By Mang Anas
Pendahuluan
Menjelaskan hakikat Ruh dan Hakikat Jiwa ternyata terasa jauh lebih mudah setelah peradaban dan teknologi manusia berkembang dan bertambah maju. Sebelum ditemukannya ilmu listrik, teknologi komputer dan perangkat android menjelaskan topik tentang jiwa dan ruh mungkin akan terasa sangat sulit mengingat waktu itu belum ada padanan yang bisa dijadikannya sebagai contoh untuk bisa diamati dan dirasakan oleh manusia secara langsung dalam aktivitas hidup sehari hari. Keadaan itu pernah dialami oleh para pendahulu kita seperti Iman Al Ghazali, Ibnu Qoyyim, Ibnu Sina dan ulama ulama sejamannya disaat mereka harus menjelaskan tentang hakikat ruh dan jiwa manusia.
Beberapa kesimpulan yang saya rangkum pada tulisan ini bagi sebagian besar peraktisi dunia Tharikat, pelaku Dzikir dan Tasawuf yang mainstream mungkin akan terasa janggal dan kontroversial. Mengingat semejak tahun tahun awal mereka memasuki dunia tasawuf biasanya sudah dikenalkan dengan satu doktrin bahwa letak Qolbu manusia itu adanya didalam dada [ Pada Organ Hati atau Jantung ]. Maksud tulisan ini memang hendak menyuguhkan satu nuansa pembahasan tentang Jiwa dan Ruh dari sudut pandang yang berbeda. Hal yang mungkin akan sangat bertolak belakang dengan sudut pandang mainstream yang dikenal dalam dunia sufi.
Fenomena degup dzikir yang terasa seperti ada sebelah kiri dada [ pada organ jantung ] dan kemudian pindah ketengah dada [ pada ekor dari organ hati ] itu kerap disangka oleh para praktisi dunia sufi bahwa disitulah lokus yang sebenarnya dari aktivitas dzikir. Peristiwa serupa juga dialami saat datang proses peng - ilhaman, dimana kepada sang salik datang suatu petunjuk atau kepahaman yang kemunculnya sangat tiba tiba [ durasinya biasanya hanya se-persekian detik _ tetapi isinya sangat padat dan sangat panjang jika harus diurai ] yang juga lokusnya seperti ada ditengah tengah dada. Mungkin itulah yang menjadi penyebab munculnya keyakinan bahwa organ rohani manusia itu adanya didalam dada. Padahal dari sisi kajian ilmu pengetahuan, semua fenomena itu tidak lain hanyalah merupakan symptoms, atau efek dari sebuah gejala akibat impuls gelombang yang dikirim oleh otak dalam kecepatan cahaya yang kemudian membentur organ jantung atau ekor hati.
Dalam dunia tasawuf Otak manusia itu dikenal sebagai lokus dari " Baitul Makmur " [ sebutan untuk Ka'bah yang ada diatas langit yang menjadi tempat thawaf para malaikat ], sedangkan Hati yang oleh para praktisi didunia Tasawuf diyakini sebagai organ terpenting kerohanian manusia itu disebutnya dengan istilah " Baitul Muharram " [ Ka' bah yang ada dibumi ] dan organ perut hingga kelamin diistilahkan sebagai " Baitul Muqoddas " [ tempat suci yang ada di Palestina ].
Jika Baitul Makmur atau Otak itu dianggap sebagai simbol kelangitan [ Alam para malaikat] sedangkan Baitul Muharram atau hati itu adalah simbolnya alam kebumian, sedangkan semua petunjuk atau ilham yang benar itu datangnya dari alam kelangitan, maka dengan demikian derajat Otak itu harusnya lebih tinggi dari hati atau dada. Hal demikian juga terlihat dari tanda tanda fisiknya, dimana otak manusia diletakkan ditempat yang paling tinggi yaitu dikepala.
Dengan memperhatikan penjelasan itu maka dapat disimpulkan bahwa hakekat sumber dzikir dan juga ilham itu lokusnya ada di Otak [ Baitul Makmur ] dan bukan didalam dada [ Baitul Muharram ] seperti yang selama ini diyakini banyak orang. Dan apa yang selama ini menjadi keyakinan banyak orang itu pada dasarnya hanyalah kesimpulan atas sejumlah gejala dan lokusnya dan bukannya dari perspektif sumber atau penyebabnya.
