Halaman

Jumat, 27 Mei 2022

Kupas Tuntas Makna " Amanu, Aslamu, Kafaru , Musyriku dan Munafiku "

Seri Ilmu Huruf :

By. Mang Anas


A. Makna Sirr kata امن [ Amanu ]

Yang disebut orang beriman adalah orang yang dilimpahi berkah kemakrifatan [ ن ] dan hikmat  [ م ] ketuhanan [ ا ]. 

Kata أمن juga bisa diartikan penyaksian seseorang [ ن ] dengan seluruh jiwanya dan dari hatinya yang paling dalam, benar bahwa Muhammad saw [ م ] adalah nabi dan utusan Allah [ ا ] .

Dari kata " dilimpahi " itu kita dapat menyimpulkan bahwa perkara iman itu adalah murni otoritas Tuhan dan sifatnya tajalli. Dan karena perkara keimanan ini adalah sesuatu yang sifatnya tajalli maka kepada siapa ia datang dan iman apa yang dipeluknya, semuanya sudah merupakan kehendak dan ketetapan Tuhan, disini manusia sama sekali tidak memiliki otoritas ataupun wewenang untuk menolaknya. Dan dengan demikian maka hakikat keimanan itu adalah murni pemberian dari Tuhan. 




Bagan : Misteri Agama agama dan Kedudukannya pasca Kedatangan Syariat Nabi Muhammad Saw dalam Perspektif Makna Sirr Surat Al-Fatiha.


وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًاۗ  اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (١٤٨)

" Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. " (Q.S. Al-Baqarah ayat 148)

Dari uraian diatas kita pada ahirnya akan diajak untuk menyelami sebuah hakikat  pengetahuan yang bukan saja penting, tetapi juga sering kurang tuntas dijelaskan : yaitu mengapa Tuhan menjadikan manusia agamanya berbeda - beda,  iman dan kepercayaan mereka juga bermacam - macam. Apa alasannya, dan apa tujuannya.

Dan kala kita telah mampu mencermati dan menyelami dalil-dalilnya, maka dengan sendirinya kitapun akan mendapatkan jawabannya, yaitu bahwa ternyata keanekaragaman iman, agama dan kepercayaan manusia itu semuanya terjadi karena kehendak Allah. Dia sendirilah yang mengatur dan yang menetapkannya, mulai dari : kapan seseorang harus lahir, dimana,  dari keturunan siapa, dilingkungan keluarga yang agamanya apa, dalam ras apa, di lingkungan sosial yang bagaimana dan seterusnya. Dengan kata lain, disini manusia sama sekali tidak diberi kewenangan untuk memilih.

Rasulullah Saw bersabda: "Setiap anak dilahirkan (dalam keadaan) fitrah, kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi ...[ HR. Muslim ]

Pertanyaanya, siapakah yang menetapkan seorang anak harus lahir dari keluarga yang Yahudi, Nasrani atau Majusi ?  Sehingga anak itu pada ahirnya merasa lebih cenderung dan merasa lebih familiar terhadap agama yang dianut oleh bapak dan ibunya. Jawabnya, pastilah Tuhan. Tuhan lah yang membuatnya demikian.

Lalu jika memang itu perbuatan Tuhan dan terjadi melalui kehendak dan ketetapan-Nya, maka pemilik akal sehat pasti akan bertanya,  mengapa Tuhan yang katanya Maha Adil, Maha Rahman dan Maha Rahim berbuat demikian ?,  maka inilah jawabannya,

 لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًاۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ (٤٨)

" Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan, " (Q.S. Al-Ma'idah ayat 48)l

لِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوْهُ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِى الْاَمْرِ وَادْعُ اِلٰى رَبِّكَۗ اِنَّكَ   لَعَلٰى هُدًى مُّسْتَقِيْمٍ (٦٧)   وَاِنْ جَادَلُوْكَ فَقُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (٦٨) اَللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ (٦٩ )

Bagi setiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang (harus) mereka amalkan, maka tidak sepantasnya mereka berbantahan dengan engkau dalam urusan (syariat) ini dan serulah (mereka) kepada Tuhanmu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus (67), Dan jika mereka membantah engkau, maka katakanlah, “Allah lebih tahu tentang apa yang kamu kerjakan " ( 68), Allah akan mengadili di antara kamu pada hari Kiamat tentang apa yang dahulu kamu memperselisihkannya. (Q.S. Al-Hajj ayat 67- 69)

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ  كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ (١٠٨)

"Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan". (Q.S. Al-An'am ayat 108)

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالصَّابِـُٔوْنَ وَالنَّصٰرٰى مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ (٦٩)

" Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, shabiin dan orang-orang Nasrani, barangsiapa beriman kepada Allah, kepada hari kemudian, dan berbuat kebajikan, maka tidak ada rasa khawatir padanya dan mereka tidak bersedih hati." (Q.S. Al-Ma'idah ayat 69)

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ (١٣)

" Sesungguhnya orang-orang yang  berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. " (Q.S. Al-Ahqaf ayat 13)

سَابِقُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۙ اُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۚ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ (٢١)

" Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. "   (Q.S. Al-Hadid ayat 21)

Begitulah, dan ternyata bahwa yang namanya kebenaran, nur dan cahaya Tuhan itu banyak terserak, ia bisa berada dimana saja,  tersembunyi  dibalik berbagai macam agama dan keyakinan, dan didalam hati sanubari hamba hamba-Nya. 

