tanpa sadar selalu saja saya membaca surat An- nas, dan itu terjadi disemua shalat saya, mulai dari shalat duhur hingga subuh. Termasuk juga dalam shalat shalat sunah, dan itu berlangsung terus menerus selama sebulan penuh [ mulai pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus 2019 ]. Waktu itu Lidah saya memang sepertinya dikondisikan untuk tidak diijinkan membaca surat- surat yang lainnya, karena bila saya telah ada dalam kondisi shalat, maka selain suratul Fatiha dan surat An -Nas surat - surat al Quran yang lainnya itu tidak bisa saya ingat sama sekali.

4. Merasakan Keganjilan

Merasakan keganjilan itu pada ahirnya saya berpikir, mungkin apa yang dikatakan bapak  yang saya temui kemarin itu benar benar sebuah panggilan Allah. Maka ahirnya sayapun memutuskan untuk bersilaturahim kerumah beliau dan menyatakan ingin mendapatkan bimbingan rohani dari beliau, tepatnya itu terjadi pada Hari Sabtu, 23 Agustus 2019.

Waktu itu saya menuturkan kepada beliau bahwa saya ingin taqarub, dan ingin dekat kembali kepada Tuhan, sebagaimana masa kecil saya dahulu. Satu penggalan masa dimana saya pernah merasa begitu dekat dengan Tuhan. Masa itu sekalipun berlangsung sangat singkat [ cuma 5 tahun _ dari kelas 4 SD hingga kelas 3 SMP ] tetapi sangat membekas. Intinya saya merindukan masa itu kembali, dan sangat menginginkannya.

5. Amalan Dzikir Khofi

Dari beliau saya mendapatkan arahan untuk mengamalkan dzikir khofi. Dengan aturan, dzikir tidak usah dihitung hitung dan sayapun diminta untuk mendzikirkan lafad - lafad dzikir [ lafad apa saja ] yang muncul dari lubuk hati. Katanya : " Biarlah nanti hati yang akan membimbing dzikir dzikir kamu, dengan cara itu mudah - mudahan kamu akan bisa lebih cepat menemukan " ismu a'dhom " mu sendiri.

Dan sayapun ahirnya mempraktekkan apa apa yang diarahkannya.

6. Hakikat dari Kalimat " Subkhanallah wal  Hamdulillah ".

Pada bulan desember 2019, saat dzikir bakda maghrib saya mendapati fenomena Sirr dan penglihatan untuk pertama kalinya, dalam peristiwa itu saya mendapati bahwa Hakikat dari kalimat " Subkhanallah wal Hamdulillah " itu sekalipun secara lahiriyahnya nampak seperti berbeda tetapi substansi dari keduanya adalah sama, atau hakikatnya tunggal. Dalam penglihatan rahsa atau Sirr itu saya juga mendapati bahwa ternyata dua kalimat itu berada dalam satu biji yang sama.  Keduanya adalah ilmu dan amal [ akhlak ]. " Subkhanallah " itu adalah hakikat dari ilmu dan juga hakikat dari syahadat tauhid [ lailaha ilallah ]   dan " Alhamdulillah " itu adalah hakikat  dari akhlak atau amal, atau hakikat dari syahadat rasul [ wa ashadu anna Muhammada rasulallah ] dua hal yang seharusnya memang harus bisa bersatu dan disatukan dalam pribadi setiap manusia, sebab keterpisahannya adalah berarti sebuah bencana bagi manusia baik didunia maupun diahirat. 

7. Fenomena Kata " AHAD " dan Mencari " AS - SOMAD "  [ Pengajaran Surat AL IKHLAS ].

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَآئِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِىَ بِإِذْنِهِۦ مَا يَشَآءُ  ۚ إِنَّهُۥ عَلِىٌّ حَكِيمٌ

"Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana." (QS. Asy-Syura 42: Ayat 51)

Peristiwa itu terjadi pada bulan yang sama, yakni  Desember 2019 [ tepatnya 3 bulan setelah saya menjalani laku rohani ]. Dalam dzikir bakda maghrib.

Datangnya peristiwa petunjuk itu berlangsung seperti drama dalam sebuah film, dan saya dalam peristiwa itu disamping lebur, juga merasa seperti terjun dalam sebuah lakon drama dan sekaligus menjadi aktornya.

Dalam peristiwa itu saya mendapati petunjuk :

1. Bahwa makna dari kalimat "  قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ  " itu bukan Allah itu satu, bukan pula Allah itu Maha Esa tetapi Allah itu Sendirian ".

Bahwa pada saat saya mendzikirkan surat al - Ikhlas, pertama - tama apa yang saya lihat dan alami adalah ternyata kata "  أَحَدٌ " dalam kalimat "  قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ  " itu nampak seperti terpisah dari kalimat induknya [  هُوَ اللَّهُ ], dan kata "  أَحَدٌ " itu dalam pandangan mata batin saya justru nampak seperti tengah bertengger kira - kira setinggi dua atau tiga depa didepan kepala saya. Dan ketika " tangan rohani atau hati saya " itu saya gerakan untuk mencoba meraihnya ternyata kata " أَحَدٌ " itu tidak dapat saya sentuh sama - sekali dan apalagi untuk meraihnya. Dua kali sudah saya mencoba menggapainya [ dengan tangan rohani saya ] tetapi ternyata kedua- duanya gagal.

