Halaman

Kamis, 30 Maret 2023

Al Quran, Al Fatihah dan Basmalah : Korelasi Isi Serta Persamaan Kandungan antar Ketiganya

By. Mang Anas 


ASubstansi Isi dan Kandungan " Surat Al Fatihah " didalam Kalimah " Bismillahirahmanirrahim " : 


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (Q.S. Al-Fatihah ayat 1)

1. Huruf  Ba [ ب ] pada kata  بِسْمِ  adalah bermakna اَلْحَمْدُ , mengingat dari titik ب lah  aneka ragam anugerah dan nikmat  Allah SWT itu terpancar, dan kedalam lafad اَلْحَمْدُ lah aneka ragam anugerah dan nikmat Allah itu kemudian dihimpun dan diwadahi. Dengan demikian maka hakikat titik ب  adalah simbol dari eksistensi Dzat Allah dan sementara hakikat dari  اَلْحَمْدُ adalah sebuah eksistens cahaya yang  menyelubungi Dzat dimaksud. Atau dengan kata lain hakikat ب adalah metafor dari esensi Dzat Allah,  sementara hakikat dari  اَلْحَمْدُ adalah metafor dari esensi keberadaan Nur Muhammad, yang kadang juga disebut Hakikatul Muhammadiyah. 

Berangkat dari pemahaman itu maka makna huruf Ba [ ب ] pada lafad  بِسْمِ  menjadi tergambar jelas di dalam Firman Allah berikut ini,  

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ (٢ )

 " Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, "(Q.S. Al-Fatihah ayat 2)

2. Huruf Sin [ س ] pada kata بِسْمِ itu bermakna Allah dengan ketiga asmanya yakni, Ar Rahman yang menghimpun semua sifat-sifat ke-bapaan, Ar Rahim yang menghimpun semua sifat-sifat ke-ibuan dan Al- Malik  yang menghimpun semua  sifat sifat Kemaha-kuasaan-Nya. Sebagaimana firman-Nya , 

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ (٣)

Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, (Q.S. Al-Fatihah ayat 3)

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ (٤)

Pemilik hari pembalasan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 4)


◇ Melihat fakta bahwa huruf س  pada  lafad  بِسْمِ  itu ber-kharokat sukun dan itu bersukun dengan  huruf  ب yang ber-kharohat kasroh sehingga kedua huruf itu harus dilafalkan bersambung, maka itu merupakan pertanda bahwa hakikat ketiga nama dan atau Sifat-sifat Allah sebagaimana yang tersebut diatas itu tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Dzat [ Allah  ] yang disifati dan atau yang dinamai-nya. Atau dengan kata lain, hakikat keberadaan Dzat Allah  dengan keberadaan Sifat dan nama-nama-Nya itu adalah merupakan satu kesatuan,  dan hakikat ketiganya ada ketunggalan mutlak. Dengan demikian maka ~ Nama Allah itu=Ar-Rahman=Ar-Rahim=Al-Malik ~ atau  Al-Malik itu=Ar-Rahim=Ar-Rahman=Allah.


3. Adapun makna huruf Mim [ م ] pada lafad  بسم الله  itu merujuk pada fenomena adanya hubungan mesra antara hamba dengan Tuhannya.

Hal itu ditandai dengan posisi huruf Mim [ م ] yang sekalipun diposisikan lebih rendah karena ia ber-kharokat  kasroh tetapi ia [ م itu ]  tersambung sangat manis dengan huruf  ل yang berderajat jauh lebih tinggi. Disebut lebih tinggi karena Lam [ ل ] itu bukan saja bertandakan tasdid tetapi juga  sekaligus ber-harokat Mad dan juga merupakan Lam jalalah. 

