Halaman

Jumat, 21 Mei 2021

Hakikat ruh, jiwa dan jasad manusia : sudut pandang baru

By Mang Anas


Pendahuluan

Menjelaskan hakikat Ruh dan Hakikat Jiwa ternyata terasa jauh lebih mudah setelah peradaban dan teknologi manusia berkembang dan bertambah maju. Sebelum ditemukannya ilmu listrik, teknologi komputer dan perangkat android menjelaskan topik tentang jiwa dan ruh mungkin akan terasa sangat sulit mengingat waktu itu belum ada padanan yang bisa dijadikannya sebagai contoh untuk bisa diamati dan dirasakan oleh manusia secara langsung dalam aktivitas hidup sehari hari. Keadaan itu pernah dialami oleh para pendahulu kita seperti  Iman Al Ghazali, Ibnu Qoyyim, Ibnu Sina dan ulama ulama sejamannya disaat mereka harus menjelaskan tentang hakikat ruh dan jiwa manusia.

Beberapa kesimpulan yang saya rangkum pada tulisan ini bagi sebagian besar peraktisi dunia Tharikat, pelaku  Dzikir dan Tasawuf yang mainstream mungkin akan terasa janggal dan kontroversial. Mengingat semejak tahun tahun awal mereka memasuki dunia tasawuf biasanya sudah dikenalkan dengan satu doktrin bahwa letak Qolbu manusia itu adanya didalam dada [ Pada Organ Hati atau Jantung ]. Maksud tulisan ini memang hendak menyuguhkan satu nuansa pembahasan tentang Jiwa dan Ruh dari sudut pandang yang berbeda. Hal yang mungkin akan sangat bertolak belakang dengan sudut pandang mainstream yang dikenal dalam dunia sufi.

Fenomena degup dzikir yang terasa seperti ada sebelah kiri dada [ pada organ jantung ] dan kemudian pindah ketengah dada [ pada ekor dari organ hati ] itu kerap disangka oleh para praktisi dunia sufi bahwa disitulah lokus yang sebenarnya dari aktivitas dzikir. Peristiwa serupa juga dialami saat datang proses peng - ilhaman, dimana kepada sang salik datang suatu petunjuk atau kepahaman yang kemunculnya sangat tiba tiba [ durasinya biasanya hanya se-persekian detik _ tetapi isinya sangat padat dan sangat panjang jika harus diurai ] yang juga lokusnya seperti ada ditengah tengah dada.  Mungkin itulah yang menjadi penyebab munculnya keyakinan bahwa organ rohani manusia itu adanya didalam dada. Padahal dari sisi kajian ilmu pengetahuan, semua fenomena itu tidak lain hanyalah merupakan symptoms, atau efek dari sebuah gejala akibat impuls gelombang yang dikirim oleh otak dalam kecepatan cahaya yang kemudian membentur organ jantung atau ekor hati. 

Dalam dunia tasawuf Otak manusia itu dikenal sebagai lokus dari " Baitul Makmur " [ sebutan untuk Ka'bah yang ada diatas langit yang menjadi tempat thawaf para malaikat ], sedangkan Hati yang oleh para praktisi didunia Tasawuf diyakini sebagai organ terpenting kerohanian manusia itu disebutnya dengan istilah " Baitul Muharram " [ Ka' bah yang ada dibumi ] dan organ perut hingga kelamin diistilahkan sebagai " Baitul Muqoddas " [ tempat suci yang  ada di Palestina ]. 

Jika Baitul Makmur atau Otak itu dianggap sebagai simbol kelangitan [ Alam para malaikat] sedangkan Baitul Muharram atau hati itu adalah simbolnya alam kebumian, sedangkan semua petunjuk atau ilham yang benar itu datangnya dari alam kelangitan, maka dengan demikian derajat Otak itu harusnya lebih tinggi dari hati atau dada. Hal demikian juga terlihat dari tanda tanda fisiknya, dimana otak manusia diletakkan ditempat yang paling tinggi yaitu dikepala. 

Dengan memperhatikan penjelasan itu maka dapat disimpulkan bahwa hakekat sumber dzikir dan juga ilham itu lokusnya ada di Otak [ Baitul Makmur ] dan bukan didalam dada [ Baitul Muharram ] seperti yang selama ini diyakini banyak orang. Dan apa yang selama ini menjadi keyakinan banyak orang itu pada dasarnya hanyalah kesimpulan atas sejumlah gejala dan lokusnya dan bukannya dari perspektif sumber atau penyebabnya. 

Sebelum masuk pada item pembahasan tentang jasad, jiwa dan ruh, ada baik kita renungkan dulu narasi berikut ini : 

Jika kepada orang orang yang ada disekitar kita lemparkan sebuah pertanyaan, bagian mana dari organ tubuh manusia yang memiliki tameng pelindung paling kuat, maka jawabnya pastilah organ otak, karena pada sisi luar organ otak terdapat sebuah lapisan pelindung yang disebut Batok Kepala.

Maka kalau jiwa itu disebut sebagai esensi yang sebenarnya dari diri manusia, maka Allah Swt pasti akan menempatkan jiwa itu pada tempat yang paling kuat penjagaannya, yaitu dibalik batok kepala. Tidak mungkin ada barang yang sangat berharga bahkan yang paling, ditempatkan ditempat yang tidak semestinya, seperti didada atau organ perut,  sebab sebagaimana yang kita ketahui tulang pelindung didaerah itu tidaklah sekuat kerangka tulang yang ada pada batok kepala kita. Perhatikan pula narasi berikut,

" Hakikat jiwa adalah kita

Dan hakikat kita adalah jiwa kita.

Adapun hakikat ruh adalah dari sesuatu yang diluar diri kita,

Ruh adalah esensi dari Tuhan yang dipinjamkan kepada kita,

Untuk menghidupkan jasad dan jiwa kita

Jadi esensi ruh itu bukanlah kita

Dan hakikat diri kita bukanlah ruh kita

Maka bunyi perintah tuhan kepada kita adalah : Sempurnakan jiwamu dan

bukan sempurnakan ruh-mu

Mengapa ? Sekali lagi karena esensi ruh itu bukanlah kita. 