Lalu pada kali yang ketiga, kata " أَحَدٌ " yang hendak terus saya raih itu, tiba - tiba saja meluncur dari arah depan dan dengan sekonyong - konyong menerjang dada saya sehingga seluruh organ tubuh yang ada didalam dada saya itu secara kontan dan serentak membunyikan lafadz dzikir : "  Ahad, Ahad, Ahad....". Kejadian itu berlangsung beberapa menit lamanya.

Selepas itu, kalimat  "  Ahad, Ahad, Ahad...." yang tadi di dzikirkan oleh semua organ tubuh yang ada didalam dada itu kemudian berubah menjadi semacam kekuatan energi yang memenuhi seluruh dada dan kepala saya.

Selepas itu saya pun mendapati sebuah dawuh [ penjelasan ]  yang disampaikan lewat rahsa [ yang bukan berupa huruf atau suara ] bahwa  makna hakiki dari kalimat "  قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ  " itu :

" bukan Aku itu satu, bukan pula Aku itu Maha Esa tetapi Aku itu Sendirian ". [ Dudu Isun Kuh Siji, Dudu Isun Kuh Maha Esa, tapi Isun Kuh Dewekan ]

2. " اللَّهُ الصَّمَدُ " :  Mencari Aku itu jangan kemana - mana. Carilah Aku itu ke dalam hatimu sendiri

Selanjutnya saya mendapati petunjuk berikut saat men- dzikirkan  kalimat " اللَّهُ الصَّمَدُ ". Dan sebagaimana yang terjadi pada peristiwa yang pertama, kali ini pun saya mendapati diri saya lebur dalam lakon sebuah drama. 

Pada saat saya mendzikirkan kalimat " اللَّهُ الصَّمَدُ  ",  kata " الصَّمَدُ " yang ada pada kalimat " اللَّهُ الصَّمَدُ " itu tiba - tiba saja hilang dari pandangan mata saya [ pandangan mata hati tentunya ].  Oleh karenanya maka saya pun berusaha untuk mencarinya. 

Mirip lakon pada sebuah drama, maka untuk menemukan  " الصَّمَدُ " itu ahirnya saya pun mencarinya keluar rumah. Pertama - tama saya mencari  " الصَّمَدُ " itu kehalaman samping kanan rumah saya, dan disana ternyata saya tidak menemukan "  الصَّمَدُ ", maka saya pun melanjutkan pencarian itu kehalaman belakang, tetapi disana saya juga tidak menjumpai  "  الصَّمَدُ ".  Lalu saya pun kembali mencarinya kehalaman samping kiri rumah saya, lalu kehalaman depan.  Tetapi lagi - lagi saya tidak mendapati "  الصَّمَدُ " itu berada disana.

Maka setelah sekian lama berputar - putar dan saya tidak dapat menemukannya, ahirnya saya pun memutuskan untuk masuk kembali ke dalam rumah saya itu lewat pintu depan.  Tetapi yang membuat saya kaget, begitu saya membuka pintu, ternyata sosok  " الصَّمَدُ " yang dari tadi saya cari - cari itu " berada persis dibalik pintu itu " dan dengannya hampir - hampi saja saya bertabrakan. 

Sesaat setelah peristiwa hampir bertabrakan itu saya pun kembali mendapatkan Dawuh [ petunjuk ] :

" Mencari Aku itu jangan kemana - mana, carilah Aku itu kedalam hatimu sendiri " [ Gulati Isun kuh aja mendi - mendi, Isun kuh ana ning jerone atine ira ]. 

Lalu Dia pun melanjutkan kata - katanya dengan kalimat bahwa : "  Al Ikhlas itu adalah jalan kamu " [ Al Ikhlas iku dalane Ira ].

◇Mohon untuk dipahami bahwa sosok yang saya maksudkan disini adalah sosok dalam pengertian Dzati. Sosok itu meskipun dikenali keberadan-Nya, dan juga dirasakan kehadiran-Nya, bahkan Ia pun berkata - kata tetapi wujud dan bentuknya sama sekali tidak akan dapat kita lihat, dan kata - katanya hanya bisa kita dengar dan pahami lewat rahsa [ hakikatnya tidak ada bahasa, huruf atau pun suara ]. Itulah penjelasan sosok yang saya maksudkan dalam peristiwa itu. Terasa tidak akan pernah memadai jika harus digambarkan lewat kata atau pun tulisan. Sulit sekali.

◇Dari kejadian itu saya dapat memetik hikmah dan kesimpulan bahwa dengan peristiwa itu Allah Swt sebenarnya hendak menunjukan kepada saya bahwa titian tangga kerohanian saya menuju kehadirat -Nya adalah lewat Ajaran Martabat Tujuh sebagaimana yang terkandung didalam surat Al - Ikhlas. Adapun tangga titian Martabat Tujuh itu adalah sebagai berikut :

a. Tiga Martabat Ilahiyah

1. 'Alamul Ahadiyah

2. 'Alamul Wahdah

3. 'Alamul Wahidiyah

◇ Ke- tiga Martabat tersebut diatas disebut Isi. 

b. Empat Martabat Makhluk 

4. 'Alamul Arwah

5. 'Alamul Mitsal

6. 'Alamul Ajsam

7. 'Alamul Insanul Kamil

◇ Ke-empat Martabat tersebut diatas disebut Kosong.