Dan adapun untuk mendapatkan apa yang terserak dan yang tersembunyi itu [ yang disebut sebagai jati diri atau fitrah], disini kita dituntut untuk melakukan pencarian dan pendakian rohani secara bersungguh-sungguh, dengan berkesinambungan, dan musti dilakukan sepanjang hayat.

قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِۗ  فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ (٦٤)

Katakanlah, “Wahai Ahli Kitab! Marilah [ kita melakukan pendakian rohani dengan  sungguh -sungguh lewat agama dan cara kita masing-masing  ], hingga kita tiba di puncak [ makrifat] yang sama, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. ” (Q.S. Ali 'Imran ayat 64)

Dengan " melakukan proses pendakian ruhani secara benar dan bersungguh-sungguh itu " maka manusia dengan latar belakang agama dan kepercayaan apapun dipastikan akan dapat mencapai hakikat Tuhannya, yaitu dapat memakrifahi Af'al,  Asma, Sifat dan Dzat-Nya. Proses ini sebenarnya mirip dengan peristiwa beberapa kelompok pendaki yang hendak melakukan pendakian ke sebuah puncak bukit, maka dari sisi manapun mereka mendaki pada ahirnya akan sampai dan tiba dipuncak yang sama, yakni bahwa "  bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah ", itulah yang disebut menemukan fitrah, 

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ  لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ (٣٠)

Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus [ yaitu agama yang paling sesuai dengan hakikat dirimu ], itulah  fitrah Allah, yang Dia telah menciptakan manusia menurut fitrahnya [ masing-masing]. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (Q.S. Ar-Rum ayat 30)

Ketidak-tahuan itulah yang menyebabkan manusia satu sama lain saling bertengkar, menjadi saling membenci, bahkan bunuh-membunuh dan saling menumpahkan darah sesamanya hanya gara-gara perbedaan agama dan keyakinan. 

 ۨ وَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَّصَلَوٰتٌ وَّمَسٰجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللّٰهِ كَثِيْرًاۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ (٤٠)

" Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. " (Q.S. Al-Hajj ayat 40)

Siapakah yang dimaksudkan sebagai orang-orang yang menolong Agama Allah  ? 

اَلَّذِيْنَ اِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ وَاَمَرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَلِلّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ (٤١)

" 1. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan salat [ yaitu memakmurkan masjid-masjid, biara- biara, sinanog-sinanog dan gereja- gereja yang didalamnya Nama Allah  disebut dan diagungkan ] 

2. menunaikan zakat [ Memiliki komitmen terhadap prinsip kemakmuran dan kesejahteraan bersama  ]

3. dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar [ memiliki komitmen untuk senantiasa memelihara keamanan dan ketertiban umum ] 

Dan kepada Allah-lah kembali segala urusan [ hanya Allah -lah satu- satunya yang berhak menilai dan memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah  ]. "  (Q.S. Al-Hajj ayat 41)

Yaitu nanti bila telah tiba waktunya [ di alam akhirat ] dan saat itu segala  hijab yang menutupi mata manusia disingkapkan [ semua hati manusia dikasyafkan ]. Maka pada saat itu barulah semua manusia akan menyadari bahwa apa yang selama ini selalu mereka perselisihkan itu pada hakikatnya  hanyalah skenario besar Yang Maha  Agung,  Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Menetapkan Permainan. Sesuai dengan firman-Nya berikut ini : "Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu,...(Q.S. Al-Ma'idah ayat 48)l, dan bahwa " Bagi setiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang (harus) mereka amalkan, maka tidak sepantasnya mereka berbantahan....(Q.S. Al-Hajj ayat 67- 69), dan " Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka...." [ QS. Al-An'am ayat 108 ].


Bagan : Level - level Pendakian Rohani Manusia lewat Agama -agama dan Kepercayaannya

Oleh karena itu mengenai jalan syariat antar agama yang berbeda- beda itu, maka sepanjang mereka masih dapat menemukan kebenaran Tauhidnya [ kebenaran yang Tunggal dan Universal  ] dan sepanjang masih berada dalam koridor yang dapat dibenarkan, maka Allah swt tidak akam hendak mempermasalahkannya.

Dan kalau kita mencoba menilik lebih teliti lagi ayat ayat tersebut diatas hingga pada substansinya yang paling dalam, maka yang namanya  " keislaman " [ jalan para nabi dan rasul atau Dinullah ] itu hakikatnya adalah universal, ia tidak bisa kita claim atau dimonopoli sebagai hanya milik kita. Islam dan keislaman itu bersifat inklusif, maka ia bisa diperoleh dari banyak jalan, lewat agama-agama dan dari segala ragam keyakinan.