Ruh adalah urusan Tuhan-mu

Jadi sibukkan dirimu untuk mengurus jiwamu 

Dan jangan sibuk mengurus Ruh...

sebab yang sebenarnya dirimu adalah jiwamu

Bukan ruh- mu " 



Uraianya secara lebih terang tentang jasad, jiwa dan ruh dapat anda simak pada penjelasan berikut ini :

A. Jasad =  Batang Tubuh Manusia dan Seluruh Organ organnya yang bersifat fisik [ Sistem Hardware ]

Jasad adalah batang tubuh manusia beserta seluruh Organ yang ada di dalamnya. Dalam dunia Komputer hal itu disebut dengan istilah Perangkat keras [ Hardware ].

B. Jiwa = Sistem Windows atau OS [ Dicangkokkan pada Batang Otak ]

Hakikat Jiwa adalah batin dari otak, atau dengan kata lain jiwa adalah jisim latif  dari sistem Otak yang ada dalam diri Manusia [ atau Sistem Windows jika dalam istilah komputer ]. Pada sistem otak - lah  jiwa manusia itu di - instal dan dicangkokkan, setelah lima komponen takdirnya yang berupa kapasitas intlektual, watak, persifatan, jenis karakter dan jalan hidupnya dicetak dan diprogram dalam sistem windows manusia yang disebut dengan Jiwa.  Setelah itu barulah Allah Swt menaruh  hakikat Nafsu, Akal [ Fuad ], Qolbu dan Rasha manusia itu kedalam jiwanya, sebagaimana firman-Nya,

وَنَفْسٍ وَمَا سَوّٰىهَا

"demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya," - QS. Asy-Syams 91: Ayat 7

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوٰىهَا

"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya," - QS. Asy-Syams 91: Ayat 8

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَا

"sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)," -QS. Asy-Syams 91: Ayat 9

وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَا

"dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." - QS. Asy-Syams 91: Ayat 10

Dalam istilah komputer, kalimat " demi jiwa "  itu bisa diibaratkan sebagai sistem windows yang sudah terpasang pada perangkat komputer, dan kalimat "  serta penyempurnaannya " dapat diartikan pemasangan pelengkapnya seperti nafsu, akal, qolbu dan rahsa. Hal itu mirip dengan pemasangan beberapa aplikasi utama kedalam sistem windows yang ada dikomputer kita, seperti aplikasi Word, Excel, PDF, PPT, Browser dan sebangsanya yang tujuannya tidak lain agar fungsi yang ada di komputer kita itu menjadi sempurna dan bisa kita pakai untuk sarana kerja. 

Fungsi akal dalam jiwa manusia adalah untuk mengolah segala data yang masuk dan yang ditangkap melalui pancaindra lahiriyah manusia untuk diubah menjadi suatu informasi, informasi - informasi itu kemudian diteruskan kedalam sistem Qolbu  untuk dipilah, ditimbang dan dianalisis melalui sebuah piranti sensor yang disebut dengan Rahsa [ Semacam sistem Sinyal atau Gelombang yang kualitas dan nuansanya pada setiap orang bervariasi tergantung pada tingkat pencapaian spritualitasnya ].

Hakekat dari jiwa manusia adalah manifestasi dari sejumlah sifat dan asma asma Allah, berikut ini adalah kemungkinan daftar sifat dan asma asma Allah yang diduga digunakan untuk menyusun dan membentuk jiwa manusia : 

1. " Ar Rahman " yang Maha pemurah, 

2. " Ar Rahim" yang Maha mengasihi, 

3. " Al Khalik " yang Maha pencipta, 

4. " Al Bari " yang maha menjadikan, 

5. " Al Musawwir " yang Maha pembentuk, 

6. " Al Alim" yang Maha mengetahui, 

7. " Al Mu'izz" yang Maha memuliakan, 

8. " Al Fatah " yang Maha Pembuka, 

9. " Al Hadi " yang Maha memberi petunjuk,  

10. " Ar Rafik " yang Maha peninggi, 

11. " Al Latif " Maha lembut, 

12. " Al Hafiz " yang Maha memelihara, 

13. " Al Muqit " yang Maha Menjaga, 

14. " Al Hakim " yang Maha Bijaksana," 

15. Al Adil" yang Maha adil, 

16, " Al Sami " yang Maha Mendengar, 

17. " Al Basir " yang Maha melihat,  

18. " Al Wadud " yang Maha penyayang, 

19. " Al Majid " yang Maha Mulia, 

20. " As Syahid " yang Maha Menyaksikan, 

21. " Al Wajid " yang Maha penemu, 

22. " Al Qadir "  yang Maha Berupaya, 

23. " Al Muqtadir " yang Maha berkuasa, 

24. " Al Qayyum " yang Maha berdiri sendiri, 

25. " As Samad " yang Menjadi tumpuan, 

26. " Al Wali " yang memerintah, melindungi

27. " Al Barr " yang membuat kebajikan,

28.  " Al Badi " yang Maha Pencipta yang tiada

       bandingannya, 

29. " Al Warith " Yang Maha mewarisi 

30.  " Ar Rasyid " yang Memimpin kepada

       kebenaran. 

31. " Al Mu'min " yang Memberi keamanan

32.  " Al Muhaimin " yang Mengatur

33. " As Salam " yang Maha memberi kesejahteraan,

34. " Al Baasith " yang Maha melapangkan

35. " Al Afuww " yang Maha Pemaaf

36.  " Ar Ra'uuf "  yang Maha Pengasuh

37. " Al Jamii' " yang Maha Mengumpulkan

38. " Al Ghaniyy " yang Maha kaya

39. " As Shabuur " yang Maha Sabar

40. " An Nafii " yang Memberi manfaat

------ ☆☆☆ ----------

41. " Al Malik" yang Maha menguasai , 

42. " Al Jabbar " yang Maha kuat dan menundukan, 

43. " Al Muzill " yang Maha Menghina, 

44. " Al Qaabidh " yang Maha Menyempitkan

45. " Al Mutakabbir " Yang memiliki kebesaran dan

      kemegahan

46. " Al Muntaqim " yang Pemberi balasan

47. " Al Maani " yang Maha mencegah

48. " Ad Dhaar " yang Maha Penimpa kemudharatan

--------- ☆☆☆ ----------

Hakekat dari Asma asma Allah tersebut diatas adalah merupakan kode kode ketuhanan yang ditanamkan kedalam jiwa manusia, yang dengan kode kode itu kapasitas, sifat, perwatakan dan kecendrungan jiwa manusia dibentuk, dicetak dan diprogram. Singkat kata semua daftar asma asma tersebut diatas merupakan kode kode DNA yang digunakan oleh Allah untuk menyusun jiwa manusia. Sederet sifat sifat Allah yang dalam kadar tertentu sengaja dilimpahkan kepada manusia itu tentunya untuk suatu tujuan, yaitu menjadikan manusia sebagai khalifah- Nya dimuka bumi.  Dalam kapasitas itulah " Jiwa" manusia itu nanti pada hari pembalasan akan diadili dan dimintai pertanggung jawaban sehubungan dengan penggunaan sejumlah anugerah yang telah Allah karuniakan itu dan juga akan dinilai tingkat kesungguhan dan kecakapannya dalam melaksanakan tugas tugas yang diembannya sesuai dengan peran yang harus dijalaninya pada jalan takdirnya masing masing. 