Adanya tiga Martabat Ilahiyah itu ditandai dengan simbolisasi dari usaha saya dalam meraih kata " أَحَدٌ " itu dilakukan hingga sebanyak tiga kali. Dan adanya empat martabat makhluk itu ditandai dengan simbolisasi jumlah usaha saya dalam mencari sosok " الصَّمَدُ " itu sebanyak empat kali di ke empat sisi rumah saya. Sedangkan apa yang saya temukan berada dibalik pintu itu [ الصَّمَدُ ] adalah simbolisasi atau metafor dari 'Alamul Wahidiyah [ Alam Ilmu dan Pengetahuan : Iqro dan Al Qolam ] yang dikemudian hari pada ahirnya ternyata saya alami sendiri lewat peristiwa mimpi. Dan adapun kata "  أَحَدٌ " yang menerjang dada adalah simbolisasi dari kudratullah, dimana fenomena Musyahadah, Mukasyafah dan Al -Qolam itu tidak akan bisa terjadi kecuali jika memang Allah sendiri yang menghendaki.

8.  Fenomena " Kembang dalam Surat Al Fatiha ". 

Sebulan kemudian, tepatnya pada bulan Januari 2020 saya kembali mengalami fenomena rahsa lainnya, yaitu " Fenomena Al Fatiha “. Hal Itu terjadi saat saya dzikir bakda shalat duhur.

Dalam peristiwa itu saya mendapati surat al Fatiha sebagai sebuah " kembang yang sangat indah ". Sedemikian indahnya kembang itu sehingga kalimat dan diskripsi apapun tidak akan dapat menggambarkan keindahannya.

Lagi lagi saya merasa diri saya betul betul lebur dalam fenomena itu.

Dengan peristiwa itu ahirnya saya mengerti, kenapa kalimat kalimat Al Quran itu berapa kalipun orang membacanya tidak pernah membosankan, ia selalu saja terasa indah dan  mempesona. Ternyata hakikat jiwa dari Al Quran itu adalah seperti sebuah kembang yang sangat mempesona dan hakikat dari kembang yang sangat mempesona itu adalah ruh dari kitab Zabur.

◇Dengan peristiwa itu semoga saja Allah Swt  berkenan memberi saya anugerah Warid  berupa ilmu dan hikmah :  yang bersumber dari al Qu'ran, serta memberi saya pengajaran tentang makna- makna hakikat yang terkandung didalamnya.

9. IQRA dan Al Qolam :  Pengajaran Lewat Mimpi.

a. Bermula dari Rasa Rindu yang Meluap - luap.

Peristiwa itu terjadi pada bulan Pebruari 2020. Masa masa itu adalah masa dimana saya banyak sekali menangis, dan hati saya mudah sekali tersentuh. Dalam dzikir saya menangis, mendengar khotbah saya menangis, dalam shalat saya menangis, dan bahkan setiap kali saya membaca quran sulit rasanya bagi saya menahan diri supaya tidak menjerit dan tersedu - sedu menangis,  sujud dan tersungkur. Rasa rindu saya kepada Tuhan saat itu begitu meluap - luap.

RINDU ku

By. Mang Anas

Tidak ada lagi HURUF

Tidak ada lagi SUARA

Hanya Isak Tangis

dan Belitan Rasa Haru

Lalu

ku tilik

ke dasar hati

Terus ....

Terus ....

Terus ....

hingga ke relung Hati

Yang ku jumpai adalah DIA

Ada DIA

Hanya DIA

DIA

Tidak ada yang selain DIA

DIA lah Sumber Rindu

dan Isak Tangis itu

DIA lah pusat Magnet dan Getar Hati itu

DIA lah yang telah Menjalarkan angan

ke dalam Hati ku

DIA meliputkan Rasa Haru,

DIA mendatangkan Rasa Rindu,

dan

DIA lah yang telah Memeras Air Mata ku

 

Wahai Robb ...

Duhai Sang Kekasih

Untuk apa KAU betot hatiku

Jika hanya membuatku terperangkap dalam Rindu

                             Indramayu, 19 Februari 2020


b. Sepuluh Hari Tidak Dapat Tidur

Dan dalam kondisi jiwa yang seperti itu, sepuluh hari sepuluh malam saya seperti dipaksa untuk tidak bisa tidur walaupun hanya sekejap.

Sebab setiap kali saya hendak terlelap untuk tidur maka selalu saja tubuh saya ini seperti tengah diangkat oleh seseorang lalu hendak ditaruh ditepi pantai, tepat dibatas antara tepian ombak dan bibir pantai. Dan setiap kali hal itu terjadi tentu membuat saya kaget. Kejadian itulah yang memaksa saya tidak lagi melanjutkan tidur.  Dan itu berlangsung terus  - menerus hingga selama 10 hari 10 malam.

وَالْفَجْرِ

"Demi fajar 

[ demi ilmu yang akan Tuhan ajarkan ] ," 

وَلَيَالٍ عَشْرٍ

"demi malam yang sepuluh 

[ demi malam malam yang akan membentuk dan mengkondisikan jiwamu berada dalam kesadaran fitrah ]," 

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ

"demi yang genap dan yang ganjil 

[ demi dua anugerah hikmah dan demi satu anugerah hikmah yang akan Aku ajarkan ] ," 

وَالَّيْلِ إِذَا يَسْرِ

"demi malam apabila berlalu 

[ demi datangnya waktu sahur ]." 

(QS. Al-Fajr 89: Ayat 1 - 4)

-------☆-------

يٰٓأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

"Wahai jiwa yang tenang !"  

[ wahai hati yang berada dalam kesadaran fitrah ] 

ارْجِعِىٓ إِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

"Kembalilah kepada Tuhanmu 

[ untuk menerima pengajaran dan anugerah ilmu dari-Nya ] 

dengan hati yang rida dan diridai-Nya." 