Sebelum masuk pada item pembahasan tentang jasad, jiwa dan ruh, ada baik kita renungkan dulu narasi berikut ini :
Jika kepada orang orang yang ada disekitar kita lemparkan sebuah pertanyaan, bagian mana dari organ tubuh manusia yang memiliki tameng pelindung paling kuat, maka jawabnya pastilah organ otak, karena pada sisi luar organ otak terdapat sebuah lapisan pelindung yang disebut Batok Kepala.
Maka kalau jiwa itu disebut sebagai esensi yang sebenarnya dari diri manusia, maka Allah Swt pasti akan menempatkan jiwa itu pada tempat yang paling kuat penjagaannya, yaitu dibalik batok kepala. Tidak mungkin ada barang yang sangat berharga bahkan yang paling, ditempatkan ditempat yang tidak semestinya, seperti didada atau organ perut, sebab sebagaimana yang kita ketahui tulang pelindung didaerah itu tidaklah sekuat kerangka tulang yang ada pada batok kepala kita. Perhatikan pula narasi berikut,
" Hakikat jiwa adalah kita
Dan hakikat kita adalah jiwa kita.
Adapun hakikat ruh adalah dari sesuatu yang diluar diri kita,
Ruh adalah esensi dari Tuhan yang dipinjamkan kepada kita,
Untuk menghidupkan jasad dan jiwa kita
Jadi esensi ruh itu bukanlah kita
Dan hakikat diri kita bukanlah ruh kita
Maka bunyi perintah tuhan kepada kita adalah : Sempurnakan jiwamu dan
bukan sempurnakan ruh-mu
Mengapa ? Sekali lagi karena esensi ruh itu bukanlah kita.
Ruh adalah urusan Tuhan-mu
Jadi sibukkan dirimu untuk mengurus jiwamu
Dan jangan sibuk mengurus Ruh...
sebab yang sebenarnya dirimu adalah jiwamu
Bukan ruh- mu "
Uraianya secara lebih terang tentang jasad, jiwa dan ruh dapat anda simak pada penjelasan berikut ini :
A. Jasad = Batang Tubuh Manusia dan Seluruh Organ organnya yang bersifat fisik [ Sistem Hardware ]
Jasad adalah batang tubuh manusia beserta seluruh Organ yang ada di dalamnya. Dalam dunia Komputer hal itu disebut dengan istilah Perangkat keras [ Hardware ].
B. Jiwa = Sistem Windows atau OS [ Dicangkokkan pada Batang Otak ]
Hakikat Jiwa adalah batin dari otak, atau dengan kata lain jiwa adalah jisim latif dari sistem Otak yang ada dalam diri Manusia [ atau Sistem Windows jika dalam istilah komputer ]. Pada sistem otak - lah jiwa manusia itu di - instal dan dicangkokkan, setelah lima komponen takdirnya yang berupa kapasitas intlektual, watak, persifatan, jenis karakter dan jalan hidupnya dicetak dan diprogram dalam sistem windows manusia yang disebut dengan Jiwa. Setelah itu barulah Allah Swt menaruh hakikat Nafsu, Akal [ Fuad ], Qolbu dan Rasha manusia itu kedalam jiwanya, sebagaimana firman-Nya,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوّٰىهَا
"demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya," - QS. Asy-Syams 91: Ayat 7
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوٰىهَا
"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya," - QS. Asy-Syams 91: Ayat 8
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَا
"sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)," -QS. Asy-Syams 91: Ayat 9
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَا
"dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." - QS. Asy-Syams 91: Ayat 10
Dalam istilah komputer, kalimat " demi jiwa " itu bisa diibaratkan sebagai sistem windows yang sudah terpasang pada perangkat komputer, dan kalimat " serta penyempurnaannya " dapat diartikan pemasangan pelengkapnya seperti nafsu, akal, qolbu dan rahsa. Hal itu mirip dengan pemasangan beberapa aplikasi utama kedalam sistem windows yang ada dikomputer kita, seperti aplikasi Word, Excel, PDF, PPT, Browser dan sebangsanya yang tujuannya tidak lain agar fungsi yang ada di komputer kita itu menjadi sempurna dan bisa kita pakai untuk sarana kerja.
