Halaman

Minggu, 09 April 2023

Mengapa Allah SWT Kadang Menyebut Dirinya " AKU " Dan Kadang Menyebut Dirinya " KAMI "

By Mang Anas 


Ada dua jenis proses penciptaan yang terjadi di alam semesta :

A. Proses Penciptaan Makhluk Yang dilakukan Secara Langsung oleh Allah SWT.

1. Proses penciptaan makhluk yang dilakukan oleh Tuhan secara langsung itu diawali saat Dzat Allah bertajalli menjadi Nurullah. Adapun Hakikat dari Nurullah adalah esensi cahaya yang terpancar dari Dzat Allah. Yang esensi cahaya itu pada hakikatnya adalah merupakan manifes dari sifat-sifat esensial yang melekat pada diri Allah SWT. 

Lalu dari esensi yang bernama Nurullah itu lahirlah kemudian esensi kedua yang disebut Nur Muhammad. Dan apa yang dimaksud sebagai Nur Muhammad itu tidak lain adalah empat elemen sifat-sifat esensial dari Allah SWT yaitu sifat Iradat, sifat Hayat, sifat Kudrat dan sifat Ilmu yang kemudian bermanifes menjadi bentuk Al-Qolam, esensi Arsy, Kursi dan Lauhul Makhfudz. 

Dalam bahasa Al Qur'an tahapan ini disebut sebagai manifestasi dari kalimat Kun [ كن  ] yang substansinya merupakan kehendak Allah SWT yang diformulasikan dalam bentuk kata perintah " jadilah ".

2. Dan dari ke-empat elemen Nur Muhammad itu kemudian Allah SWT menciptakan apa yang sekarang kita kenal dengan sebutan Ruh Muhamad,  hal yang hakikatnya merupakan Genos dari penciptaan alam semesta.  Dan Genos itulah yang kemudian menjadi Alat bagi Allah dalam melakukan proses penciptaan pada tahapan selanjutnya. 

Hal demikian itu terjadi karena didalam Genos itu [ Ruh Muhammad ] Allah tanamkan di dalamnya empat elemen esensial dari daya maha dasyat penciptaan, yaitu esensi Al-Qolam, Arsy, Kursi dan Lauhul Makhfudz.   

Dalam bahasa Al Qur'an tahapan ini disebut sebagai Fa [ ف  ] yang berarti " Maka ......." Yang substansinya mirip dengan sebuah Mesin Semesta yang terus bekerja di balik proses yang tidak kasat mata. 

3. Lalu dari Fa [ ف ] itu kemudian mewujudlah bentuk lahir dan batin dari alam semesta yang elemen dasarnya terdiri atas partikel api, air, udara dan debu. 

Lalu Allah SWT kemudian menciptakan para Malaikat dan makhluk yang bernama Jin, berbagai macam jenis pohon dan tumbuhan serta berbagai macam binatang. 

Dan sebagai ciptaan penutup maka Allah SWT kemudian berkehendak untuk menciptakan Adam yang esensi sifat-sifatnya kurang lebih akan sangat mirip dengan diri-Nya. Hal demikian itu terjadi karena Adam memang diciptakan untuk menjadi gambar dari diri-Nya. 

Dan dari diri Adam itu Allah SWT kemudian  menciptakan istrinya,  yang diberi nama Hawa.  Kedua makhluk itu amat sangat disayangi-Nya, dan karena sedemikian sayangnya Tuhan terhadap mereka berdua, maka lalu dijadikanlah mereka berdua itu segel [ materai]  bagi alam semesta. 

Dalam bahasa Al Qur'an tahapan ini disebut dengan istilah يكن [ Yakun ] yang bermakna " Jadilah " atau terciptalah.


Keseluruhan tahapan proses penciptaan tersebut diatas Dalam bahasa Al Qur'an disebut dengan redaksi " wa-kholaq-tu "  [ و خلقت ]  Dan Aku Ciptakan. Pada tahap ini seluruh proses penciptaan masih terjadi secara revolusi.