Begitulah proses jiwa manusia itu dibentuk dan diciptakan, dengan kombinasi sejumlah kode asma. Kondisi itu mirip dengan proses coding dan pemrograman dalam pembuatan piranti lunak [ software ] dalam dunia komputer dan teknologi informasi,  Dimana aktivitas coding dan pemrograman dibuat sedemikian rupa menggunakan rumus rumus algoritma agar sistem yang berjalan disebuah komputer, handphone atau sebuah tablet dapat bekerja secara mekanis, optimal dan efesien serta mencapai tujuan yang diharapkan sesuai kebutuhan para penggunannya.

C.  Roh = Sistem Kelistrikan Tubuh

Hakekat Roh adalah kekuatan Nur atau Energi, mirip dengan fungsi sebuah sistem Baterai pada perangkat Android atau Laptop.  Sebagai sistem baterai maka fungsi Roh adalah sebagai penggerak sistem kerja Sel, penggerak sistem kerja jantung, sistem kerja otak, sistem syaraf dan organ organ tubuh manusia lainnya, atau bisa dikatakan roh adalah sejenis jisim latif yang ada dibalik sistem kelistrikan yang mendukung sistem kerja sel, sistem kerja jantung, sistem kerja otak, sistem syaraf dan organ organ tubuh lainnya. 

Hakekat dari sistem kerja kelistrikan didalam tubuh manusia [ Ruh ] adalah manifestasi dari asma Allah :

1. " Al Muhyii " yang menghidupkan , 

2. " Al Mumitu " yang mematikan  dan 

3. " Al Muhit " yang meliputi segala sesuatu.

Dalam dunia Komputer sistem ini disebut dengan istilah Sistem Daya atau Sistem Kelistrikan. Ruh atau Daya listrik lah yang membuat semua organ tubuh manusia itu dapat berfungsi [ jadi hidup ], sebagaimana sebuah Komputer atau perangkat Android yang fungsi baterainya di- ON - kan atau dinyalakan maka semua sistem perangkatnya baik yang keras maupun yang lunak dapat bekerja dan beroperasi, dan sebaliknya jika sistem baterai itu di- OF -kan atau dimatikan maka seluruh sistem yang ada di perangkat Komputer atau Android itu akan mati dan tidak bisa beroperasi.

Dalam al Quran fenomena itu dipertegas dalam QS. As-Sajdah 32: Ayat 9

ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُّوحِهِۦ  ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ  ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

"Kemudian Dia menyempurnakannya  _ dan Dia meniupkan _ kedalam jiwa itu _ roh-nya, _ lalu menjadilah pendengaran, penglihatan, dan akalnya itu berfungsi, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."

Kata  رُّوحِهِۦ  berasal dari kosa kata benda  ر _ و _ ح yang mengandung makna kehidupan, penghidupan, penunjang, penggerak, atau api. Sedangkan sebagai kata kerja,  kata dasar  ر _ و _ ح  itu mengandung pengertian mengedarkan, mengipasi atau mengapi. Dengan demikian kata  روح  itu  mengandung makna yang konotasinya berkisar pada " energi ".

Maka Berdasarkan keterangan ayat diatas serta dari uraian variasi maknanya, jelas sekali bahwa efek peniupan roh itu akan berdampak pada peng- aktifan semua fungsi tubuh, mulai dari jiwa, pendengaran, penglihatan hingga akal, dan kondisi itu ternyata sangat mirip sekali dengan sistem kerja kelistrikan pada perangkat komputer atau perangkat android.

Kata " menyempurnakannya "  pada ayat diatas juga adalah tradisi redaksi al quran untuk penisbatan kepada jiwa, sebagaimana yang disebut pada ayat berikut,

وَنَفْسٍ وَمَا سَوّٰىهَا

"demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya," - (QS. Asy-Syams 91: Ayat 7)


D. Kesimpulan

1. Dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa dalam padanan sistem komputer : maka yang disebut dengan hakikat Jasad itu mirip dengan sistem Hardware pada dunia komputer, adapun yang disebut dengan hakikat jiwa itu mirip dengan sistem windows atau sistem software, sedangkan hakikat dari Akal adalah ibarat program pengolah data , dan hakikat Qolbu dan Rahsa manusia itu mirip dengan fungsi sebuah sistim transmisi gelombang atau alat penangkap sinyal, serta hakikat dari ruh itu mirip dengan fungsi dan keberadaan sebuah sistem baterai.

2. Eksistensi Akal [ Fuad ], Qolbu dan Rasha manusia itu adanya di dalam Jiwa [ di dalam Sistem Software Jiwa ] yang bentuknya berupa jisim latif yang tertanam dalam batang otak, dan bukan didalam sistem jantung, hati atau dada. Fungsi akal dalam jiwa manusia adalah untuk mengolah segala data yang masuk dan yang ditangkap melalui pancaindra lahiriyah manusia untuk diubah menjadi suatu informasi, informasi - informasi itu kemudian diteruskan kedalam sistem Qolbu [ yang juga adanya didalam jiwa ] untuk dipilah, ditimbang dan dianalisis melalui sebuah piranti sensor yang disebut dengan Rahsa. 

Jika Chip yang tertanam didalam rahsa kita itu masih menggunakan produk besutan alam Nasut atau alam Malakut [ Alam Kemakhlukan ] maka bisa dipastikan apa apa yang kita simpulkan atau putuskan sebagai respon atas setiap petistiwa yang terjadi di dunia nyata masih belum sepenuhnya bebas dari pengaruh nafsu amarah, nafsu lawwamah dan nafsu sufiyah. Artinya apa apa yang kita putuskan itu masih mengandung unsur kepentingan pribadi, keluarga, kelompok dan golongan [ Kepentingan Alam Bawah ].