Fungsi akal dalam jiwa manusia adalah untuk mengolah segala data yang masuk dan yang ditangkap melalui pancaindra lahiriyah manusia untuk diubah menjadi suatu informasi, informasi - informasi itu kemudian diteruskan kedalam sistem Qolbu untuk dipilah, ditimbang dan dianalisis melalui sebuah piranti sensor yang disebut dengan Rahsa [ Semacam sistem Sinyal atau Gelombang yang kualitas dan nuansanya pada setiap orang bervariasi tergantung pada tingkat pencapaian spritualitasnya ].
Hakekat dari jiwa manusia adalah manifestasi dari sejumlah sifat dan asma asma Allah, berikut ini adalah kemungkinan daftar sifat dan asma asma Allah yang diduga digunakan untuk menyusun dan membentuk jiwa manusia :
1. " Ar Rahman " yang Maha pemurah,
2. " Ar Rahim" yang Maha mengasihi,
3. " Al Khalik " yang Maha pencipta,
4. " Al Bari " yang maha menjadikan,
5. " Al Musawwir " yang Maha pembentuk,
6. " Al Alim" yang Maha mengetahui,
7. " Al Mu'izz" yang Maha memuliakan,
8. " Al Fatah " yang Maha Pembuka,
9. " Al Hadi " yang Maha memberi petunjuk,
10. " Ar Rafik " yang Maha peninggi,
11. " Al Latif " Maha lembut,
12. " Al Hafiz " yang Maha memelihara,
13. " Al Muqit " yang Maha Menjaga,
14. " Al Hakim " yang Maha Bijaksana,"
15. Al Adil" yang Maha adil,
16, " Al Sami " yang Maha Mendengar,
17. " Al Basir " yang Maha melihat,
18. " Al Wadud " yang Maha penyayang,
19. " Al Majid " yang Maha Mulia,
20. " As Syahid " yang Maha Menyaksikan,
21. " Al Wajid " yang Maha penemu,
22. " Al Qadir " yang Maha Berupaya,
23. " Al Muqtadir " yang Maha berkuasa,
24. " Al Qayyum " yang Maha berdiri sendiri,
25. " As Samad " yang Menjadi tumpuan,
26. " Al Wali " yang memerintah, melindungi
27. " Al Barr " yang membuat kebajikan,
28. " Al Badi " yang Maha Pencipta yang tiada
bandingannya,
29. " Al Warith " Yang Maha mewarisi
30. " Ar Rasyid " yang Memimpin kepada
kebenaran.
31. " Al Mu'min " yang Memberi keamanan
32. " Al Muhaimin " yang Mengatur
33. " As Salam " yang Maha memberi kesejahteraan,
34. " Al Baasith " yang Maha melapangkan
35. " Al Afuww " yang Maha Pemaaf
36. " Ar Ra'uuf " yang Maha Pengasuh
37. " Al Jamii' " yang Maha Mengumpulkan
38. " Al Ghaniyy " yang Maha kaya
39. " As Shabuur " yang Maha Sabar
40. " An Nafii " yang Memberi manfaat
------ ☆☆☆ ----------
41. " Al Malik" yang Maha menguasai ,
42. " Al Jabbar " yang Maha kuat dan menundukan,
43. " Al Muzill " yang Maha Menghina,
44. " Al Qaabidh " yang Maha Menyempitkan
45. " Al Mutakabbir " Yang memiliki kebesaran dan
kemegahan
46. " Al Muntaqim " yang Pemberi balasan
47. " Al Maani " yang Maha mencegah
48. " Ad Dhaar " yang Maha Penimpa kemudharatan
--------- ☆☆☆ ----------
Hakekat dari Asma asma Allah tersebut diatas adalah merupakan kode kode ketuhanan yang ditanamkan kedalam jiwa manusia, yang dengan kode kode itu kapasitas, sifat, perwatakan dan kecendrungan jiwa manusia dibentuk, dicetak dan diprogram. Singkat kata semua daftar asma asma tersebut diatas merupakan kode kode DNA yang digunakan oleh Allah untuk menyusun jiwa manusia. Sederet sifat sifat Allah yang dalam kadar tertentu sengaja dilimpahkan kepada manusia itu tentunya untuk suatu tujuan, yaitu menjadikan manusia sebagai khalifah- Nya dimuka bumi. Dalam kapasitas itulah " Jiwa" manusia itu nanti pada hari pembalasan akan diadili dan dimintai pertanggung jawaban sehubungan dengan penggunaan sejumlah anugerah yang telah Allah karuniakan itu dan juga akan dinilai tingkat kesungguhan dan kecakapannya dalam melaksanakan tugas tugas yang diembannya sesuai dengan peran yang harus dijalaninya pada jalan takdirnya masing masing.