Oleh karena Islam itu adalah agama yang dibawa dan diwahyukan kepada semua nabi, maka ia bisa menjadi milik siapa saja yang merasa menjadi umat dari nabi yang di ikutinya, yang mengimani dan yang mengamalkan ajaran agamanya. Sebab arti substansi dari islam itu sendiri adalah aman, sampai, selamat, damai, serta tunduk dan pasrah kepada kehendak Tuhan. Yakni Tuhan Yang Sejati, Yang Tunggal, Yang Sendiri dan Yang Berdiri diatas Dirinya Sendiri. Terlepas siapapun nabinya.

Dan adapun jalan yang paling dibenci Allah swt adalah jika kita menjadi kafir, menjadi musyrik, berlaku fasik atau jika kita menjadi orang munafik dalam segala seginya dan disemua mantranya. Yaitu jika kita menjadi manusia yang malas untuk mendaki dalam rangka mencari kesejatian dirinya, baik karena sombong atau menutup diri. Karena berwatak rakus, tiran dan serakah. Atau karena sikap berlebih-lebihan dan melampaui batas. Menjadi pendendam, berkhianat,  iri, dengki dan tidak peduli serta tidak memiliki sifat belas kasih. Suka menyebarkan fitnah, suka mengadu domba  dan suka mengobarkan  permusuhan diantara sesama manusia. 

Dengan  demikian maka sekali lagi bahwa yang namanya penganut Islam [ pengikut jalan para nabi dan rasul atau Dinullah ] itu bukanlah apa yang tertulis pada kolom agama di KTP - nya. Sebab Islam itu adalah substansi, ia  bukanlah kulit, jubah, gamis, kerudung atau jenggot. Lebih penting lagi Islam adalah soal tauhid, soal hati, sikap dan perilaku yang mencerminkan ketulusan dan kelembutan hati, kepedulian dan kasih sayang. Sebab hakikat Islam [ jalan para nabi dan rasul atau Dinullah ] adalah " Rahmatan lil alamin " dan " Bismillahi rohmani rohim ". Dan hal itu hanya bisa dicapai dengan pencarian dan usaha yang sungguh-sungguh serta tidak kenal-lelah. Nilai-nilai itu jika ia telah bersemayam pada diri seseorang karena ia telah berusaha untuk mencari dan bertekad mendapatkannya maka ia layak menyebut dirinya muslim : dimata manusia ia bisa saja berwujud sosok seorang kyai, sosok pendeta, sosok pastur, sosok bikshu, sosok petani, sosok pedagang, sosok buruh, karyawan, dukun, atau sosok pejabat, pengusaha, akademisi dan bahkan tukang cendol, sepanjang nilai-nilai itu ada dan tertanam kuat didalam dirinya, terlepas dari apapun bunyi kolom agama yang tertulis di KTP-nya, maka hakikat mereka dimata Tuhan adalah muslim dan mereka termasuk orang-orang yang beriman dalam pengertiannya yang murni dan sejati. Itulah " orang orang yang oleh Allah dijanjikan akan mendapatkan keselamatan, tidak ada rasa khawatir dan tidak bersedih hati ".

Pandangan yang sama kunjungi laman Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=CiBkE3E3OTQ


B. Makna Sirr kata  اسلم [ Aslamu ]

Adapun yang dimaksud dengan اسلم adalah manusia yang dengan kemampuan hikmat yang dimilikinya, yaitu dengan seluruh potensi hati, akal dan kecerdasannya [ م ] berusaha menundukkan nafsunya atau membuka hijab dirinya [ ل ] sampai ia dapat memahami dengan sebenar- benarnya siapa misteri dirinya [ س ] sehingga ia pun kemudian dapat mengenali Tuhannya [ ا ] lalu ia berusaha mentaatinya disepanjang kehidupannya. 

Kata أسلم juga bisa dimaknai sebagai pelaksanaan lima rukun islam, yaitu syahadat sebagai  bentuk pengakuannya kepada Tuhan [ ا ], shalat sebagai tanda ketundukan dan sifat penghambaannya [ ء ], zakat sebagai bentuk derma kemanusiaannya [ س ], puasa sebagai cara untuk menundukkan hawa nafsunya [ ل ] dan haji sebagai puncak pencapaian martabat kemanusiaannya, yang dalam hal ini adalah maqom Muhammad [ م ] atau maqom insan kamil.

Dan yang ketiga, kata  أسلم  juga bisa dimaknai sebagai pelaksanaan lima sila dalam Pancasila yaitu, Ketuhanan yang maha esa [ ا ], Kemanusian yang adil dan beradab [ ء ], persatuan [ س ], Kerakyatan yang dipimpin [ ل ] oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan yang terahir adalah Keadilan sosial bagi seluruh rakyat [ م ]. 

C. Makna Sirr kata  كفر [ Kafaru ]

Makna Sirr atau makna substantif huruf ك pada kata كفر adalah kesombongan. Yakni manusia yang merasa dirinya dapat melakukan segalanya sendiri, karena jabatan dan kekuasaannya [ د  ] atau karena ilmu dan kemampuannya [ ء ], harap diingat bahwa asal usul pembentukan huruf ك adalah dari elemen huruf د dan ء.