Demikian sebaliknya jika chip yang tertanam didalam rahsa kita itu sudah ter-upgrade dan sudah menggunakan teknologi besutan alam Jabarut dan alam Lahut [ Alam Ketuhanan ] maka bisa dipastikan segala apa yang kita simpulkan dan putuskan terkait dengan segala fenomena dan peristiwa yang kita alami itu akan bisa terbebas sepenuhnya dari konflik kepentingan. 

Dalam kondisi itu Rahsa sudah sangat peka dalam membaca kode dan tanda tanda sinyal yang terpantul dari alam kelangitan yang berisi petunjuk, ilham dan wahyu, mengingat fungsi fungsi perangkat lunak [ jisim latif ] yang tertetanam pada sistem sel, kulit, syaraf, jantung, paru paru dan organ organ lainnya sudah tersambung secara optimal dengan jisim latif yang ada di kepalanya.

Pada diri hamba yang sudah berdiri di maqom ini [ yang teknologi Rashanya sudah menggunakan besutan Alam Jabarut dan Alam Lahut ] maka apa apa yang ia bawa dan putuskan akan senantiasa mewakili kepentingan Tuhan [ Urusan Alam Atas ]. Keberadaan dirinya akan senantiasa menjadi Rahmat bagi Alam Semesta, ia akan senantiasa menebarkan salam, kedamaian dan kesejahteraan bagi orang banyak dan kehidupannya akan mendatangkan manfaat.

Begitulah fungsi organ organ tubuh itu menurut dunia kedokteran, dalam kacamata kerohanian dan padanannya dalam sistem komputer. Untuk diketahui bahwa fungsi batin dari suatu wujud itu tidak akan berbeda jauh dengan apa yang nampak dari fungsi lahirnya, karena apa yang biasanya nampak berbeda itu hanyalah pada dimensinya.


Wallahu 'alam.

------ @@@ ---------

Catatan : 

#  Kemampuan Kinerja Hardware, Software dan Baterai yang tertanam pada perangkat Komputer dan perangkat Android itu bermacam macam demikian juga kualitasnya, ada yang low level, midle level dan High level. Maka demikian juga yang terjadi pada manusia. Tubuh, Ruh dan Jiwa manusia itu saat diciptakan level dan kualitasnya dibuat bermacam macam. Itulah yang dimaksud dengan kepasten atau Takdir [ yang maknanya adalah ukuran, takaran atau kadar ].

# Pada dasarnya Allah Swt membekali setiap manusia dengan bekal yang sama, yaitu jasad, jiwa dan ruh, hanya saja kualitas jasad, jiwa dan ruh setiap manusia memang ditentukannya berbeda beda [ Surat al Hijr ayat 21] , demikian juga jalan takdirnya, sebagain orang oleh Allah Swt ditakdirkan hidup kaya dan sebagainnya lagi ditakdirkan miskin [ QS. 13:26 ], sebagai orang ditakdirkan hidup untuk memerintah dan sebagaiannya lagi harus hidup dibawah perintah, sebagai orang dilahirkan dalam kondisi normal sebagainnya lagi ditakdirkan cacat, sebagian orang dikarunia kapasitas kecerdasan yang tinggi sebagiannya lagi ditakdirkan memiliki kecerdasan yang biasa biasa saja, sebagian orang ditakdirkan lahir dilingkungan orang orang yang beriman sebagian lainnya harus lahir dilingkungan yang hedonis, kafir dan atheis.  Itulah hakikat takdir, semua itu diciptakan lewat sebuah formula yang disebut dengan kode kode asma. Allah akan menguji manusia lewat jalan takdir masing masing. Siapa yang dapat memainkan perannya dengan baik [ sebagai buruh, sebagai majikan, sebagai rakyat, sebagai penguasa, sebagai ilmuwan, sebagai orang orang awam dst ]  dan ia bersungguh sungguh mencari-Nya dengan banyak tafakur dan mesu diri, lalu mengharap keridhoannya itulah yang bakal dihadiahi dengan surga, dan siapa yang kerjanya cuma molor, hura hura dan pesta pora, permainannya kasar, jahat, suka mengambil jalan pintas, gambang berputus asa, tidak punya kemauan untuk mencari Dia, tidak banyak merenung dan memikirkan keberadaan-Nya, maka akan dimasukkannya keneraka. Itulah permainan Tuhan, sederhana dan simpel.

# Terkait dengan Otak sebagai Baitul Muqoddas atau simbol alam kelangitan [ Allah Swt ], keterangan ini sangat sejalan dengan pernyataan para ahli Sufi sendiri yang  maqomnya telah mencapai derajat sempurna [ makrifat ],  bahwa pada saat kita merasa melakukan dzikir, itu pada hakekatnya : " Allah sendirilah yang berdzikir, Allah sendirilah yang bertasbih, yang ber-tahmid, yang ber-tahlil dan bukannya kita, dan Allah itu berdzikir dengan mendzikiri dirinya sendiri ".  Bagaimana semua itu bisa terjadi ?  Sebabnya tidak lain karena hakikat diri kita ini sebenarnya adalah Wujudullah [ wujudnya Allah ], dan karena hakikat diri kita ini sebenarnya adalah wujudnya Allah maka disaat kita ini berdzikir, siapakah sebenarnya yang berdzikir ? Allah atau kita ?

# Karena adanya diri kita ini berasal dari keberadaan Dzat- Nya maka hakikat Dia itu sebenarnya adalah kita, tetapi kita ini bukanlah Dia, sebab hakikat kita ini sebenarnya tidak ada dan yang sebenarnya ada itu hanyalah Dia, Sang Maha ada. Bingung.... ?  Segala yang ada ini [ alam materi ] materi awalnya berasal dari - Nya sendiri atau dari diri yang Maha ada. Tidak mungkin sesuatu yang ada ini [ yang berupa materi ] mengada dari ketiadaan. _Bacalah Futuhat Al Makiyyah _ Ibnu Arabi .

# Putus Dzikir itu berarti Putus sinyal jiwa, atau putusnya hubungan rasha kita dengan Tuhan. Dengan putusnya hubungan rasha itu maka berarti akan putus pula hubungan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Dalam kondisi itu maka Sirr kita tidak dapat bekerja yang berarti doa doa kita akan tertolak.