Begitulah proses jiwa manusia itu dibentuk dan diciptakan, dengan kombinasi sejumlah kode asma. Kondisi itu mirip dengan proses coding dan pemrograman dalam pembuatan piranti lunak [ software ] dalam dunia komputer dan teknologi informasi, Dimana aktivitas coding dan pemrograman dibuat sedemikian rupa menggunakan rumus rumus algoritma agar sistem yang berjalan disebuah komputer, handphone atau sebuah tablet dapat bekerja secara mekanis, optimal dan efesien serta mencapai tujuan yang diharapkan sesuai kebutuhan para penggunannya.
C. Roh = Sistem Kelistrikan Tubuh
Hakekat Roh adalah kekuatan Nur atau Energi, mirip dengan fungsi sebuah sistem Baterai pada perangkat Android atau Laptop. Sebagai sistem baterai maka fungsi Roh adalah sebagai penggerak sistem kerja Sel, penggerak sistem kerja jantung, sistem kerja otak, sistem syaraf dan organ organ tubuh manusia lainnya, atau bisa dikatakan roh adalah sejenis jisim latif yang ada dibalik sistem kelistrikan yang mendukung sistem kerja sel, sistem kerja jantung, sistem kerja otak, sistem syaraf dan organ organ tubuh lainnya.
Hakekat dari sistem kerja kelistrikan didalam tubuh manusia [ Ruh ] adalah manifestasi dari asma Allah :
1. " Al Muhyii " yang menghidupkan ,
2. " Al Mumitu " yang mematikan dan
3. " Al Muhit " yang meliputi segala sesuatu.
Dalam dunia Komputer sistem ini disebut dengan istilah Sistem Daya atau Sistem Kelistrikan. Ruh atau Daya listrik lah yang membuat semua organ tubuh manusia itu dapat berfungsi [ jadi hidup ], sebagaimana sebuah Komputer atau perangkat Android yang fungsi baterainya di- ON - kan atau dinyalakan maka semua sistem perangkatnya baik yang keras maupun yang lunak dapat bekerja dan beroperasi, dan sebaliknya jika sistem baterai itu di- OF -kan atau dimatikan maka seluruh sistem yang ada di perangkat Komputer atau Android itu akan mati dan tidak bisa beroperasi.
Dalam al Quran fenomena itu dipertegas dalam QS. As-Sajdah 32: Ayat 9
ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُّوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
"Kemudian Dia menyempurnakannya _ dan Dia meniupkan _ kedalam jiwa itu _ roh-nya, _ lalu menjadilah pendengaran, penglihatan, dan akalnya itu berfungsi, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."
Kata رُّوحِهِۦ berasal dari kosa kata benda ر _ و _ ح yang mengandung makna kehidupan, penghidupan, penunjang, penggerak, atau api. Sedangkan sebagai kata kerja, kata dasar ر _ و _ ح itu mengandung pengertian mengedarkan, mengipasi atau mengapi. Dengan demikian kata روح itu mengandung makna yang konotasinya berkisar pada " energi ".
Maka Berdasarkan keterangan ayat diatas serta dari uraian variasi maknanya, jelas sekali bahwa efek peniupan roh itu akan berdampak pada peng- aktifan semua fungsi tubuh, mulai dari jiwa, pendengaran, penglihatan hingga akal, dan kondisi itu ternyata sangat mirip sekali dengan sistem kerja kelistrikan pada perangkat komputer atau perangkat android.