Untuk melihat betapa mesranya hubungan م dengan ل adalah doa kita berikut ini   : 

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ (٥)

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 5)


4. Dan adapun lafad Allah [ اللّٰهِ ] pada kalimat بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) " itu kita harus melihatnya dalam perspektif makna batin atau makna isyari dari doa kita berikut  :

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ (٦)

Tunjukilah kami jalan yang lurus (Q.S. Al-Fatihah ayat 6)

◇ Kepada siapa doa kita itu ditujukan, jawabnya tentu saja kepada Allah SWT. Dan apa yang dimaksud dengan jalan lurus, maka tentu saja jalan Allah. 

Dengan demikian maka satu-satunya korelasi logis dari lafad الله  pada kalimat  بسم الله   adalah hanya dengan ayat 6 surat Al Fatihah tersebut diatas.

5. Selanjutnya kata Ar Rahman  [ الرَّحْمٰنِ ] pada kalimatبِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١) " itu  bermakna : 

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ 

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; ( 7 )

◇ Ditafsirkan demikian karena kata Ar-Rahman itu selalu berhubungan dengan konotasi memberi [ اَنْعَمْتَ ]. Yaitu kehendak Allah SWT untuk memberikan nikmat berupa petunjuk dan kehidupan surga kepada para hamba yang di kehendaki-Nya, yaitu kepada para syuhada, kepada hamba-hamba-Nya yang saleh, kepada kelompok Siddiqin, dan kepada para Nabi dan Rasul-rasul-Nya. Dan lalu Allah juga memberikan nikmat yang berupa  rejeki dunia kepada semua makhluk dan hamba-hamba-Nya, yang mukmin dan yang kafir, yang baik dan yang jahat. Tanpa pandang bulu. 

Catatan : Terkait dengan tafsir lafad اَنْعَمْتَ yang berstatus sebagai fi'il madi itu, maka lalu Syekhul Akbar Muhyiddin Ibn Arabi berkomentar, bahwa untuk kelompok orang yang jelas-jelas saleh [ yakni kelima golongan sebagaimana disebut diatas ] mereka dapat langsung menikmati kehidupan surga tanpa harus terlebih dahulu menunggu datangnya kiamat.  Begitupun bagi mereka yang jelas-jelas kafir maka mereka akan langsung dimasukan kedalam neraka, juga tanpa harus menunggu datangnya kiamat. 

Dan adapun terhadap mereka yang statusnya " Abu-abu ", maka kepada mereka-lah ketentuan transit di Alam Barzakh itu berlaku. Kelompok inilah yang dalam istilah Al Qur'an disebut sebagai para penghuni 'Araf, yaitu kelompok yang ditetapkan masuk surganya tertunda dan mereka terpaksa harus hidup dalam penantian, menunggu tibanya hari keputusan. [ lihat Futuhat Al-Makkiyyah jilid 2 ]. 

6. Sedangkan Kata Ar-Rahim  [ الرَّحِيْمِ ] pada kalimat  بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)  menjadi bermakna, 

غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ (٧)

bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Q.S. Al-Fatihah ayat ( 7)

◇ Ditafsirkan demikian karena kata Ar-Rahim itu selalu dikonotasikan dengan perbuatan mengasuh, mendidik, merawat, menjaga dan memelihara serta perbuatan Rabb dalam usahanya membimbing dan mengarahkan para hamba yang dikehendaki-Nya agar tetap berdiri di jalan-Nya. Supaya ia tidak menjadi " magdhub " terhadap-Nya dan agar ia tidak berlaku " dholin " terhadap dirinya sendiri. 

Itulah penjelasan sekilas mengenai kandungan Al Fatiha didalam kalimat  Basmalah. 