Adapun huruf ف  adalah perlambang dari kharisma atau besarnya pengaruh keduniaan orang yang bersangkutan dihadapan masyarakatnya atau terhadap komunitas yang dipimpinnya. Sementara huruf ر adalah simbol dari amal dan jasa jasanya. 

Dengan demikian huruf ك ، ف dan ر itu masing-masing berkontribusi dalam membentuk kepribadian seseorang untuk menjadi sombong. Sedangkan kesombongan adalah pintu dari segala kekafiran.

اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَالَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ قُلُوْبُهُمْ مُّنْكِرَةٌ وَّهُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ (٢٢)

" Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari, dan mereka adalah orang yang sombong. " (Q.S. An-Nahl ayat 22)

كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓ ۙ (٦)  اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ (٧)

" Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas (6), apabila melihat dirinya serba cukup. " (Q.S. Al-'Alaq ayat 6 - 7)

"Tidak akan masuk kedalam surga orang yang dihatinya ada kesombongan meskipun seberat biji sawi. Lalu ada yang bertanya : sesungguhnya seseorang itu sangat senang kepada baju dan sandal yang bagus ? maka beliau berkata : sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia". [ HR Muslim ].

D. Makna Sirr kata  مشرك [ Musyriku ]

Musyrik adalah suatu keadaan dimana seseorang mengingkari fitrah ke-Muhammad-an [ م ] yang sejati yang ada pada dirinya [ ش ] sekalipun Tuhan sudah dengan jelas sekali menunjukkan segala rahmat dan tanda tanda kasih-sayangnya [ ر ] kepada manusia. Mereka [ ك ] berbuat demikian itu tidak lain karena mereka merasa dirinya dapat melakukan segalanya sendiri, baik karena jabatan dan kekuasaannya [ د  ] atau karena ilmu dan teknologi [ ء ] yang dikuasainya. Semua itu dipandangnya dapat diraih semata- mata karena berkat usaha dan kerja kerasnya sendiri. Dan pada apa yang telah diraihnya itu mereka beranggapan, disana tidak ada peran atau andil Tuhan. 

فَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَاۖ ثُمَّ اِذَا خَوَّلْنٰهُ نِعْمَةً مِّنَّاۙ قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ ۗبَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

" Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Az-Zumar Ayat: 49)

Dengan demikian maka di era modern ini kata مشرك itu harus dimaknai sebagai kecendrungan untuk " me-nuhan-kan " dirinya sendiri. Jadi Musyrik itu jangan hanya dikonotasikan dengan penyembah patung, pepohonan, matahari, bintang - bintang ,  jin atau setan.

Karena model kemusyrikan yang lebih banyak mewujud pada era sekarang ini adalah kesombongan model fir'aun dan gaya tiran raja Namrud. Dua figur manusia yang dimabok kepayang karena besarnya kekuasaan dan ketinggian ilmu dan tingkat peradaban yang dicapainya.

E. Makna Sirr kata منفق [ Munafik ] 

Kata munafik tersusun atas huruf, م، ن، ف، ق. Huruf م menyimbolkan pengetahuan, ن melambangkan diri orang yang berpengetahuan, huruf ف dengan harokat kebawah melambangkan kegelisahan hatinya terkait terganggunya kepentingan atau ketakutan surutnya pamor diri atau pengaruh kepemimpinannya dihadapan orang, sedangkan huruf ق adalah simbol dari usahanya untuk mempertahan diri dengan berbagai cara. Dengan demikian makna dari kata منفق  adalah individu atau segolongan orang dari kasta atau kelompok tertentu yang berusaha mempertahankan status quo dirinya dihadapan orang banyak, biasanya karena datangnya figur baru yang dianggap bisa mengancam kepentingan diri dan atau kedudukannya, dan itu akan ditempuh dan dilakukan dengan berbagai cara termasuk jika itu sebuah penghianatan atau bahkan tindak kejahatan. 

Oleh karena itu sifat atau karakter utama yang menghinggapi orang orang munafik adalah bersarangnya sifat sifat dendam,  dengki, iri hati, menyebar fitnah, berkhianat dan suka mengadu domba. 

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ رَاَيْتَ الْمُنٰفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًاۚ (٦١)

" Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,” (niscaya) engkau melihat orang munafik menghalangi dengan keras dirimu. " (Q.S. An-Nisa' ayat 61)

يَحْذَرُ الْمُنٰفِقُوْنَ اَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُوْرَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِيْ قُلُوْبِهِمْۗ قُلِ اسْتَهْزِءُوْاۚ اِنَّ اللّٰهَ مُخْرِجٌ مَّا تَحْذَرُوْنَ (٦٤)

" Orang-orang munafik itu takut jika diturunkan suatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah (kepada mereka), “Teruskanlah berolok-olok (terhadap Allah dan Rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah akan mengungkapkan apa yang kamu takuti itu. "  (Q.S. At-Taubah ayat 64)