Bagan : Empat Hakikat Ilahiyah Yang Mendasari Penciptaan Alam Semesta 


B. Proses Penciptaan Makhluk Yang Tidak dilakukan oleh Allah SWT Secara Langsung 

Setelah semua tahapan penciptaan tersebut diatas selesai. Maka di fase sesudahnya seluruh proses penciptaan akan menjadi berlangsung dengan sendirinya dan semuanya telah Tuhan desain agar terjadi secara otomatis melalui sebuah sistem yang disebut hukum pengembang-biakkan. 

Oleh karena itu maka kepada setiap organisme [ baik yang hidup maupun yang dianggap mati ] Allah SWT telah tanamkan kedalam diri setiap makhluk yang diciptakan-Nya itu ketentuan mengenai kadar dan hukum yang berlaku bagi dirinya, sesuai kodrat penciptannya masing-masing yang disebut dengan hukum pertumbuhan dan perkembang-biakan.

Dengan demikian maka semua proses pembentukan alam jadian pada tahap ini seluruhnya akan berlangsung dan lahir dari sistem mekanisme kerja alam semesta. Dan semua proses yang terjadi seluruhnya merupakan sunnatullah semata. 

Oleh karena itu maka pada tahap ini seluruh proses penciptaan hanya akan terjadi secara evolusi.

Dan dalam bahasa Al Qur'an fenomena ini disebut dengan redaksi " wa laqod kholaqna "  ولقد خلقنا  yang artinya " Dan Sesungguhnya Kami telah Menciptakan "

[ Referensi : Futuhat Al Makkiyah Jilid 2 Syekh Muhyiddin Ibn Arabi ]

Semoga bermanfaat 

-------®--------

Catatan : Konsekuensi dari dijadikannya manusia oleh Allah SWT sebagai segel adalah : selama makhluk yang bernama manusia itu ada [ eksis ] dimuka bumi, maka alam semesta ini akan tetap ada bersamanya. Tetapi manakala makhluk yang bernama manusia  karena suatu hal atau karena sebab tertentu ia menjadi lenyap [ tidak lagi eksis ], maka sebagai konsekuensinya alam semesta pun oleh Allah SWT akan ikut dilenyapkan [ lihat, Fusus Al-hikam, Syekh Muhyiddin Ibn Arabi, bab tentang Adam]




Selasa, 04 April 2023

Membumikan Nilai-nilai Al Fatiha Sebagai Asas Kita Bernegara dan Asas Dalam Tata Kelola Pemerintahan

By. Mang Anas

A. Pendahuluan 

Bahasan berikut ini adalah makna lain dari surat Al Fatiha, yaitu usaha menafsirkan substansi makna surat Al Fatiha dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (Q.S. Al-Fatihah ayat 1)


B. Kewajiban Pemerintah [ Penguasa ] Terhadap Rakyatnya 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ (٢)

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, 

(Q.S. Al-Fatihah ayat 2)

Tafsir  : 

1. Makna lafad  اَلْحَمْدُ  pada kalimat  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ dalam konteks berbangsa dan bernegara  adalah keseluruhan potensi sumberdaya baik manusia maupun bentuk kekayaan lainnya yang dimiliki oleh sebuah bangsa, yaitu kekayaan yang berada di darat, laut, di dalam bumi dan di wilayah udaranya.  

2. Makna lafad  لِلّٰهِ  dalam konteks berbangsa dan bernegara adalah agar seluruh potensi sumberdaya anugerah Tuhan Yang Maha Esa itu digunakan untuk sebesar - besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, dan jangan sampai hanya dinikmati atau dikuasai oleh segelintir dan sekelompok orang saja [ yaitu oleh oligarki ekonomi yang mengkooptasi kekuasaan ].

3. Dan adapun makna  lafad رَبِّ pada kalimat  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ adalah berarti kemampuan negara [ pemerintah ] dalam memenej seluruh potensi sumberdaya yang dimilikinya menggunakan sistem tata kelola pemerintahan yang baik, benar, efektif dan efisien. 