Gambar  : Tabel Korelasi Makna Antara Huruf Ba, Basmalah, Al Fatiha  dan Kandungan Al Quran 


BSubstansi Isi dan Kandungan " Al Quran " didalam " Surat Al Fatihah " : 

Berikut ini adalah kandungan Surat Al Fatihah yang isinya ternyata telah mencakup keseluruhan isu pokok yang dibicarakan dalam Al Quran, yakni : 

1. Konsep Akidah 

2. Konsep Akhlak

3. Konsep Hukum

4. Konsep Ibadah

5. Konsep Pengetahuan 

6. Tema Kisah-kisah Umat di Masa Lalu


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (Q.S. Al-Fatihah ayat 1)


1. Konsep Akidah [ Tauhid ] : 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ (٢)

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, (Q.S. Al-Fatihah ayat 2)


2. Konsep Akhlak : 

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ (٣)

Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, (Q.S. Al-Fatihah ayat 3)


3. Konsep Hukum : 

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ (٤)

Pemilik hari pembalasan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 4)


4. Konsep Ibadah :

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ (٥)

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 5)


5. Konsep Pengetahuan : 

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ (٦)

Tunjukilah kami jalan yang lurus (Q.S. Al-Fatihah ayat 6)

◇ Yaitu jalan para ahli ilmu, baik yang dohir [ yaitu jalan para ahli ilmu yang berbasis logika dan rasionalitas ] maupun ilmu yang batin [  yaitu jalan para ahli makrifat yang berbasis ilmu-ilmu Ruh dan ilmu-ilmu Sirr ].


6. Tema Kisah-kisah Umat di Masa Lalu

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ (٧)

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya [ yaitu jalan para Syuhada, Salihin, Siddiqin, Ambiya dan Mursalin ] ; bukan (jalan) mereka yang dimurkai [ yakni jalan Kaum Nuh, Kaum Namrud, Kaum Hud, Kaum Samud, Kaum Luth, Kaum Fir'aun, Askhabul Ross, Askhabul 'Aikah, Kaum Tuba, Serta Kaum Yahudi ], dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat [ yaitu jalan kaum Nasrani yang akidahnya telah dikotori oleh kepercayaan pagan bangsa Romawi serta pengaruh Filsafat Helenisme Yunani ]. (Q.S. Al-Fatihah ayat 7)

Kesimpulan

1. Bahwa hakikat dari huruf ب pada kalimat بسم الله  adalah ibarat esensi otak, atau esensi hati, atau esensi jantung dan atau esensi paru-paru dari Al Qur'an

2. Bahwa hakikat dari kalimat Basmalah adalah ibarat jaringan syaraf, atau jaringan otot-otot dan atau keseluruhan saluran peredaran darah dari al Quran 

3. Bahwa hakikat dari surat Al Fatihah adalah ibarat struktur kerangka dan atau tulang belulang dari Al Qur'an

4. Bahwa hakikat dari Al Qur'an secara keseluruhan [ minus Basmalah dan Fatiha ] adalah ibarat daging dan kulit yang membungkus keseluruh tulang belulang, jaringan syaraf, jaringan otot dan keseluruhan peredaran darahnya. 

Sekian, semoga tulisan ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan kaum muslimin khususnya yang terkait dengan  pemahaman makna-makna Isyari [ makna tersembunyi ] dari Al Quran.



Selasa, 14 Maret 2023

Shalat Wustha Makna Hakiki Dan Fadhilahnya

Oleh : Mang Anas


حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ (٢٣٨)

Peliharalah semua salat dan salat wustha. Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk.(Q.S. Al-Baqarah ayat 238)


A. Secara lughot atau makna bahasa kata الْوُسْطٰى  berarti " Tengah ".

Tetapi dari sudut makna  hurufnya maka kata الْوُسْطٰى bermakna sebagai berikut :

1. Huruf و pada kata  الْوُسْطٰى bermakna diri hamba yang tunduk patuh [ cermati bentuk huruf و  ]

2. Huruf س  pada kata الْوُسْطٰى bermakna tiga elemen diri manusia, yaitu jasad, akal dan jiwa [ cermati bentuk huruf س ] 

3. Sedangkan huruf ط bermakna wahyu, yakni bimbingan wahyu [ pada huruf ط itu elemen آ bermakna esensi ilahiah sedangkan elemen ص bermakna mata hati ] . 