Kata " menyempurnakannya " pada ayat diatas juga adalah tradisi redaksi al quran untuk penisbatan kepada jiwa, sebagaimana yang disebut pada ayat berikut,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوّٰىهَا
"demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya," - (QS. Asy-Syams 91: Ayat 7)
D. Kesimpulan
1. Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa dalam padanan sistem komputer : maka yang disebut dengan hakikat Jasad itu mirip dengan sistem Hardware pada dunia komputer, adapun yang disebut dengan hakikat jiwa itu mirip dengan sistem windows atau sistem software, sedangkan hakikat dari Akal adalah ibarat program pengolah data , dan hakikat Qolbu dan Rahsa manusia itu mirip dengan fungsi sebuah sistim transmisi gelombang atau alat penangkap sinyal, serta hakikat dari ruh itu mirip dengan fungsi dan keberadaan sebuah sistem baterai.
2. Eksistensi Akal [ Fuad ], Qolbu dan Rasha manusia itu adanya di dalam Jiwa [ di dalam Sistem Software Jiwa ] yang bentuknya berupa jisim latif yang tertanam dalam batang otak, dan bukan didalam sistem jantung, hati atau dada. Fungsi akal dalam jiwa manusia adalah untuk mengolah segala data yang masuk dan yang ditangkap melalui pancaindra lahiriyah manusia untuk diubah menjadi suatu informasi, informasi - informasi itu kemudian diteruskan kedalam sistem Qolbu [ yang juga adanya didalam jiwa ] untuk dipilah, ditimbang dan dianalisis melalui sebuah piranti sensor yang disebut dengan Rahsa.
Jika Chip yang tertanam didalam rahsa kita itu masih menggunakan produk besutan alam Nasut atau alam Malakut [ Alam Kemakhlukan ] maka bisa dipastikan apa apa yang kita simpulkan atau putuskan sebagai respon atas setiap petistiwa yang terjadi di dunia nyata masih belum sepenuhnya bebas dari pengaruh nafsu amarah, nafsu lawwamah dan nafsu sufiyah. Artinya apa apa yang kita putuskan itu masih mengandung unsur kepentingan pribadi, keluarga, kelompok dan golongan [ Kepentingan Alam Bawah ].
Demikian sebaliknya jika chip yang tertanam didalam rahsa kita itu sudah ter-upgrade dan sudah menggunakan teknologi besutan alam Jabarut dan alam Lahut [ Alam Ketuhanan ] maka bisa dipastikan segala apa yang kita simpulkan dan putuskan terkait dengan segala fenomena dan peristiwa yang kita alami itu akan bisa terbebas sepenuhnya dari konflik kepentingan.
Dalam kondisi itu Rahsa sudah sangat peka dalam membaca kode dan tanda tanda sinyal yang terpantul dari alam kelangitan yang berisi petunjuk, ilham dan wahyu, mengingat fungsi fungsi perangkat lunak [ jisim latif ] yang tertetanam pada sistem sel, kulit, syaraf, jantung, paru paru dan organ organ lainnya sudah tersambung secara optimal dengan jisim latif yang ada di kepalanya.
Pada diri hamba yang sudah berdiri di maqom ini [ yang teknologi Rashanya sudah menggunakan besutan Alam Jabarut dan Alam Lahut ] maka apa apa yang ia bawa dan putuskan akan senantiasa mewakili kepentingan Tuhan [ Urusan Alam Atas ]. Keberadaan dirinya akan senantiasa menjadi Rahmat bagi Alam Semesta, ia akan senantiasa menebarkan salam, kedamaian dan kesejahteraan bagi orang banyak dan kehidupannya akan mendatangkan manfaat.
Begitulah fungsi organ organ tubuh itu menurut dunia kedokteran, dalam kacamata kerohanian dan padanannya dalam sistem komputer. Untuk diketahui bahwa fungsi batin dari suatu wujud itu tidak akan berbeda jauh dengan apa yang nampak dari fungsi lahirnya, karena apa yang biasanya nampak berbeda itu hanyalah pada dimensinya.
Wallahu 'alam.