4. Selanjutnya adalah makna lafad  الْعٰلَمِيْنَۙ  yaitu agar pemerintahan itu dalam mengelola sumberdayanya selalu memperhatikan asas pelestarian lingkungan dan asas kesinambungan ketersediaan sumberdaya bagi kepentingan generasi dibelakangnya. 

--------®---------

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ (٣)

Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, 

(Q.S. Al-Fatihah ayat 3)

5. Dan adapun makna lafad  الرَّحْمٰنِ dalam konteks kebangsaan adalah " bangunlah badannya ", yaitu peran pemerintah sebagai fasilitator bagi rakyatnya. Caranya adalah dengan berupaya menyediakan berbagai infrastruktur dibidang perekonomian, berbagai sarana penunjang lembaga pendidikan, sarana kesehatan serta menyediakan berbagai sarana infrastruktur dibidang sosial. Hal itu dilakukan dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan warganya. 

6. Makna lafad  الرَّحِيْمِۙ  dalam konteks kebangsaan adalah " bangunlah jiwanya " , yaitu peran pemerintah sebagai dinamisator bagi rakyatnya.  Yaitu dengan memprakarsai tumbuhnya budaya inovasi, mendukung setiap kegiatan riset dan pengembangan teknologi. Baik yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta dan pihak perguruan tinggi. 

Hal itu  mutlak harus dilakukan dalam rangka menciptakan kemandirian ekonomi. Yaitu dengan memperkuat tatanan perekonomian yang berbasis industri, disamping sektor perdagangan dan jasa.

--------®---------

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ (٤)

Pemilik hari pembalasan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 4)

7. Adapun Lafad مٰلِكِ  dalam konteks ini adalah peran pemerintah selaku otoritas penegak hukum yang berwibawa  dan sekaligus penegak disiplin warga negaranya.  Diharapkan berjalan efektif. Hal itu dilakukan dalam rangka menciptakan tertib sosial didalam masyarakat dan dalam rangka menjaga stabilitas nasional. 


C. Kewajiban Rakyat  [ Warga negara  ]  Terhadap Negara dan Pemerintahnya.


اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ (٥)

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Q.S. Al-Fatihah ayat 5)

1. Dan adapun makna kalimat  اِيَّاكَ نَعْبُدُ dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara adalah kewajiban warga negara terhadap pemerintah dan negaranya,  yaitu agar mereka terbiasa dengan budaya kerja keras, dan rela mendedikasikan hidupnya demi tercapainya cita-cita dan tujuan bersama.  

2. Dan makna kalimat   وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ dalam konteks ini adalah tumbuhnya budaya inovasi dan kreatifitas dikalangan warga negara dalam rangka memajukan peradabannya.

--------®---------

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ (٦)

Tunjukilah kami jalan yang lurus, 

(Q.S. Al-Fatihah ayat 6)

3. Makna kalimat  اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ adalah kewajiban semua warga negara untuk memahami konstitusi, undang-undang dan berbagai peraturan yang disepakati itu  untuk kemudian dilaksanakan dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari mereka.  

--------®---------

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ (٧)

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 

(Q.S. Al-Fatihah ayat 7)

4. Makna kalimat صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ adalah agar seluruh rakyat menyadari bahwa kekayaan sumberdaya yang dimiliki oleh negara merupakan milik bersama, dan  itu harus dikelola dan dimanfaatkan untuk kemakmuran bersama.  

5. Makna kalimat غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ adalah terciptanya rasa aman dan tertib sosial yang tinggi.

Semua warga negara hendaknya memiliki disiplin diri yang tinggi serta lebih mengutamakan kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadi  atau golongannya. 

6. Makna kalimat  وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ  adalah semua warga negara hendaklah dapat menahan dirinya agar  tidak terjerumus pada pola hidup yang konsumtif dan atau prilaku hedonis yang akibatnya dapat  menjerumuskan bukan saja dirinya tetapi juga anak cucu yang akan lahir dibelakangnya [ akan mengalami kelangkaan sumberdaya ].

Semoga Tulisan ini dapat menambah wawasan cara kita memandang dan memahami Al Quran.