فَادْخُلِى فِى عِبٰدِى

"Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku 

[ yang menerima bimbingan dan pengajaran langsung dari-Ku ],"

وَادْخُلِى جَنَّتِى

"dan masuklah ke dalam surga-Ku 

[ segeralah menyelam kedalam samudra ilmu dan pengetahuan- Ku ] ." 

(QS. Al-Fajr 89: Ayat 27 - 30)



Gambar : Tujuh Macam Pengajaran Ilmu Sirr 

c. Peristiwa Mimpi Pada Malam Kesebelas : " Pengajaran dua Hikmah "

Lalu di malam yang kesebelas, tepatnya sekitar pukul 02.30 wib dini hari barulah saya bisa tidur.  Dan dalam tidur itu " Subkhanallah " saya mendapati kenyataan diri saya bermimpi. Dan itu ternyata adalah sebuah mimpi pengajaran.

Saya mendapati diri saya tiba - tiba berada disebuah tempat, dan di tempat itu selain alas duduk yang terbuat seperti dari " batu pualam " saya tidak menjumpai ada apapun juga. Disana saya tidak melihat adanya langit, bulan, bintang dan matahari, juga tidak ada pohon, tidak ada rumput, tidak ada angin dan juga tidak ada bangunan.

Tetapi meskipun disana saya tidak mendapati adanya matahari, namun tempat itu keadaannya cukup terang. Terang yang sejuk serta tidak menyilaukan mata. Berada ditempat itu hati terasa sangat tenang, nyaman dan damai luar biasa. 

Ditempat itu saya mendapati diri saya seperti tengah duduk bersebelahan tetapi sekaligus juga terasa seperti tengah duduk berhadap - hadapan dengan satu eksisten yang sangat ghaib. Saya mengenali eksisten itu seperti tepat ada didepan saya tetapi anehnya sama sekali saya tidak dapat melihat-Nya. Saya hanya sanggup mengenali keberadaan eksisten itu dengan dan hanya didalam rahsa saya.

لَّا تُدْرِكُهُ ٱلْأَبْصَٰرُ وَهُوَ يُدْرِكُ ٱلْأَبْصَٰرَ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلْخَبِيرُ

 Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. [ QS.6:103 ]

Malam itu Dia mengajari saya dua hal, dan proses pengajaran itu dilakukan-Nya dengan bahasa rahsa [ Sirr ], singkatnya antara rahsa dengan rahsa. Sebab disitu memang tidak sedikit pun saya mendapati ada kata dan suara. Yang saya rasakan saat itu adalah seperti fenomena pandang - memandang dan saya menyaksikan [ didalam rahsa saya ] bahwa Dia seperti tengah berkata kata kepada saya tetapi tidak mempergunakan suara, Dia seperti tengah mengajarkan sesuatu kepada saya tetapi tidak menggunakan sebuah bahasa, namun anehnya saya bisa mengerti dan dapat memahami secara gamblang semua yang disampaikan-Nya.

Isi pengajaran malam itu adalah ;

1.Tentang " Urip Sejati Lan Sejatine Urip " [ Hakikat Hidup dan Hakikatnya Kehidupan ].

2.Tentang " Kebenaran Sejati Lan Sejatine bener " [ Kebenaran Hakikat dan Hakikatnya benar ].

Dihadapan saya eksisten yang sangat ghaib itu pun  kemudian mulai membahas dan menjelaskan  satu demi satu topik - topik yang diajarkan-Nya. Mulai dari definisinya, pokok substansinya hingga contoh - contoh kasusnya. 

Satu hal yang sampai sekarang masih saya ingat adalah, gaya penyampaiannya sungguh sangat mempesona. Seumur hidup saya belum pernah mendapati seorang pun manusia yang memiliki kemampuan mengajar dan menjelaskan sesuatu seperti caranya.

Satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa isi substansi dari materi yang diajarkannya itu betul betul sangat langka dan baru sama sekali. Ia mengajarkan kepada saya hal hal yang sama sekali belum pernah saya ketahui, hal hal yang sama sekali belum pernah saya dengar, hal hal yang belum pernah dikatakan orang. Hal hal yang tidak akan pernah kita dapati ada tertulis didalam buku - buku dan kitab yang manapun juga. Dan bahkan hal - hal yang tidak mungkin manusia pernah membayangkan atau memikirkannya. 

Substansi materi dari pengajaran itu dan juga caranya dalam menyampaikan sungguh luar biasa sekali, saking luar biasanya sampai - sampai hati saya tidak bisa berkata lain, kecuali " Oooh, Oooh,...dan Ooooh " disepanjang proses pengajaran. 

Semua substansi materi yang disampaikan-Nya pada malam itu dapat saya pahami dengan jelas sekali. Dan saking jelasnya sampai – sampai saya merasa tidak perlu lagi bertanya.

Diperhadapkan dengan ilmu-Nya yang luar biasa tinggi, agung dan sangat asing itu   saya merasa diri saya benar benar bodoh - sebodoh – bodohnya,  dungu-  sedungu dungunya.

Ilmu yang dulu saya pernah peroleh dan kuasai dari ribuan buku yang pernah saya pelajari, dan dari jutaan halaman pernah saya baca. Ternyata dihadapan-Nya, ilmu dan pengetahuan yang saya kuasai itu tidak ada artinya sama sekali. Disana diri saya hanyalah sebutir debu,  dan bahkan berjuta juta kali lebih kecil dari itu.