Senin, 17 Mei 2021

Rahasia Kitab Zabur di dalam Al Quran dan Kunci Menuju Pintu Rahsa

Seri Ilmu Huruf :

By Mang Anas

A. Ruh dan Rahasia Kitab Zabur di dalam Al Quran



Gambar  :  Bagan Alur Ragam Konten Kitab Suci

Ayat - ayat Al quran itu jika dibaca dan dihayati dengan bahasa Rahsa [ Sirr ] maka setiap hurufnya akan mampu menggetarkan jiwa, efek getar dari prabawa huruf huruf itu mirip dengan rasa yang dialami seseorang saat mendengarkan alunan nada yang memantul dari sebuah Gambus [ Gitar Arab ] yang dimainkan secar tegas, kokoh dan kuat di dalam sebuah taman yang dikelilingi oleh banyak mata air. Nada dan notasi yang dibawakannya bukan saja akan sanggup menggetarkan hati berjuta juta jiwa tetapi juga dapat melecut semangat dan akan membuat lembut jutaan hati orang orang yang mampu menghayatinya.

Susunan huruf huruf al quran dan juga kombinasi harokatnya meski sepintas terlihat rumit , aneh, ganjil dan mistis tetapi dalam pandangan mata batin orang orang yang sudah mampu menajamkan rahsa justru hal itu akan terlihat sangat tegas, kuat, nyata dan indah. Saking tegas, kuat, indah dan nyatanya prabawa huruf huruf itu dalam penglihatan mata batin mereka, maka susunan huruf huruf itu dan juga kombinasi harokatnya akan sangat kuat tercetak didalam batin mereka, demikian juga prabawanya,  ia akan menghunjam jauh kedalam jiwa mereka dan menggetarkannya. Fenomena rasha yang sering dialami oleh para salik itu diabadikan lewat firman Allah : 

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْرَٰٓءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَٱجْتَبَيْنَآۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُ ٱلرَّحْمَٰنِ خَرُّوا۟ سُجَّدًا وَبُكِيًّا۩ 

" Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub) dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis " -  Maryam 19:58

  إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ مِن قَبْلِهِۦٓ إِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا  

" Sesungguhnya orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Qur'an) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud,” - Al-Isra' 17:107

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ 

" Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,"  -  Al-Anfal 8:2


B. Huruf huruf Mukotoah sebagai Kunci menuju pintu Rasha 

Huruf huruf " Mukotoah " seperti   الم - يس - كيهعمص - حم  dan sebagainya  yang tersebar dalam al quran itu pada hakekatnya merupakan kunci kunci untuk bisa membaca al quran dengan bahasa rasha. Maka jika kita mampu mengarahkan rahsa kita sepenuhnya kepada huruf huruf itu lalu menangkap getarnya maka pada hakekatnya kita sudah dapat membuka rahasia roh kitab Zabur yang terkandung didalam al quran melalui kunci kunci yang berupa susunan huruf huruf mukotoah  itu,  selanjutnya kita akan dapat merasakan semua getaran yang muncul dan yang memantul dari setiap huruf al quran yang sedang kita baca itu.

Semua gambaran dan fenomena sebagaimana tersebut diatas semakin mempertegas bahwa ruh dari kitab zabur [ Kitab Pujian dan Tembang Ketuhanan yang dianugerahkan kepada nabi Dawud AS yang madahnya terkenal sangat indah itu ] secara tegas dan nyata telah lebur luluh dalam kesejatian al quran. 

Semua rahasia sebagaimana yang dituturkan diatas hanya dapat ditangkap lewat Rahsa, diketahui dan dirasakan dengan bahasa Rahsa dan berlangsung didalam Rahsa. Jika kapasitas rohani anda belum mencapai tataran itu mungkin akan sulit bagi anda untuk bisa membuktikannya lewat pengalaman langsung diri anda sendiri. Tetapi mudah mudahan Allah Swt menghendaki dan berkenan menganugerahkan rahmatnya kepada anda sehingga anda bisa merasakan secara langsung dan dengan pengalaman anda sendiri kebesaran mukjizat yang dirahasiakannya yang dilekatkan pada huruf huruf yang tertera di dalam al Quran. 

Lalu jenis-jenis Fadhilah dan kemukjizatan apa sajakah sehubungan dengan ilmu Sirr dari Huruf-Huruf, yang sebelumnya tercantum dalam kitab Zabur, dan yang kemudian oleh Allah Swt juga dimasukan kedalam  Al Quran itu ? 

Ingatkah saudara dengan cerita nabi Dawud yang dengan kemerduan dan kelembutan suaranya ia mampu melunakkan besi-besi, menjadikan gunung-gunung, pepohonan dan burung-burung ikut bertabih bersamanya disetiap pagi dan sore. Atau apa yang membuat nabi Sulaiman dapat menundukkan bangsa jin sehingga mereka dapat dipekerjakan sebagai penyelam - penyelamnya yang tangguh, mendapatkan bertonton-ton mutiara yang berharga dari dasar laut, menambang biji-biji besi, emas dan perak, membangun gedung-gedung tinggi, memahat patung-patung yang sangat indah, mampu mengendalikan angin, bisa memerintah burung -burung dan berbagai jenis hewan lainnya. Serta memerintah sebuah imperium pemerintahan  yang dari segi luas wilayahnya, kejayaan dan ketinggian peradabannya  tidak seorangpun yang hidup dibumi ini pernah mendapatkannya.


قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ (٣٥)

Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (Q.S. Sad ayat 35)

وَوَرِثَ سُلَيْمٰنُ دَاوٗدَ وَقَالَ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَاُوْتِيْنَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍۗ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِيْنُ (١٦)

Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.” (Q.S. An-Naml ayat 16)

۞ وَلَقَدْ اٰتَيْنَا دَاوٗدَ مِنَّا فَضْلًاۗ يٰجِبَالُ اَوِّبِيْ مَعَهٗ وَالطَّيْرَۚ وَاَلَنَّا لَهُ الْحَدِيْدَۙ (١٠)

Dan sungguh, Telah Kami berikan kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami berfirman), “Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud,” dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (Q.S. Saba' ayat 10)

وَوَهَبْنَا لِدَاوٗدَ سُلَيْمٰنَۗ نِعْمَ الْعَبْدُۗ اِنَّهٗٓ اَوَّابٌۗ (٣٠)

Dan kepada Dawud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah). (Q.S. Sad ayat 30)

فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيْحَ تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖ رُخَاۤءً حَيْثُ اَصَابَۙ (٣٦)

Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya, (QS. Sad ayat 36)

وَلِسُلَيْمٰنَ الرِّيْحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَّرَوَاحُهَا شَهْرٌۚ وَاَسَلْنَا لَهٗ عَيْنَ الْقِطْرِۗ  (١٢)

Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya.  (Q.S. Saba' ayat 12)

وَالشَّيٰطِيْنَ كُلَّ بَنَّاۤءٍ وَّغَوَّاصٍۙ (٣٧)

dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam, (Q.S. Sad ayat 37)

وَحُشِرَ لِسُلَيْمٰنَ جُنُوْدُهٗ مِنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوْزَعُوْنَ (١٧)

Dan untuk Sulaiman dikumpulkan bala tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka berbaris dengan tertib. (Q.S. An-Naml ayat 17

يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًاۗ وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ (١٣)

Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (Q.S. Saba' ayat 13)



Gambar  : Candi Angkor Wat, Siem Reap - Kamboja 


Gambar  : Candi Prambanan, Jawa Tengah- Indonesia 


Gambar  : Candi Borobudur, Jawa Tengah- Indonesia 


Gambar  : Taht-a Solayman, di provinsi Azerbaijan Barat - Iran Utara 

Atau apa yang membuat Nabi Isa memiliki begitu banyak mukjizat, dapat menciptakan burung dari tanah liat, bisa menghidupkan orang yang mati, dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, membuat orang buta bisa melihat dan lain sebagainya. 

اِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ اِذَآ اَرَدْنٰهُ اَنْ نَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ (٤٠)

Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu(Q.S. An-Nahl ayat 40)

Itu semua adalah mukjizat-mukjizat besar yang tersembunyi didalam huruf- huruf, kata, ucapan dan rangkaian kalimat yang tertera didalam kitab Zabur, Injil dan Al Quran. Ilmu Inilah sesungguhnya yang disebut dengan  " ilmu dari kitab " sebagaimana diceritakan dalam kisah Sulaiman, 

قَالَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ اَنَا۠ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَۗ  فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْۗ  لِيَبْلُوَنِيْٓ ءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ (٤٠)

Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.” (Q.S. An-Naml ayat 40)

Dengan segala mukjizat dan kelebihan kelebihannya itu maka pantaslah jika kemudian  Allah Swt secara tegas dan terang terangan membuka tantangan kepada kepada seluruh kaum musyrikin dan orang orang kafir baik dari kalangan jin maupun manusia yang menolak kebenaran al Quran agar mereka saling bekerjasama bahu membahu untuk membuat satu surat saja yang memiliki kapasitas dan bobot yang serupa untuk disandingkan dengan al Quran sebagaimana firman- Nya :

قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا (٨٨)

Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” (Q.S. Al-Isra' ayat 88)

وَإِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا۟ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِۦ وَٱدْعُوا۟ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ 

" Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar " -  Al-Baqarah 2:23

Dan tantangan itu hingga kini terbukti tidak terpatahkan karena orang orang kafir dalam kurun waktu 14 abad ini tidak pernah memiliki keberanian untuk menyambut tantangan-Nya, dan mungkin tidak akan pernah hingga datang hari kiamat.

Itulah hakekat ruh dari kitab Zabur dan hikmah dari diturunkannya Al Quran dalam bahasa Arab,  satu cabang bahasa yang berkembang di timur tengah yang akarnya berasal dari rumpun bahasa Smith, bahasa asli nabi Dawud.

Ilmu Ruh dan Sirr dari  al Qur'an inilah yang nanti pada akhir zaman akan diperhadapkan dengan kesaktian - kesaktian yang dimiliki oleh Dajjal dan pasukannya. Dan ilmu  ini nanti akan disandangkan kepada  Al-Mahdi dan pasukan panji hitamnya.


 Wallahu 'alam.

----@@@@------

Catatan : 

# Rahasia nada dan notasi yang terkandung dalam al quran ini sangat layak untuk diteliti lebih lanjut lewat disiplin ilmu musik.

# Dalam al quran, kitab zabur menjelma menjadi ilmu pengetahuan dan alunan bacaan yang sangat indah, kitab taurat menjelma menjadi sistem hukum dan aqidah, serta kitab injil menjelma lewat pesan pesan moral.

# Temuan ini merupakan hikmah dari sebuah peristiwa mimpi yang saya alami tempo hari [ mimpi memegang sebuah anak kunci dimana jika anak kunci itu dimasukan kedalam lubangnya, anak kunci itu akan memantulkan cahaya ]. Dengan demikian huruf huruf Mukotoah itu  hakekatnya adalah sebuah kunci, dimana kunci itu salah satu dimensinya sangat mirip dengan fungsi sebuah kunci dalam notasi musik. 


Sabtu, 15 Mei 2021

Dzikir, Shalat dan Alam - Alamnya

By Mang Anas

A. Tingkatan Dzikir

1. Dzikir Ghoflah [ Mulut berdzikir tetapi angan angannya kemana mana ] = Makom Alam Nasut = Alam Orang Syariat = Simbol Warna Merah = Hal yang dapat dipahami baru sebatas Wujudullah [ wujud - wujud yang dohir ] , yaitu hal hal yang nampak pada wujud alam semesta ini.

2. Dzikir Nafs [ Angan angannya sudah ditujukan kepada Allah tetapi dirinya masih merasa wujud ] = Makom Alam Malakut = Alam Orang Tharikat = Simbol Warna Kuning =   Hal yang dapat dipahami meliputi Wujudullah & Sifatullah, yaitu berupa hal hal yang nampak dari jagat raya dan kayakinan sang salik - pun mulai menguat bahwa terhadap semua yang wujud ini ada rahasia dan campur tangan Allah didalamnya lewat kekuasaan asma dan sifat - sifat-Nya.

3. Dzikir Ruh [  Terasa seperti selalu memandang Allah, merasa yang ada hanya Dzatullah semata , ia merasa dirinya tidak lagi ada ] = Makom Alam Jabarut = Alam Orang Makrifat =Simbol Warna Putih =  Hal yang dapat dipahaminya meliputi Wujudullah, Sifatullah & Dzatullah. Pada tahap ini sang salik telah sampai pada maqom " Musyahadah ", yaitu tahapan Penyaksian  Eksistensi Dzat Tuhan dengan mata basyiroh [ Mata Hati ] --> Mi'raj Ruhani.

4. Dzikir Siir atau dzikir Rahsa [ Merasa selalu bersama Allah ] = Maqom Alam Lahut = Alam Orang Hakekat =  Simbol Warna Hitam = Hal yang dapat dipahaminya meliputi Wujudullah, Sifatullah , Dzatullah &  Sirrullah. 