Maka berdasarkan tinjauan makna huruf tersebut diatas Fadhilah melaksanakan shalat  الْوُسْطٰى bagi diri seorang hamba adalah berikut, 

1. Bagi Maqom Syariat atau Maqom Asbab :

Bagi hamba yang masih duduk dimaqom syariat [ maqom Asbab ] maka melaksanakan shalat wustho itu akan membuat diri hamba mampu memenej dan sekaligus membuatnya menjadi mampu menundukkan kecenderungan buruk hawa nafsu yang melekat pada elemen jasad, akal dan jiwanya [ disebut elemen buruk huruf س ] . Dan berkat salat wustho itu maka ketiga elemen buruknya insya Allah akan menjadi tunduk dan lalu kemudian menjadi patuh dibawah bimbingan wahyu [ Petunjuk Al Qur'an ]. Dalam kasus ini sang hamba disebut mendapatkan hidayah. 

2. Bagi Maqom Hakikat atau Maqom Tajrid  [ Insan Kamil ]  : 

Bagi diri hamba yang sudah duduk dimaqom hakikat [ maqom Tajrid ] maka Istiqomah dalam melanggengkan salat wustho itu bukan saja akan membuat dirinya semakin dalam memahami hakikat kemanusiaannya [ yaitu ketiga elemen diri yang selama ini tersembunyi didalam huruf س  ] , tetapi juga rakhmat dan barokah Allah SWT akan mengalir semakin deras kepada dirinya. Dalam hal ini diri hamba akan memiliki akses lebih jauh kesumber sumber wahyu  [ rahasia lauhul makhfudz ]. Tandanya adalah sang hamba akan semakin sering mendapatkan anugerah ilmu-ilmu ilham dan juga berbagai bentuk pengajaran ilmu ilmu kelangitan.

B. Lalu apa yang dimaksud sebagai Shalat Wustha ? 

Berdasarkan apa yang saya pahami, maka yang dimaksud sebagai shalat wustha adalah, 

1. Bagi maqom syariat yang dinamakan shalat wustha  adalah shalat yang dilakukan dalam keheningan akal pikiran. 

Dalilnya adalah, 

Jasad --- AKAL --- Jiwa

[ Lihatlah pada tipikal manusia jasad, dalam hal ini adalah diri yang belum dapat melepaskan diri dari cangkangnya yaitu unsur kejasadannya, maka posisi AKAL itu adanya ditengah ]

2. Adapun bagi maqom hakikat [ insan Kamil ] maka yang dimaksud sebagai salat wustho adalah shalat Ruh. 

Dalilnya adalah, 

Jasad - Akal - Jiwa - RUH - Sirr - Nur - Dzat

[ Lihatlah pada diri manusia insanul kamil yang sudah mampu menembus tujuh elemen dirinya, maka posisi RUH itu adanya ditengah ]


C. Kapan Waktunya ? 

a. Secara syariat adalah diwaktu Magrib. 

Dalilnya adalah, 

1. Shalat subuh itu Shalat bagi Jasad

2. Shalat Dhuhur itu Shalat bagi Akal  

3. Shalat Ashar  itu Shalat bagi Jiwa

4. Shalat Maghrib itu Shalat bagi Ruh

5. Shalat Isya itu Shalat bagi Sirr  [ yakni rahasia Insan ]

6. Shalatul Lail [ Tahajud ] itu Shalat bagi Nur [ yakni cahaya Insan ]

7. Shalat Witir itu Shalat bagi Dzat  [ yakni Dzat Insan ]

[ Lihat diantara waktu waktu sholat maka posisi Shalat Maghrib itu adanya ditengah ] 

b. Dan adapun secara hakikat maka waktunya adalah disemua shalat dan bahkan pada setiap hembusan nafas dan sudah selayaknya menempel secara otomatis pada setiap detak jantung. 

Demikianlah rahasia [ Fadhilah ] shalat wustho dari sudut ilmu hakikat dan makna hurufnya. 

Semoga Artikel ini bermanfaat.