Merenungkan peristiwa itu saya teringat dengan fenomena firman Allah dalam surat Al-'Alaq berikut ini :

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan," 

خَلَقَ الْإِنْسٰنَ مِنْ عَلَقٍ

"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah." 

اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia." 

الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ

"Yang mengajar (manusia) dengan pena [ Al-  Qolam ]." 

عَلَّمَ الْإِنْسٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

"Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." 

كَلَّآ إِنَّ الْإِنْسٰنَ لَيَطْغٰىٓ

"Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas," 

أَنْ رَّءَاهُ اسْتَغْنٰىٓ

"apabila melihat dirinya serba cukup." 

إِنَّ إِلٰى رَبِّكَ الرُّجْعٰىٓ

"Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu)." (QS. Al-'Alaq 96: Ayat 1- 8)


Keterangan : Dalam bagan diatas dijelaskan bahwa Al Qolam itu berada diatas Arasy dan merupakan hakikat dari Nur Muhammad.

d. Peristiwa mimpi pada malam yang ke dua belas : " Pengajaran Tentang Alam Semesta ".

Pada malam yang ke 12, kembali saya mendapati diri saya baru bisa tidur lagi lagi sekitar pukul 02.30 dini hari. Dan kali inipun kembali saya mendapatkan mimpi, ditempat yang sama dengan Dia yang sama. Hanya saja kali ini materinya berbeda. Yakni tentang " Alam Semesta "

Sosok Ghaib yang keberadaannya hanya dapat saya kenali lewat rahsa [ Sirr ] itu kali ini mengajari saya tentang Alam Semesta, tujuan dari keberadaannya, misteri hukum hukum yang berjalan dibalik keseimbangan dan kesempurnaannya serta hubungan fungsinya satu sama lain serta sekian banyak manfaat dari keberadaan mereka bagi kehidupan manusia.

Bagi saya itu sungguh sebuah pengetahuan yang sangat menakjubkan. Apa yang dijelaskannya itu tidak akan bisa kita dapati dibalik halaman buku buku fisika, buku buku biologi, dan buku buku astronomi yang manapun juga. Tidak ditimur tidak juga di barat.

Satu hal yang berbeda dari mimpi saya pada malam yang ke 12 ini dibanding mimpi saya pada malam sebelumnya [ yaitu pada malam yang ke 11 ] adalah, bahwa sebelum saya benar benar terbangun dari mimpi [ terjaga dari tidur ] saya sempat berdiri terlebih dahulu dan kemudian saya sempat berbalik [ membalikkan badan ] serta memandang kearah yang lain, dan karena waktu itu saya merasa seperti sedang berada diketinggian, maka secara refleks saya pun ahirnya mengarahkan pandangan mata saya kebawah, dan apa yang saya lihat itu : 

" Subkhanallah.....sungguh menakjubkan 

Tampak dalam pandangan mata saya [ mata batin ]. ....sebuah Fenomena Black Hole [ Lubang Hitam ]  yang mana di sekeliling Pusaran Energi dari Lubang Hitam itu milyaran bintang - bintang berpusing mengelilinginya. Mirip dengan fenomena orang - orang yang sedang bertawaf bergerak mengelilingi ka'bah.

Dan anehnya lagi fenomena Black Hole itu ternyata keberadaannya ada jauh dibawah tempat kaki saya berdiri. Ia berada nun jauh disana, milyaran kilometer dibawah tempat saya berdiri.

Ukuran benda benda langit itu saat saya pandang dari atas sana mirip dengan saat kita memandang benda benda langit itu dari bumi.

Jadi entah malam itu saya sedang ada dimana, dan jika tempat saya berdiri itu pantas disebut sebagai langit, maka saya tidak tahu itu di lapis langit yang keberapa, sebab Sosok yang sangat ghaib yang malam itu mengajari saya Hakikat “ Alam Semesta “  tidak menjelaskannya, dan dalam mimpi itu saya memang tidak memilki sama sekali keinginan untuk bertanya.

Satu peristiwa penting lainnya lagi yang malam itu masih dapat saya ingat adalah :

1. Sesaat setelah saya berdiri dan membalikkan badan, tiba – tiba keluar dari dalam dada saya empat macam benda. Ke-empat macam benda itu setelah satu per satu keluar dari dada, mereka terbang, meluncur ke bawah untuk kemudian bergabung dan menyatukan dirinya dengan milyaran bintang yang tersedot oleh pusaran Black Hole itu [ misteri yang hingga kini saya belum tahu apa maknanya ].

2. Sesaat sebelum saya terbangun dari mimpi menakjubkan itu dari Sang Guru Ghaib itu saya mendapat pesan terahir :  " Allah menciptakan setiap benda berpasang - pasangan, dan pada setiap benda Allah ciptakan dua unsur, yaitu unsur lahir dan unsur batin, termasuk pada benda benda mati ".

Itulah fenomena rohani yang pernah saya alami yang terkait dengan fenomena pengajaran ilmu pengetahuan lewat peristiwa mimpi.