Pada maqom ini Sang salik   dikembalikan kedunia dalam kondisi batinnya yang sudah diliputi oleh Nurullah dan Nur Muhammad.  Ia pun ditahbiskan oleh Allah dengan gelar " Abdullah ", gelar tertinggi yang dapat dicapai oleh para peniti jalan salik. Diposisi ini sang salik tidak lagi memiliki kehendak dan keinginan yang muncul dari dirinya. Karena ia sudah dihiasai dengan sifat sifat Tuhan dan menyandang nama-Nya. Ia memandang segala sesuatu dengan cara pandang Tuhan dan ia tidak akan bertindak dan berbicara kecuali atas dasar kehendak dan perintah -Nya. Itulah kriteria dan kapasitas pribadi sang " Abdullah ", orang telah memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Perhatikan urutan kalimat Tasbih, Tahmid, Tahlil dibawah ini _ yang disebut kalimah " Nur Muhammad " _ ,  dimana kalimat Hauqalah [ La khaula wala kuwwata illa billah ] ditempatkan sebagai puncak bacaan dzikir. 

سُبْحَانَ اللهِ

وَالْحَمْدُ للهِ

وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله

وَاللهُ أَكْبَرُ

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ

" Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar, Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung "  - (HR Muslim)

Itulah bukti ilmiah bahwa maqom pasrah dan berserah diri itu merupakan maqom tertinggi yang dapat dicapai oleh Para peniti jalan salik.

@ Catatan : 

Maqom Mutmainnah atau Titik Khidir atau Maqom antara Alam Malakut dan Alam Jabarut = Simbol Warna Hijau

B. Jenis -jenis Shalat Wajib dan Sunah serta kedudukannya dalam siklus Martabat Tujuh.



Bagan : Tangga perjalanan ruhani menuju Tuhan dengan tujuh shalat.

Martabat -  martabat Shalat wajib dan Sunah : 

1. Shalat Subuh 

Dilaksanakan di pagi hari dilakukan sebanyak dua rakaat, kedudukan shalat ini ada pada martabat alam insan atau alam tubuh dan materi. 

Apabila kita mampu melaksanakan shalat ini dengan khusyu dan sempurna [ hanyut atau lebur dalam Ruh dan Rasha ], maka shalat ini akan dapat  mensucikan diri kita dari kotoran nafsu Lawwamah [ nafsu - nafsu yang berasal dari tabiat hewaninyah manusia ]

2. Shalat Dhuhur

Dilaksanakan di siang hari dilakukan sebanyak empat rakaat, kedudukan shalat ini ada pada martabat alam Ajsam atau Alam Akal, ide dan angan-angan.

Apabila kita mampu melaksanakan shalat ini dengan khusyu dan sempurna [ hanyut atau lebur dalam Ruh dan Rasha ], maka shalat ini akan dapat  mensucikan diri kita dari kotoran nafsu Amarah [ Nafsu - nafsu yang berasal dari tabiat golongan Jin atau setan yang melekat didalam diri manusia ] 

3. Shalat Ashar

Dilaksanakan di sore hari dilakukan sebanyak empat rakaat, kedudukan shalat ini ada pada martabat alam Mitsal  atau alam jiwa [ Qolbu ].

Apabila kita mampu melaksanakan shalat ini dengan khusyu dan sempurna [ hanyut atau lebur dalam Ruh dan Rasha ], maka shalat ini akan dapat  mensucikan diri kita dari kotoran nafsu Sufiyah [ tabiat hidup berlebih - lebihan dan bermegah megahan ]

4. Shalat Maghrib

Dilaksanakan pada awal pergantian siang dan malam hari, shalat ini dilakukan sebanyak tiga rakaat. Kedudukan shalat ini ada pada martabat alam Ruh.

Apabila kita mampu melaksanakan shalat ini dengan khusyu dan sempurna [ hanyut atau lebur dalam Ruh dan Rasha ], maka shalat ini akan dapat  mengantarkan diri kita mencapai kondisi Mutmainah [ rasa tenang, damai, sejahtera dan terbebas dari segala rasa takut ].

5. Shalat Isya

Dilaksanakan mulai awal malam hingga ahir sepertiga malam, shalat ini dilakukan sebanyak empat rakaat. Kedudukan shalat ini ada pada alam Siir atau alam Rasha atau Martabat Wahidiyah.

Apabila kita mampu melaksanakan shalat ini dengan khusyu dan sempurna [ hanyut atau lebur dalam Ruh dan Rasha ], maka shalat ini akan dapat  menghantarkan diri kita mencapai maqom makrifatul Asma [ yaitu berupa limpahan karunia ilmu - ilmu rahasia dari Allah SWT ].

6. Shalat Tahajud

Dilaksanakan mulai pertengahan malam hingga menjelang tibanya waktu fajar. Shalat ini dilakukan minimal sebanyak dua rakaat dan hingga maksimal 8 rakaat. Kedudukan shalat ini ada pada martabat alam Sifat atau alam Wahdah.

Apabila kita mampu melaksanakan shalat ini dengan khusyu dan sempurna [ hanyut atau lebur dalam Ruh dan Rasha ], maka shalat ini akan dapat  menghantarkan diri kita meraih Maqom Fanafillah atau makrifat fi sifat [ Karuniai  hikmah dan kebijaksanaan ] yang dalam redaksi Al Qur'an disebut dengan istilah " Maqoman Mahmudah ". 

7. Shalat Witir

Waktunya sama dengan shalat tahajud dan dilakukan sebagai penutup dari shalat malam.  Jumlah rakaat dari shalat ini harus ganjil. Jumlah rakaat tidak dibatasi.  Kedudukan shalat ini ada pada martabat Dzat atau martabat Ahadiyah.

Apabila kita mampu melaksanakan shalat ini dengan khusyu dan sempurna [ hanyut atau lebur dalam Ruh dan Rasha ], maka shalat ini akan dapat  menghantarkan diri kita kepada maqom  " Bakabillah " [ yakni rasa nyawiji dengan Tuhan dalam asma wa sifat ].