------ @@@ ---------
Catatan :
# Kemampuan Kinerja Hardware, Software dan Baterai yang tertanam pada perangkat Komputer dan perangkat Android itu bermacam macam demikian juga kualitasnya, ada yang low level, midle level dan High level. Maka demikian juga yang terjadi pada manusia. Tubuh, Ruh dan Jiwa manusia itu saat diciptakan level dan kualitasnya dibuat bermacam macam. Itulah yang dimaksud dengan kepasten atau Takdir [ yang maknanya adalah ukuran, takaran atau kadar ].
# Pada dasarnya Allah Swt membekali setiap manusia dengan bekal yang sama, yaitu jasad, jiwa dan ruh, hanya saja kualitas jasad, jiwa dan ruh setiap manusia memang ditentukannya berbeda beda [ Surat al Hijr ayat 21] , demikian juga jalan takdirnya, sebagain orang oleh Allah Swt ditakdirkan hidup kaya dan sebagainnya lagi ditakdirkan miskin [ QS. 13:26 ], sebagai orang ditakdirkan hidup untuk memerintah dan sebagaiannya lagi harus hidup dibawah perintah, sebagai orang dilahirkan dalam kondisi normal sebagainnya lagi ditakdirkan cacat, sebagian orang dikarunia kapasitas kecerdasan yang tinggi sebagiannya lagi ditakdirkan memiliki kecerdasan yang biasa biasa saja, sebagian orang ditakdirkan lahir dilingkungan orang orang yang beriman sebagian lainnya harus lahir dilingkungan yang hedonis, kafir dan atheis. Itulah hakikat takdir, semua itu diciptakan lewat sebuah formula yang disebut dengan kode kode asma. Allah akan menguji manusia lewat jalan takdir masing masing. Siapa yang dapat memainkan perannya dengan baik [ sebagai buruh, sebagai majikan, sebagai rakyat, sebagai penguasa, sebagai ilmuwan, sebagai orang orang awam dst ] dan ia bersungguh sungguh mencari-Nya dengan banyak tafakur dan mesu diri, lalu mengharap keridhoannya itulah yang bakal dihadiahi dengan surga, dan siapa yang kerjanya cuma molor, hura hura dan pesta pora, permainannya kasar, jahat, suka mengambil jalan pintas, gambang berputus asa, tidak punya kemauan untuk mencari Dia, tidak banyak merenung dan memikirkan keberadaan-Nya, maka akan dimasukkannya keneraka. Itulah permainan Tuhan, sederhana dan simpel.
# Terkait dengan Otak sebagai Baitul Muqoddas atau simbol alam kelangitan [ Allah Swt ], keterangan ini sangat sejalan dengan pernyataan para ahli Sufi sendiri yang maqomnya telah mencapai derajat sempurna [ makrifat ], bahwa pada saat kita merasa melakukan dzikir, itu pada hakekatnya : " Allah sendirilah yang berdzikir, Allah sendirilah yang bertasbih, yang ber-tahmid, yang ber-tahlil dan bukannya kita, dan Allah itu berdzikir dengan mendzikiri dirinya sendiri ". Bagaimana semua itu bisa terjadi ? Sebabnya tidak lain karena hakikat diri kita ini sebenarnya adalah Wujudullah [ wujudnya Allah ], dan karena hakikat diri kita ini sebenarnya adalah wujudnya Allah maka disaat kita ini berdzikir, siapakah sebenarnya yang berdzikir ? Allah atau kita ?
# Karena adanya diri kita ini berasal dari keberadaan Dzat- Nya maka hakikat Dia itu sebenarnya adalah kita, tetapi kita ini bukanlah Dia, sebab hakikat kita ini sebenarnya tidak ada dan yang sebenarnya ada itu hanyalah Dia, Sang Maha ada. Bingung.... ? Segala yang ada ini [ alam materi ] materi awalnya berasal dari - Nya sendiri atau dari diri yang Maha ada. Tidak mungkin sesuatu yang ada ini [ yang berupa materi ] mengada dari ketiadaan. _Bacalah Futuhat Al Makiyyah _ Ibnu Arabi .
# Putus Dzikir itu berarti Putus sinyal jiwa, atau putusnya hubungan rasha kita dengan Tuhan. Dengan putusnya hubungan rasha itu maka berarti akan putus pula hubungan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Dalam kondisi itu maka Sirr kita tidak dapat bekerja yang berarti doa doa kita akan tertolak.