وَلَا تُطِعِ الْكٰفِرِيْنَ وَالْمُنٰفِقِيْنَ وَدَعْ اَذٰىهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا (٤٨)

" Dan janganlah engkau menuruti orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah engkau hiraukan gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung. " (Q.S. Al-Ahzab ayat 48)

۞ اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ نَافَقُوْا يَقُوْلُوْنَ لِاِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَىِٕنْ اُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيْعُ فِيْكُمْ اَحَدًا اَبَدًاۙ وَّاِنْ قُوْتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ (١١)

" Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudaranya yang kafir di antara Ahli Kitab, “Sungguh, jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun demi kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantumu.” Dan Allah menyaksikan, bahwa mereka benar-benar pendusta. "  (Q.S. Al-Hasyr ayat 11)

وَاِذْ يَقُوْلُ الْمُنٰفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ مَّا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اِلَّا غُرُوْرًا (١٢)

" Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit berkata, “Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami hanya tipu daya belaka.” (Q.S. Al-Ahzab ayat 12)

Demikian, semoga tulisan ini bermanfaat.




Rabu, 25 Mei 2022

Rahasia Keutamaan Lafadz Dzikir Empat Kalimat Mulia Yang Jarang Orang Tahu

Seri Ilmu Huruf : 

By Mang Anas 


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا عَلَى الأَرْضِ رَجُلٌ يَقُولُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ إِلاَّ كُفِّرَتْ عَنْهُ ذُنُوبُهُ وَلَوْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ »

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang di muka bumi ini mengucapkan: Laa ilaha illallah, wallahu akbar, subhanallah, wal hamdulillah, wa laa hawla wa laa quwwata illa billah, melainkan dosa-dosanya akan dihapus walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Ahmad 2/158, sanadnya hasan)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لأَنْ أَقُولَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ ».

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Sesungguhnya membaca “subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar)” adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena sinar matahari.” (HR. Muslim no. 2695).


Gambar  : Tingkatkan Dzikir, Martabat dan Warna - warna Cahayanya [ Warna Cahaya bisa dilihat pada Warna kotaknya dan bukannya huruf ]


1. Makna sirr fadhilah lafad dzikir kata سُبْحَانَ

Kala Huruf س [ diri manusia ] telah menemukan rahasia ب [ pengajaran ilmu sejati ] dan kala ilmu itu dituangkan kedalam dadanya [ ح ]  sebagai bentuk anugerah dari Tuhannya [ ا ],  maka atas kehendak-Nya di dudukkanlah si hamba itu pada maqom huruf ن, yaitu kedudukan orang-orang yang diberi pengajaran dan karunia ilmu langsung dari Tuhannya. 

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ (٣)  الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ (٤)  عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ (٥)

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia (3), Yang mengajar (manusia) dengan pena ( 4) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-'Alaq ayat 3 - 5)

2. Makna Siir fadhilah lafad dzikir kata  الْحَمْدُ

Saat Tuhan [ ا ] menghendaki untuk membuka hijab para hambanya [ ل ] yaitu hijab raga, akal dan nafsunya, lalu Tuhan menghendaki untuk menuangkan warid - warid hikmah kedalam dada hambanya [ ح ] atas karunia dari-Nya, maka dengan seketika akan jadilah si hamba itu manusia yang bijaksana [ م ], lalu Allah pun mendudukkannya pada maqom ulil albab [ د ]. Yakni segolongon manusia yang dianugerahi ilmu dan hikmah dari Tuhannya.

يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُۚ  وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًاۗ  وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ (٢٦٩)

Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali para Ulil Albab. (Q.S. Al-Baqarah ayat 269)


3. Makna Siir fadhilah lafad dzikir kata  اللهُ

Kala Dia, yakni Dzat yang Ghoibul ghuyub [ ا ] menghendaki diri-Nya untuk dikenali maka kepada hamba yang dikehendaki- Nya itu Dia akan memperlihatkan cahaya diri-Nya للل  [ Nurullah dan Nur Muhammad ] kepada diri hamba-Nya. Dan kepada hamba-Nya itu lalu dibentangkanlah segala keagungan dan rahasia kebesaran diri-Nya [ ه ]. 

يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيْهِۚ (٦)

Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya. (Q.S. Al-Insyiqaq ayat 6)


4. Makna Siir fadhilah lafad dzikir kata  أَكْبَرُ

Kala Dia [ ا ] telah berkehendak untuk mendekatkan sang hamba kepada  diri-Nya, serta mengangkat derajat hamba yang sangat dikasihi-Nya itu pada maqom khusus [ ك ] dan Dia pun berkehendak untuk memberikan kepada hamba-Nya itu anugerah-Nya yang paling besar, " Sirrun min Asrariy atau Rahasia di antara Rahasia-Ku " [ ب ], maka sebagai tanda dari pencapaian maqom, kepada hamba-Nya itu dihiaskanlah jubah kebesaran- Nya [ ر ]. Demikianlah pentahbisan itu dilakukan-Nya terhadap diri hamba yang Dia kehendaki untuk diangkat derajatnya ke maqom Siddiqin [ وَشَاهِدٍ وَّمَشۡهُوۡدٍؕ ].

اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ (٤)  عَلَّمَهٗ شَدِيْدُ الْقُوٰىۙ (٥)  ذُوْ مِرَّةٍۗ  فَاسْتَوٰىۙ (٦)  وَهُوَ بِالْاُفُقِ الْاَعْلٰىۗ (٧) ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّٰىۙ (٨)  فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ (٩) فَاَوْحٰىٓ اِلٰى عَبْدِهٖ مَآ اَوْحٰىۗ (١٠)  مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَاٰى (١١)

Tidak lain (Al-Qur'an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (4) yang diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat,  (5) yang mempunyai keteguhan; maka Dia menyibakkan rahasia diri-Nya (6) Sedang dia berada di ufuk yang tinggi (7) Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat,  (8) sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi) (9) Lalu disampaikan- Nya wahyu kepada hamba-Nya apa yang telah diwahyukan (10) Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.  (Q.S. An-Najm ayat 5 - 11)


5. Makna Siir fadhilah lafad dzikir kata  حَوْلَ dan kata  قُوَّةَ

a. Makna Sirr huruf- huruf lafad حَوْلَ

Yaitu ketika  para hamba yang dadanya telah dipenuhi oleh ilmu, hikmat, makrifat dan hakikat itu [ ح ] diturunkan kembali ke alam manusia dan dia harus bertindak sebagai agen atau wakil Tuhan dimuka bumi [ و ] untuk menjalankan perannya selaku rijaul ghaib [ ل ], yaitu menjadi guru dan mursyid ditengah - tengah manusia dan mengajari mereka jalan sampai kepada Tuhannya. 

b. Makna Sirr huruf- huruf lafad قُوَّةَ

Maka dengan kehendak-Nya dijadikanlah manusia yang sangat dikasihani-Nya itu pemimpin ditengah tengah umatnya [ ق ] lalu orang-orang pun serentak menjadi sangat takdim dan merasa sangat menyintainya, karena mereka seperti melihat pantulan cahaya Tuhan itu ada pada dirinya [ و ] lalu mereka pun berduyun duyun datang mengerumuninya untuk mendapatkan barokah ilmu yang diajarkannya [ ت ] 

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ (١٢٨)

Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. (Q.S. At-Taubah ayat 128)

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ (٢١)

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (Q.S. Al-Ahzab ayat 21)


Semoga Tulisan ini bermanfaat dan membawa kebaikan bagi kita semua. 




Senin, 09 Mei 2022

Tahapan Penciptaan Manusia dan Proses Perjalanan Rohaninya Kembali Kepada Tuhan [ Perspektif Martabat Tujuh ]

By. Ki Bagus Fanani 


Berikut sedikit keterangan dari alam-alam yang dinaiki oleh rohani seseorang: 

Bagan : Tujuh Lapisan Batin Diri Manusia


1.Alam pertama adalah alam wadag (alam semesta) tempat tubuh kasar manusia (jisim kasyif) beraktifitas. 

Dalam martabat tujuh jisim kasyif adalah alam insan kamil tempat bersemayamnya jisim latif (tubuh halus) dan anggota batin yang sudah bersamanya. Jisim kasyif dipenuhi cahaya yang berwarna-warni disebut juga sebagai latifah, cahayanya berubah-rubah warna tergantung keadaan batin manusia. 

Setelah Dia membentuk jisim latif manusia di alam ajsam Dia memastikan Diri kalau makhluk yang akan mengenal-Nya menjadi mahkluk super semesta. Dia kemudian menggabungkan seluruh unsur kelangitan yang sudah tercipta untuk dijadikan tempat bagi para jisim latif dan terciptalah alam wadag dan salah satunya adalah bumi yang kemudian unsurnya dijadikan bahan untuk penciptaan jisim kasyif (tanah, air, angin, dan api). 

Sesudah terbentuknya alam wadag tersebut jisim latif manusia mulai berpindah dari alam ajsam ke alam insan kamil atau jisim kasyif saat berusia empat bulan di dalam kandungan, dan diusia tujuh bulan jisim kasyif berproses memersiskan wujudnya seperti wujud jisim latifnya. 

Alam wadag memiliki jaringan alam semesta bentuknya seperti jala yang saling terhubung. Satu titik jala memiliki gabungan dari berbagai galaksi, satu titik jala terhubung dengan satu titik jala yang lain dan saling menguatkan. Jala-jala semesta ini keluar dari lubang gelap penghubung antara alam wadag dan alam alus, mereka keluar dan menemukan jalannya masing-masing ada yang diam, berputar, berpindah, berterbangan, dan mengikuti yang besar. Jisim latif dan anggota batin lainnya yang masih berada di alam wadag diperkenankan menjelajah menaiki lapisan-lapisannya dan mampu masuk di lubang gelap yang kemudian tembus menaiki alam ajsam dan lapisan-lapisan alam selanjutnya.

مِنَ اللّهِ ذِى الْمَعَارِجِ.

(Yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik. (Al Ma’aarij, 3). 

Manusia di alam wadag disebut sebagai insan yang telah terbentuk sempurna dari tujuh susunan yakni dzat, nur, sirr, ruh, nafsu, akal, dan tubuh. Keadaannya tenang, terang, penuh rahasia, mengenali, berkeinginan, berpikir, dan berbentuk. 



Gambar  : Ruh Manusia dan Perjalanan Takdirnya 


2.Alam kedua yang akan dinaiki adalah alam alus atau alam ajsam. 

Setelah alam mitsal tercipta, Dia mewujudkan keinginannya terciptalah alam ajsam dan akal. Bersamaan dengan itu ruh manusia berpindah ke alam ajsam. Saat ruh manusia berada di alam ajsam, ruh manusia dibekali akal dan membentuk wujud halus, jadilah jisim latif manusia. 

Alam ajsam adalah tempat dimana seluruh makhluk halus berada, mereka berbentuk halus, berwarna dan bersuara. Wujud alamnya serba halus dan berlapis-lapis ada yang dominasi warna merah, biru, hijau, putih, dan warna warni lainnya. 

Seluruh makhluk halus yang tak kasat mata berpusat di alam ini termasuk jin dan lain sebagainya, mereka semua beribadah dan menerima hasil dari perbuatannya sendiri. 

Manusia di alam ajsam ini telah terbentuk enam susun yakni dzat, nur, sirr, ruh, nafsu, dan akal. Keadaannya tenang, terang, penuh rahasia, mengenali, berkeinginan, dan berpikir. 

Karena jisim latif manusia terbentuk di alam ini, manusia diperkenankan masuk di alam ini. Baik sedang dalam keadaan terjaga atau dalam keadaan tidur. 

3.Alam ketiga yang dinaiki adalah alam lembut atau alam mitsal. 

Setelah Dia menciptakan ruh manusia di alam arwah Dia menggerakan Ruh-Nya berputar terciptalah alam mitsal dan nafsu. Setelah alam mitsal tercipta ruh manusia berpindah ke alam mitsal dan dibekali nafsu, saat ruh dibekali nafsu ruh menjadi memadat dan menjadi jisim na’im (tubuh lembut). 

Alam mitsal sangat luas dan teduh, lebih halus dari alam ajsam, penuh cahaya-cahaya yang bergerak bebas, mereka adalah jisim na’im yang belum turun ke alam ajsam, atau juga manusia yang telah mampu naik, atau manusia yang sudah meninggal. Mereka yang berada di alam ini senang memuja dan memuji, saling memberi salam dan saling memberi kabar. 

Di alam mitsal ini manusia telah terbentuk dari lima susun yakni dzat, nur, sirr, ruh, dan nafsu. Keadaannya tenang, terang, penuh rahasia, mengetahui dan berkeinginan. 

Karena manusia berbahan dari alam ini manusia diperkenankan untuk memasukinya. 

4.Alam keempat yang dinaiki adalah alam Ruh atau alam Arwah. 

Setelah Dia menampakan rahasia-Nya Dia mewujudkan keinginan-Nya jadilah Ruh-Nya, dan dari ruh-Nya Dia menciptakan alam arwah. Setelah alam arwah tercipta Dia menciptakan ruh manusia dari ruh-Nya. 

Keadaan alam arwah sangat jernih dan luas, di dalamnya terlihat cahaya-cahaya yang berkelompok, ketika didekati mereka adalah ruh-ruh manusia. 

اَلْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ

Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok. 

Setelah ruh-ruh tercipta Dia mempertanyakan kepada ruh-tersebut siapa Diri-Nya, dan ruh -ruh pun mengakui kalau Dia adalah pencipta-Nya. 

وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا

Dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi. 

Ruh-ruh yang belum menerima kodrat masih berada di alam ini, ruh-ruh yang telah menerima kodrat diturunkan di bumi dan dimasukan pada tubuh manusia yang telah siap didiami. 

ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh ke dalam (tubuh) nya roh-Nya. (As-Sadjah: 9) 

Ruh-ruh yang masih berada di dalam tubuh manusia diperkenankan hadir di alam arwah ini, dan ruh-ruh yang telah berpisah dari tubuh manusia karena kematian dan telah menyampaikan misi kelangitan akan kembali ke alam ini, mereka berkumpul kembali dengan kelompoknya dan saling bercerita tentang perjalanannya di alam wadag. 

Di alam ini manusia sudah tercipta empat susunan yakni dzat, nur, sirr, dan ruh. Keadaannya tenang, terang, penuh rahasia, dan mengenali Tuhannya. 

Dulu di alam ini ruh manusia dicipta dari Ruh-Nya. Dan karena ruh manusia berasal dari Ruh-Nya manusia yang masih di dunia diperkenankan masuk di alam arwah ini.

5.Alam kelima yang dinaiki adalah alam Sirr atau alam Wahidiyyah, tempat rahasia Allah meracik alam semesta, alamnya berkilau seperti kirstal. 