10. Ada banyak lagi mimpi - mimpi saya yang lainnya setelah peristiwa itu. Beberapa diantaranya adalah

1. Saya pernah bermimpi membaca sejilid " Al Qur'an dengan Terjemahan Hakikat " 

2. Saya juga pernah bermimpi mendapat pengajaran " Makna huruf huruf atau Ilmu huruf "

3. Didalam mimpi saya juga pernah melihat diri saya sendiri tengah membaca buku - buku yang berisi " Asma -asma " didalam sebuah ruang perpustakaan yang ternyata ruang perpustakaan itu berada didalam dada saya sendiri. Dan anehnya antara diri saya yang melihat dengan diri saya yang dilihat [ tengah berada didalam ruang perpustakaan ] itu sama- sama membaca buku yang sama, tema yang sama, halaman yang sama, dan kalimat yang sama. Serta kami berdua [ diri saya yang melihat dengan diri saya yang dilihat ] itu sama - sama merasa mendapatkan pemahaman yang persis sama......"



Gambar : Rentetan Pengalaman Perjalanan Rohani  Yang Dialami oleh Seorang Salik.



Gambar : Peristiwa Rohani Berada di jendela Muhammad [ Titik Khidir]

_________♤♤♤ _________

" Jika kiamat telah dekat maka hampir-hampir mimpi seorang muslim tidak dusta, orang yang paling benar mimpinya adalah yang paling benar dalam berkata, dan mimpi seorang muslim adalah satu dari empat puluh enam bagian kenabian " [ HR. Ahmad No.10185, Abu Daud No.4365, Muslim No.4200 , Bukhari No.6499 ,  Ibnu Majah No.3907, Tirmidzi No.2215, Darimi No.2051 ]

“Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya [ isyarat ] ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan. Kebalikannya adalah mimpi di waktu petang  atau awal waktu malam.”  [ Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin, juz 1, hal. 76 ]


Sebenarnya masih ada banyak lagi peristiwa mimpi mimpi rohani yang dialaminya tetapi belum sempat ia ceritakan atau tuliskan. Tetapi biarlah ceritanya untuk sementara saya tutup dulu hingga disini. Mudah mudahan kisah ini cukup menggugah dan dapat memotivasi banyak orang agar mulai lebih memperdulikan hatinya serta tidak lagi menganggap bahwa " laku dzikir atau laku rohani itu sebagai hal yang identik dengan bau mistik, kesaktian, ilmu pengobatan dan per- dukunan, serta hal - hal yang berbau kurang sedap lainnya ". 

Wasalam



Tiga substansi Topik Mimpi Pengajaran Laduniyah


By. Mang Anas


Tiga Substansi Topik Materi Pengajaran Laduniyah 

"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehatأُولُوا الْأَلْبٰبِ ] ." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 269)

1. Urip Sejati lan Sejatine Urip ----> Pada hakikatnya adalah merupakan substansi isi pengajaran dari Kitab Suci Injil [ Kitabnya Isa Al Masih AS ] 

2. Kebenaran Sejati lan Sejatine bener ----> Pada hakikatnya adalah merupakan substansi isi pengajaran dari kitab Suci Taurat [ Kitabnya Nabi Musa AS ]

3. Pengetahuan Alam Semesta -----> Pada hakikatnya adalah merupakan substansi isi pengajaran dari kitab Suci Zabur [ Kitabnya Nabi Daud dan Nabi Sulaiman AS ].

Inti sari dari ketiga cabang ilmu dan pengetahuan agung itu kemudian oleh Allah Swt dihimpunkan seluruhnya kedalam kitab Suci Al Qur'anul karim yang diwahyukan kepada nabi besar kita Muhammad SAW.

Dengan demikian maka barangsiapa yang basic anugerah ilmu laduninya adalah tiga hal tersebut diatas maka pada hakikatnya Allah Swt telah membukakan pintu - pintu ilmu [ Kebenaran Sejati lan Sejatine bener ], pintu - pintu hikmah [ Urip Sejati lan Sejatine Urip ],  dan pintu - pintu pengetahuan [ Pengetahuan Alam Semesta ] yang kesemuanya sudah terangkum dalam Al Qur'anul karim.


اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu 

yang menciptakan," 

خَلَقَ الْإِنْسٰنَ مِنْ عَلَقٍ

"Dia telah menciptakan manusia 

dari segumpal darah." 

اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

"Bacalah, dan Tuhanmulah 

Yang Maha Mulia." 

الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ

"Yang mengajar (manusia) 

dengan pena [ Al-  Qolam ]." 

عَلَّمَ الْإِنْسٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

"Dia mengajarkan manusia apa yang 

tidak diketahuinya." [ Al- 'Alaq 96 : 1 - 5 ]


Oleh karena itu hendaklah  kita berpegang teguh kepada al Qur'anul Karim, membedah dan mempelajari isinya dengan sungguh- sungguh dalam bimbingan Dzat Yang Maha Pemberi Petunjuk. Sebagaimana Firman-Nya,

اللَّهُ نُورُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ  ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكٰوةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ  ۖ الْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ  ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ  ۚ نُّورٌ عَلٰى نُورٍ  ۗ يَهْدِى اللَّهُ لِنُورِهِۦ مَنْ يَشَآءُ  ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثٰلَ لِلنَّاسِ  ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nur 24: Ayat 35)

Ayat diatas adalah gambaran yang paling tepat untuk menjelaskan secara gamblang, jelas dan nyata fenomena pengajaran  ilmu - ilmu laduniyyah.

1. "Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi ". Pada ayat itu Allah mendudukkan diriNya dalam kapasitas sebagai Dzat [ هو ]. Yaitu Allah sebagai sentra dan sumber cahaya yang menerangi segala sesuatu. Lewat cahaya itulah Allah akan membimbing manusia yang dikehendakiNya untuk menerima pengajaran Iqra dan Al Qolam lewat peristiwa mimpi.

2. " Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca " Saat mengajarkan Iqra dan al Qolam kepada hambanya itu maka Allah Swt [ Pelita Besar ] akan menabiri diriNya dari hambanya. Hal itu karena sifat keagungan dan kemuliaan diriNya,  dan sebagai bentuk rasa kasih sayangnya kepada makhluk [ lihatlah apa yang terjadi saat Allah Swt menyapa hambanya Musa AS di bukit Thursina kala Musa AS menyatakan dirinya ingin melihat Allah ].

3. Di paragraf ini Allah Swt memberi perumpamaan bahwa : " tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. "

Dalam perumpamaan itu pada hakikatnya Allah Swt sedang membicarakan prasyarat dan kriteria jiwa manusia yang dikehendakinya untuk disapa dan yang akan diajarkanNya secara laduni ilmu Iqra dan Al Qolam. Yakni Jiwa itu kondisinya harus yang sudah benar- benar bersih dan harus sudah mengkilat seperti " tabung kaca yang bagaikan bintang yang berkilauan". Adapun tafsir untuk kalimat " yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi," itu jelas sekali bahwa yang dimaksudkan disini adalah Jiwa yang kondisinya sudah menyala - nyala karena setiap saat jiwa itu terus menerus melumuri dirinya dengan dzikrullah. Yaitu jiwa manusia [ pohon zaitun ]  yang sudah mutmainnah " yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api ".

4. Dan adapun tafsir dari kalimat " Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), " maka yang dimaksudkan disini adalah peristiwa bertemunya Nur Muhammad [ hakikatul Muhammadiyah ] dengan Jiwa yang kondisinya sudah benar- benar bersih mengkilat dan yang sudah menyala - nyala itu. Maka dalam kondisi itulah " Allah Swt akan memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, " yaitu kepada para hambaNya yang pilihan dan yang dikehendakiNya untuk bisa mendapatkan pengajaran langsung dariNya. Yaitu berupa anugerah pengajaran ilmu laduni. 

Semoga Tulisan ini bermanfaat 

Makna Batin kalimat كُنْ فَيَكُونُ

Seri ilmu huruf :

By. Mang Anas

Tafsir Hurufi Kalimat  كُنْ فَيَكُونُ  dalam perspektif  tujuh lapis diri manusia.


بَدِيعُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ  ۖ وَإِذَا قَضٰىٓ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُنْ فَيَكُونُ

"(Allah) Pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 117)


a. Kalimat كُنْ  pada ayat diatas adalah kalam yang berada pada tataran Ilahiyah yakni dimensi Nur dan Dzat

1. Huruf ك yang ada pada kalimat كُنْ adalah dimensi Dzat = Garis vertikal yang ada pada huruf ك melambangkan sifat Kudratnya Allah Swt, adapun garis horizontalnya adalah perlambang dari sifat Irodatnya, sedangkan atribut hamzah yang ada pada huruf ك itu melambangkan sifat Hayatnya Allah Swt.

2. Kedudukan Huruf ن yang ada pada kalimat كُنْ adalah dimensi Nur = Garis vertikal yang ada pada huruf ن melambangkang sifat Sami' nya Allah,  garis horizontal melambangkan sifat Basharnya Allah sedangkan simbol titik pada huruf ن  melambangkan sifat Mutakalim- Nya.

b. Adapun Huruf ف yang ada pada kalimat فَيَكُونُ  kedudukannya ada di " Alam Antara " yakni dimensi Siir atau Rahsa. Huruf ف  atau Siir adalah merupakan Transfonder  [ penghubung ] Antara Alam pada dimensi manusia dengan Alam Ilahiyyah. 

Huruf ف  yang kita sebut sebagai Siir itu pada hakikatnya adalah sebuah " chip ghaib " yang oleh Allah Swt sengaja ditanamkan kedalam hati manusia. Fungsi Siir atau ف itu adalah sebagai radar super canggih yang akan bisa kita pergunakan untuk menangkap sinyal - sinyal ketuhanan yang terpancar di area langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya. Asal saja kita mampu memberdayakannya.

c. Tafsir Hurufi kalimat يَكُونُ

Huruf ي melambangkan Jasad , huruf ك melambangkan Akal, Huruf و melambangkan Jiwa dan Huruf ن melambangkan Jasad atau jasmani.

1. Huruf ي yang disimbolkan dengan huruf yang tampak seperti angsa  yang sedang berenang itu melambangkan diri manusia yang terdiri dari jasad [ tubuh angsa ] dan fitrah yang tertanam didalam dirinya [ dua titik dibawah ]. Dimana dua titik yang dibawah ini merupakan perwujudan diri fitrah manusia yang memiliki kecendrungan pada kebaikan dan keburukan sebagaimana firman-Nya, 

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوٰىهَا

"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya," (QS. Asy-Syams 91: Ayat 8)

2. Akal yang disimbolkan oleh huruf ك itu melambang sifat kehendak dan kuasa manusia atas dirinya sendiri [ sebagai makhluk otonom ] dan atas alam semesta yang ada disekelilingnya. Akal atau huruf ك adalah simbol kekhalifahan manusia dimuka bumi dimana oleh Allah Swt potensi kehendak dan kekuasaan manusia itu kemudian disempurnakan dengan kemampuan kecerdasannya [ yaitu huruf hamzah ء yang ada didalam huruf ك ]. Maka Lewat huruf ك itu ahirnya diri manusia diberi kepercayaan oleh Allah untuk mewarisi bumi. Hak mengatur, mengelola, memanfaatkan dan memberdayakan semua potensi yang ada didalamnya untuk kepentingan kesejahteraan dan kemakmurannya sendiri.Sebagaimana firmannya, 

وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِئُونِى بِأَسْمَآءِ هٰٓؤُلَآءِ إِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِينَ

"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!" (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 31)

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى الْأَرْضِ خَلِيفَةً  ۖ قَالُوٓا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ  ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30)

Lihatlah kata كُلَّهَا pada ayat tersebut dimana huruf ك disitu ditetapkan sebagai taukid [ penegasan ] atas kalimat sebelumnya yaitu kata  وَعَلَّمَ  dan kata  الْأَسْمَآءَ. Dengan demikian berkat anugerah Akal itulah Allah Swt ahirnya menetapkan manusia sebagai penguasa dimuka bumi.

3. Jiwa pada kalimat كُنْ فَيَكُونُ dilambangkan dengan huruf و, huruf و itu lambang dari sikap tunduknya jiwa kepada Allah Swt, sebagaimana firmannya, 

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلٰىٓ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ  ۖ قَالُوا بَلٰى  ۛ شَهِدْنَآ  ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِينَ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka _ أَنْفُسِهِمْ (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini," (QS. Al-A'raf 7: Ayat 172)

Lihatlah ada tujuh huruf و pada ayat tersebut diatas, ketujuh huruf و itu melambangkan lima jenis amaliyah wajib dalam Islam yaitu, syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji serta dua amaliyah rohaninya yaitu Iman dan Ikhsan.

Ketiga hal tersebut diatas lah yang kemudian oleh kita dikenal sebagai tiga dimensi agama, yaitu dimensi Iman, dimensi Islam dan dimensi Ikhsan. Dimana tanpa melaksanakan dengan sungguh - sungguh ketiga sendi agama tersebut diatas seseorang tidak mungkin akan dapat mencapai maqom perjumpaannya dengan Allah Swt [ مُّلٰقُوا رَبِّهِمْ ], karena tidak ada sebab wasilah yang akan dapat mengantarkannya kesana _  قَالُوا بَلٰى  ۛ شَهِدْنَآ [ maqom Musyahadah ] kecuali melaui huruf و itu yang memang secara maknawi berfungsi sebagai wasilah [ penyambung ] antara kita dengan Allah. Sebagaimana firmannya,

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُّلٰقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رٰجِعُونَ

"(yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 46)

Hakikat dari kata  يَظُنُّونَ  adalah batin dari huruf و yang menjadi penghubung antara manusia dengan Rabb-nya.

Penempatan ketujuh huruf و pada ayat itu bukanlah kebetulan, sebab al Qur'an yang dirancang sebagai mukjizat yang paling besar dan sebagai tanda eksistensi diri Rasulallah SAW itu tidak mungkin dibuat tanpa perencanaan yang matang oleh Allah Yang Maha Sempurna. Bagi seorang hamba yang sudah bersih hatinya dan yang sudah sangat peka rahsanya maka seluruh keajaiban Al Qur'an itu pasti akan nampak, mulai dari substansi isi pesan, rahasia susunan dan penempatan babnya, rahasia penempatan ayatnya, rahasia susunan kata dan redaksi kalimatnya, rahasia dibalik gaya bahasanya, rahasia dibalik nada dan iramanya, rahasia yang ada dibalik susunan dan kombinasi hurufnya, serta rahasia ruh yang ada dibalik setiap huruf, kata, kalimat dan surat -suratnya, yang memungkin seorang hamba yang telah dikehendaki dapat menjalin koneksi batin [ rahsa ] dengan struktur ruh yang ada didalamnya. Dan pada ahirnya seluruh makna batin dari al Qur'an dapat terungkap.

"Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 191)

4. Adapun huruf ن itu melambangkan jasad jasmani manusia yang ditandai dengan bentuk garis lengkung yang membulat setengah lingkaran, sedangkan titik yang ada diatas huruf ن itu diartikan sebagai bentuk dari manisfestasi Dzat Allah pada diri manusia, huruf ن yang ada pada kalimat  فَيَكُونُ adalah simbol dari asma Allah " As Somad "  [ QS. Al-Ikhlas 112: Ayat 2 ] yang ada didalam diri manusia, yang kemudian mengejawantah dalam bentuk naluri untuk senantiasa bergantung dan berkebutuhan kepada sesuatu yang lebih kuat dan lebih perkasa dari dirinya sendiri, tempatnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan menyandarkan diri.

يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ  ۚ وَخُلِقَ الْإِنْسٰنُ ضَعِيفًا

"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 28)

إِنَّ الْإِنْسٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا

"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh." (QS. Al-Ma'arij 70: Ayat 19)

إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا

"Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah," (QS. Al-Ma'arij 70: Ayat 20)

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا  ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا  ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ  ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ  ۚ أَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِينَ

(Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

Itulah penjelasan tentang hakikat dari huruf ن yang menjadi simbol diri manusia dalam pandangan makna hakikat dan bila dilihat dari bentuk lahiriyah hurufnya.

Demikianlah semoga paparan ini bermanfaat dan dapat meyakinkan khalayak bahwasanya al qur'an itu dibalik maknanya yang dohir juga terdapat makna lainnya yang batin yang tersembunyi dibalik setiap ayat dan huruf - hurufnya.