C. Gerakan shalat dan alamnya

1. Berdiri = Alam Nasut ---> kedudukan dzikirnya " Subkhanallah "

2. Ruku = Alam Malakut ----> kedudukan dzikirnya " Alhamdulillah "

3. Sujud = Alam Jabarut --> kedudukan dzikirnya " La ilaha illa Allah"

4. Duduk = Alam Lahut ----> kedudukan dzikirnya " Allahu Akbar "

5. Salam = Turun ke Alam Nasut bersama Allah = kedudukan dzikirnya " La haula wala kuwwata illa billahi 'aliyul 'adim "

# Allahu Akbar dibaca setiap pergantian gerak = Mikroj /  Sayap Buroq atau energi untuk naik. 


Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memotivasi para salik untuk terus aktif dan Istiqomah dijalanTuhan.


Minggu, 09 Mei 2021

Dimensi Hidup Manusia dan empat Unsur yang membentuknya

By Mang Anas

A. Empat dimensi Hidup dan kehidupan manusia : 

1. Dimensi Indra  ---> Kehidupan Satu dimensi [ jangkauan intraksinya hanya sebatas jagat wadag ] ---> Kehidupan Alam Nasut 

2. Dimensi Jiwa    ---> Kehidupan dua dimensi [ jangkauan intraksinya meliputi jahat wadag dan jagat halus _ alam jin dan alam malaikat ] ---> Kehidupan Alam Malakut 

3. Dimensi Ruh     ---> Kehidupan tiga dimensi [ jangkauan intraksinya meliputi jagat wadag, jagat halus dan alam ilahiyah ] --->  Kehidupan Alam Jabarut 

4. Dimensi Rahsa ---> Kehidupan empat dimensi [ jangkauan intraksinya meliputi jagat wadag, jagat halus, alam ilahiyah dan kemanunggalan dengan Dzat _yaitu leburnya titik rasha kedalam Dzat atau Fanabillah ] --->  Kehidupan Alam Lahut 


B. Empat Unsur yang ada dalam diri manusia : 

1. Unsur Tanah =  didalam  unsur tanah ada sub unsur air, sub unsur api dan sub unsur udara --->  dari Unsur tanahlah raga makhluk yang bernama manusia itu kemudian dibentuk.

2. Unsur Air = didalam unsur air ada sub unsur api dan sub unsur udara ---> dari unsur air-lah jiwa manusia itu kemudian diciptakan

3. Unsur Api =  didalam unsur api ada sub unsur udara ---> dari unsur api- lah Ruh manusia itu kemudian diciptakan

4. Unsur Udara [ Oksigen ] =  unsur udara atau Oksigen adalah elemen tunggal dan merupakan elemen murni karena didalam unsur udara tidak terkandung partikel dari sub unsur lainnya ---> dan dari unsur udaralah Rahsa manusia itu kemudian diciptakan.

Anasir udara [ oksigen ] adalah elemen kunci potensi adikodrati yang ada dalam diri manusia, sebab dari anasir udaralah [ oksigen ] Rasha itu dibentuk dan lewat media rasha itulah manusia dapat sampai pada titik perjumpaan dengan Allah swt dan bahkan lebur didalamnya [ maqom fanabillah ]. Contoh kongkrit dari hal ini adalah kasus Setan saat menggoda Adam dan Hawa ditaman Surga, manakala Iblis [ Unsur Api ] sudah terusir dari Surga maka ia dapat masuk kembali ke dalam surga dalam wujud Setan yang merupakan penjelmaan dari unsur Asap putih -  Bening [ Campuran Unsur Inti Api dan Udara ] yang merupakan zat yang lebih ringan dan jauh lebih halus dari pada api. Demikian juga dengan Rahsa, karena ia dibentuk dari unsur Oksigen, yaitu sejenis materi yang substansi zatnya sudah jauh lebih murni, memiliki bobot yang jauh lebih ringan, serta jauh lebih halus dari pada senyawa Angin dan udara, maka ia dapat kita jadikan sarana agar kita sampai kehadirat Tuhan [ Mencapai Maqom Wushul & Musyahadah ].

Dengan demikian hanya puncak - puncak dari zat dan elemen serta unsur unsur paling murni sajalah yang akan bisa dengan mudah menyambungkan dirinya dengan Tuhan. Rumus inilah yang seharusnya menjadi PR utama Jin dan Manusia manakala mereka ingin dapat menemui Tuhannya _ " Mulaku Robbihim "_  saat dia masih hidup didunia, dengan mulus dan tanpa halangan [ Al Baqoroh 2 : 46 ].

C. Unsur unsur Batin dari Anasir yang ada dalam diri manusia

1. Air menjadi unsur batin bagi Tanah ---> karena tanpa adanya anasir air ( sifat basah ) maka tanah akan menjadi kering dan mati serta tidak bisa menumbuhkan sesuatu.

2. Api menjadi unsur batin bagi Air ---> karena tanpa adanya anasir Api ( sifat panas ) maka Air akan menjadi beku

3. Udara menjadi unsur batin bagi Api ---> karena tanpa adanya anasir udara ( sifat kering ) maka api tidak akan bisa merambat atau berdiri tegak saat membakar sesuatu

4. Jika Tanpa air [ sifat basah ] tanah akan menjadi mati, jika tanpa api [ sifat panas ] air akan menjadi beku dan jika tanpa udara [ sifat kering ] api tidak akan bisa membakar maka demikian juga yang akan terjadi pada kehidupan manusia. 

5. Kedudukan jiwa adalah menjadi batin bagi raga dan kedudukan roh adalah batin bagi jiwa sedangkan kedudukan rasha adalah merupakan batin bagi ruh. Dengan demikian fungsi Rasha itu adalah untuk menghidupi Ruh dan fungsi Ruh adalah untuk menghidupi Jiwa sedangkan fungsi Jiwa adalah untuk menghidupkan raga.

6. Oleh karena Rahsa itu kedudukannya lebih tinggi dari pada ruh maka Rasha itu berkuasa atas Ruh, demikian juga Ruh ia berkuasa atas jiwa dan Jiwa berkuasa  atas raga. Maka barangsiapa yang sudah sampai pada kedudukan Rasha [ Titik Lebur dengan Tuhan _ Fanabillah ] maka ia akan mendapatkan limpahan otoritas dari Allah swt untuk bisa memerintah dan mengendalikan hukum empat anasir yang membentuk ruh, jiwa dan raganya sesuai dengan kehendak dan keinginan-Nya. Dengan limpahan kekuasaan itu maka semua kehendaknya bisa menjadi nyata, doa doanya menjadi sangat makbul dan ucapannya selalu menjadi sabda. Itulah hakekat karomah [ hukum kun- fayakun ] yang dianugerahkan Allah swt kepada wali wali - Nya.

Wallahu 'alam.