Setelah Dia menerangi Diri-Nya dengan Nur-Nya, Dia menampakan siapa Diri-Nya jadilah Sirr-Nya (rahasia-Nya), dari dari sirr-Nya Dia menciptakan alam Sirr atau alam Wahidiyyah. 

Di alam kelima ini Dia meracik nur manusia dari Nur Muhammad sekaligus menanamkan Sirr-Nya agar manusia mampu mengenali, memahami dan menyaksikan segala rahasia-Nya. 

اِنَّ عِلْمَ الْبَاطِنِّ هُوَسِرٌّ مِنْ سِرِّيْ، أَجْعَلُهُ فِيْ َقَلْبِ عَبْدِيْ، وَلاَ يَقِفُ عَلَيْهِ أَحَدٌ غَيْرِيْ 

Ilmu batin adalah rahasia-Ku yang paling rahasia, Aku wujudkan di dalam kalbu hamba-Ku dan tidak ada yang bisa memberikan pemahaman tentangnya kecuali Aku. 

Sirr yang diberikan pada manusia tidak diinformasikan kepada Makhluk lainnya dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Dengan keputusan Allah inilah manusia menjadi makhluk yang paling rahasia dan teristimewa di antara makhluk-Nya, karena sudah menjadi takdir manusia ditanami Sirr-Nya manusia diperkenankan masuk di alam ini untuk mengetahui segala rahasia-Nya. 

Di alam ini manusia telah tercipta dari tiga susunan, dzat, nur, dan sirr. Keadaannya tenang, terang, dan penuh rahasia. 

6.Alam keenam yang dinaiki adalah alam Nur atau alam Wahdah atau alam Nurullah. 

Setelah Dia menghendaki kepada Diri-Nya sendiri untuk menciptakan makhluk Dia pun menerangi Diri-Nya sendiri, terciptalah Nur-Nya. Setelah Nur-Nya menerangi Diri-Nya sendiri Dia ingin menciptakan nur manusia kemudian Nur-Nya membelah tapi tidak mengurangi terciptalah Nur Muhammad dan dari Nur Muhammad inilah nur manusia diciptakan. 

Dari Dia yang ingin menerangi Diri-Nya sendiri terciptalah alam wahdah atau alam nur, alamnya luas terang dan menerangkan, terlihat pelita di atas pelita, cahaya di atas cahaya, indahnya tak dapat dilupakan, dialah Nurullah dan Nur Muhammad. 

Di alam ini manusia baru tercipta dua susunan yakni dzat dan nur, keadaannya tenang dan menerangkan. 

Karena nur manusia berasal dari Nur Muhammad dan Nur Muhammad berasal dari Nurullah maka manusia yang masih berada di bumi diperkenankan masuk di alam ini untuk menyaksikan Nur Muhammad dan Nurullah. 

7.Alam ketujuh yang akan dinaiki adalah alam urip atau alam ahadiyyah atau alam Dzat. 

Alam ahadiyah adalah tempat Dzat Yang Maha Suci Sampurna, tidak ada siapa-siapa kecuali Diri-Nya sendiri dan tidak ada yang serupa dengan-Nya. 

Berawal dari Dia yang ingin dikenali, Dia menghendaki pada Diri-Nya sendiri untuk menciptakan manusia, dan dari Dzat-Nya terciptalah dzat manusia. 

كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِي عَرَفُوْنِي

Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar mereka mengenalKu. 

Di alam ini manusia baru tercipta satu susunan yakni dzatnya, belum ada siapa-siapa, keadaannya sangat tenang dan menenangkan. 

Karena dzat manusia berasal dari Dzat-Nya manusia yang masih di alam syahadah (bumi) diperkenankan masuk di alam ini untuk meleburkan dzat pribadinya pada Dzat-Nya, setelah meleburkan dzatnya manusia kembali lagi di alam syahadah melanjutkan perjuangannya menyampaikan misi kelangitan di bumi. Inilah yang dinamakan fana’ fi Dzat. Manusia yang telah mengalaminya tidak akan mampu menjelaskan tentang keadaan di alam ahadiyyah ini. 

بِلَا كَيْفٍ وَلَا كَيْفِيَّةٍ وَلَا تَشْبِيْهٍ

Dalam penglihatan itu, (Dzat Allah SWT) tidak dapat dijelaskan dengan bentuk, cara dan perumpamaan. 

Manusia yang telah memfanakan dzat pribadinya adalah manusia yang telah mencapai derajat Syuhudul Haqqi bil Haqqi, mengetahui hakekat dirinya dan hakekat Tuhannya.

Begitulah perjalanan manusia ketika menaiki lapisan-lapisan alam asal mulanya selama masih di hidup di bumi. Di mulai keluar dari tubuh, naik ke alam ajsam, naik ke alam mitsal, naik ke alam arwah, naik ke alam wahidiyyah, naik ke alam wahdah, dan naik ke alam ahadiyyah.

Semoga pengetahuan ini bermanfaat.


Kroya - Mei 2022

Ki Bagus Fanani [ KH. Agus Santoso ]

Mursyid Thariqah Syatariyah Cirebon

Majlis An-nasir Indonesia