By. Mang Anas
A. Substansi Isi dan Kandungan " Surat Al Fatihah " didalam Kalimah " Bismillahirahmanirrahim " :
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (Q.S. Al-Fatihah ayat 1)
1. Huruf Ba [ ب ] pada kata بِسْمِ adalah bermakna اَلْحَمْدُ , mengingat dari titik ب lah aneka ragam anugerah dan nikmat Allah SWT itu terpancar, dan kedalam lafad اَلْحَمْدُ lah aneka ragam anugerah dan nikmat Allah itu kemudian dihimpun dan diwadahi. Dengan demikian maka hakikat titik ب adalah simbol dari eksistensi Dzat Allah dan sementara hakikat dari اَلْحَمْدُ adalah sebuah eksistens cahaya yang menyelubungi Dzat dimaksud. Atau dengan kata lain hakikat ب adalah metafor dari esensi Dzat Allah, sementara hakikat dari اَلْحَمْدُ adalah metafor dari esensi keberadaan Nur Muhammad, yang kadang juga disebut Hakikatul Muhammadiyah.
Berangkat dari pemahaman itu maka makna huruf Ba [ ب ] pada lafad بِسْمِ menjadi tergambar jelas di dalam Firman Allah berikut ini,
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ (٢ )
" Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, "(Q.S. Al-Fatihah ayat 2)
2. Huruf Sin [ س ] pada kata بِسْمِ itu bermakna Allah dengan ketiga asmanya yakni, Ar Rahman yang menghimpun semua sifat-sifat ke-bapaan, Ar Rahim yang menghimpun semua sifat-sifat ke-ibuan dan Al- Malik yang menghimpun semua sifat sifat Kemaha-kuasaan-Nya. Sebagaimana firman-Nya ,
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ (٣)
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, (Q.S. Al-Fatihah ayat 3)
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ (٤)
Pemilik hari pembalasan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 4)
◇ Melihat fakta bahwa huruf س pada lafad بِسْمِ itu ber-kharokat sukun dan itu bersukun dengan huruf ب yang ber-kharohat kasroh sehingga kedua huruf itu harus dilafalkan bersambung, maka itu merupakan pertanda bahwa hakikat ketiga nama dan atau Sifat-sifat Allah sebagaimana yang tersebut diatas itu tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Dzat [ Allah ] yang disifati dan atau yang dinamai-nya. Atau dengan kata lain, hakikat keberadaan Dzat Allah dengan keberadaan Sifat dan nama-nama-Nya itu adalah merupakan satu kesatuan, dan hakikat ketiganya ada ketunggalan mutlak. Dengan demikian maka ~ Nama Allah itu=Ar-Rahman=Ar-Rahim=Al-Malik ~ atau Al-Malik itu=Ar-Rahim=Ar-Rahman=Allah.
3. Adapun makna huruf Mim [ م ] pada lafad بسم الله itu merujuk pada fenomena adanya hubungan mesra antara hamba dengan Tuhannya.
Hal itu ditandai dengan posisi huruf Mim [ م ] yang sekalipun diposisikan lebih rendah karena ia ber-kharokat kasroh tetapi ia [ م itu ] tersambung sangat manis dengan huruf ل yang berderajat jauh lebih tinggi. Disebut lebih tinggi karena Lam [ ل ] itu bukan saja bertandakan tasdid tetapi juga sekaligus ber-harokat Mad dan juga merupakan Lam jalalah.
Untuk melihat betapa mesranya hubungan م dengan ل adalah doa kita berikut ini :
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ (٥)
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 5)
4. Dan adapun lafad Allah [ اللّٰهِ ] pada kalimat " بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) " itu kita harus melihatnya dalam perspektif makna batin atau makna isyari dari doa kita berikut :
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ (٦)
Tunjukilah kami jalan yang lurus (Q.S. Al-Fatihah ayat 6)
◇ Kepada siapa doa kita itu ditujukan, jawabnya tentu saja kepada Allah SWT. Dan apa yang dimaksud dengan jalan lurus, maka tentu saja jalan Allah.
Dengan demikian maka satu-satunya korelasi logis dari lafad الله pada kalimat بسم الله adalah hanya dengan ayat 6 surat Al Fatihah tersebut diatas.
5. Selanjutnya kata Ar Rahman [ الرَّحْمٰنِ ] pada kalimat " بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) " itu bermakna :
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; ( 7 )
◇ Ditafsirkan demikian karena kata Ar-Rahman itu selalu berhubungan dengan konotasi memberi [ اَنْعَمْتَ ]. Yaitu kehendak Allah SWT untuk memberikan nikmat berupa petunjuk dan kehidupan surga kepada para hamba yang di kehendaki-Nya, yaitu kepada para syuhada, kepada hamba-hamba-Nya yang saleh, kepada kelompok Siddiqin, dan kepada para Nabi dan Rasul-rasul-Nya. Dan lalu Allah juga memberikan nikmat yang berupa rejeki dunia kepada semua makhluk dan hamba-hamba-Nya, yang mukmin dan yang kafir, yang baik dan yang jahat. Tanpa pandang bulu.
Catatan : Terkait dengan tafsir lafad اَنْعَمْتَ yang berstatus sebagai fi'il madi itu, maka lalu Syekhul Akbar Muhyiddin Ibn Arabi berkomentar, bahwa untuk kelompok orang yang jelas-jelas saleh [ yakni kelima golongan sebagaimana disebut diatas ] mereka dapat langsung menikmati kehidupan surga tanpa harus terlebih dahulu menunggu datangnya kiamat. Begitupun bagi mereka yang jelas-jelas kafir maka mereka akan langsung dimasukan kedalam neraka, juga tanpa harus menunggu datangnya kiamat.
Dan adapun terhadap mereka yang statusnya " Abu-abu ", maka kepada mereka-lah ketentuan transit di Alam Barzakh itu berlaku. Kelompok inilah yang dalam istilah Al Qur'an disebut sebagai para penghuni 'Araf, yaitu kelompok yang ditetapkan masuk surganya tertunda dan mereka terpaksa harus hidup dalam penantian, menunggu tibanya hari keputusan. [ lihat Futuhat Al-Makkiyyah jilid 2 ].
6. Sedangkan Kata Ar-Rahim [ الرَّحِيْمِ ] pada kalimat بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) menjadi bermakna,
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ (٧)
bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Q.S. Al-Fatihah ayat ( 7)
◇ Ditafsirkan demikian karena kata Ar-Rahim itu selalu dikonotasikan dengan perbuatan mengasuh, mendidik, merawat, menjaga dan memelihara serta perbuatan Rabb dalam usahanya membimbing dan mengarahkan para hamba yang dikehendaki-Nya agar tetap berdiri di jalan-Nya. Supaya ia tidak menjadi " magdhub " terhadap-Nya dan agar ia tidak berlaku " dholin " terhadap dirinya sendiri.
Itulah penjelasan sekilas mengenai kandungan Al Fatiha didalam kalimat Basmalah.
Gambar : Tabel Korelasi Makna Antara Huruf Ba, Basmalah, Al Fatiha dan Kandungan Al Quran
B. Substansi Isi dan Kandungan " Al Quran " didalam " Surat Al Fatihah " :
Berikut ini adalah kandungan Surat Al Fatihah yang isinya ternyata telah mencakup keseluruhan isu pokok yang dibicarakan dalam Al Quran, yakni :
1. Konsep Akidah
2. Konsep Akhlak
3. Konsep Hukum
4. Konsep Ibadah
5. Konsep Pengetahuan
6. Tema Kisah-kisah Umat di Masa Lalu
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (Q.S. Al-Fatihah ayat 1)
1. Konsep Akidah [ Tauhid ] :
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ (٢)
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, (Q.S. Al-Fatihah ayat 2)
2. Konsep Akhlak :
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ (٣)
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, (Q.S. Al-Fatihah ayat 3)
3. Konsep Hukum :
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ (٤)
Pemilik hari pembalasan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 4)
4. Konsep Ibadah :
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ (٥)
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 5)
5. Konsep Pengetahuan :
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ (٦)
Tunjukilah kami jalan yang lurus (Q.S. Al-Fatihah ayat 6)
◇ Yaitu jalan para ahli ilmu, baik yang dohir [ yaitu jalan para ahli ilmu yang berbasis logika dan rasionalitas ] maupun ilmu yang batin [ yaitu jalan para ahli makrifat yang berbasis ilmu-ilmu Ruh dan ilmu-ilmu Sirr ].
6. Tema Kisah-kisah Umat di Masa Lalu
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ (٧)
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya [ yaitu jalan para Syuhada, Salihin, Siddiqin, Ambiya dan Mursalin ] ; bukan (jalan) mereka yang dimurkai [ yakni jalan Kaum Nuh, Kaum Namrud, Kaum Hud, Kaum Samud, Kaum Luth, Kaum Fir'aun, Askhabul Ross, Askhabul 'Aikah, Kaum Tuba, Serta Kaum Yahudi ], dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat [ yaitu jalan kaum Nasrani yang akidahnya telah dikotori oleh kepercayaan pagan bangsa Romawi serta pengaruh Filsafat Helenisme Yunani ]. (Q.S. Al-Fatihah ayat 7)
Kesimpulan
1. Bahwa hakikat dari huruf ب pada kalimat بسم الله adalah ibarat esensi otak, atau esensi hati, atau esensi jantung dan atau esensi paru-paru dari Al Qur'an
2. Bahwa hakikat dari kalimat Basmalah adalah ibarat jaringan syaraf, atau jaringan otot-otot dan atau keseluruhan saluran peredaran darah dari al Quran
3. Bahwa hakikat dari surat Al Fatihah adalah ibarat struktur kerangka dan atau tulang belulang dari Al Qur'an
4. Bahwa hakikat dari Al Qur'an secara keseluruhan [ minus Basmalah dan Fatiha ] adalah ibarat daging dan kulit yang membungkus keseluruh tulang belulang, jaringan syaraf, jaringan otot dan keseluruhan peredaran darahnya.
Sekian, semoga tulisan ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan kaum muslimin khususnya yang terkait dengan pemahaman makna-makna Isyari [ makna tersembunyi ] dari Al Quran.