Halaman

Senin, 21 Maret 2022

Diri Sejati, Guru Sejati, Nur Muhammad dan Hati Nurani.

By Mang Anas

Hakikat dari Guru Sejati adalah percikan Nur Muhammad yang ada didalam diri setiap manusia. Dan percikan nur Muhammad yang ada didalam diri manusia itu kemudian bermetamorfose menjadi makhluk yang bernama hati nurani. Yaitu diri murni, diri sejati, atau hakikat insan, atau disebut juga sebagai guru sejati. 

Dalam fragmen kisah penciptaan Adam, pancaran nur Muhammad yang kemudian bermanifestasi menjadi hati nurani dan guru sejati itu disebut- sebut pernah menerima pengajaran langsung dari Tuhan, berupa limpahan pengetahuan sejati tentang asma asma [ lihat QS. Al- Baqarah 30 - 33 ] . Limpahan pengetahuan itu diajarkan Tuhan kepada Adam tanpa perantara, dan kejadian itu tidak diketahui siapapun juga, kecuali hanya oleh Adam dan Allah SWT itu sendiri [ pengajaran ilmu- ilmu Siir ].

Lalu apa yang dimaksud dengan mengenal diri ? 

Yang dimaksud dengan mengenal diri adalah pengenalan manusia terhadap dirinya yang murni atau dirinya yang sejati. Pengenalan itu akan bisa dicapai hanya jika manusia dapat membebasan dirinya dari segala kotoran jiwa, yang disebut sebagai hawa nafsu. 

Dengan terbebaskannya jiwa dari kotoran hawa nafsu yang membelenggunya itu, maka akan terkuaklah rahasia huruf BA [ ب ] yang ada didalam dirinya, yaitu diri yang berpendar cahaya yang disebut hati nurani. 



Bagan : Fenome Yang Akan Dirasakan Saat Seorang Hamba Berada Di Titik KHIDIR atau Duduk Di Jendela Muhammad.


Pertanyaan selanjutnya siapakah sesungguhnya makhluk yang dinamakan diri itu :  dirimu, diriku dan dirinya ? Maka jawabnya,

Dirimu adalah esensi-mu yang murni, dan diri-mu yang sejati adalah hati nurani - mu, percikan Nur Muhammad yang ada pada diri- mu yang sekaligus juga menjadi Guru sejati-mu.

Diriku adalah esensi-ku yang murni, dan diri-ku yang sejati adalah hati nurani- ku, percikan Nur Muhammad yang ada pada diri-ku yang sekaligus juga menjadi Guru Sejati-ku.

Dirinya adalah esensi-nya yang murni dan diri-nya yang sejati adalah hati nurani- nya, percikan Nur Muhammad yang ada pada diri-nya yang sekaligus juga menjadi Guru Sejati-nya.

Mu, Ku dan Nya adalah kita, satu asal, satu bahan, satu dzat, satu esensi, satu kesatuan dan satu kemanunggalan yang tersembunyi didalam titik BA [ ب ]   yang kemudian dinyatakan melalui HU [ ه ] sehingga nampaklah kemudian bentuk bentuk wujud seperti yang kenal kita sekarang ini. 

Pahami bahwa HU [ ه ] adalah sebuah himpunan, dan juga sebuah lingkaran. Didalam HU [ ه ] kita semua [ wujud - wujud ilusi ] dihimpun, dan pada Titian HU [ ه ] itulah kita semua berjalan menapaki rute hidup dan kehidupan, bergerak disepanjang lingkaran, sampai ahirnya bertemu dititik yang sama. Yaitu titik DIA yang menyelubungi setiap rahasia. Dan nanti Cahaya-Nya lah yang akan yang membimbing kita semua kesana, sehingga DIA yang selama ini terselubungi oleh ribuan misteri dan rahasia itu pada ahirnya akan dapat kita temukan bersama - sama. Tidak peduli dari rute manapun kita menempuhnya.

يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيْهِۚ (٦)

"Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya." (Q.S. Al-Insyiqaq ayat 6)

1. Gambaran Nur Muhammad [ hakikat Hati Nurani ] didalam Al Qur'an : 

۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ  اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ  اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ  نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ (٣٥)

" Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. " (Q.S. An-Nur ayat 35)

2. Gambaran Nur Muhammad [ hakikat Hati Nurani ] didalam Injil : Yohanes 1:1-18 (SB2010)

1 Kalam telah ada dari mulanya. Kalam itu bersama Allah, dan Kalam itu adalah Allah.

2 Sejak semula Kalam itu bersama Allah.

3 Segala sesuatu dijadikan oleh-Nya dan dari segala yang ada, tidak ada sesuatu pun yang dijadikan tanpa Dia.

4 Hidup itu ada di dalam Dia, dan hidup itu adalah terang manusia.

5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan tidak dapat mengalahkannya.

6 Ada seorang utusan Allah bernama Yahya.

7 Ia datang untuk memberi kesaksian mengenai terang itu, supaya melalui kehadirannya semua orang dapat percaya.

8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian mengenai terang itu.

9 Terang yang benar, yang menerangi setiap orang, datang ke dalam dunia.

10 Ia ada di dalam dunia, bahkan dunia ini dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.

11 Ia datang kepada milik-Nya sendiri, tetapi orang-orang milik-Nya itu tidak menerima-Nya.

12 Tetapi orang-orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak untuk menjadi anak-anak Allah [ hamba hamba yang maha pengasih ], yaitu mereka yang percaya kepada nama-Nya.

13 Kelahiran mereka bukan dari darah, bukan dari keinginan daging, dan bukan dari keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

14 Kalam itu telah menjadi manusia lalu tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diterima-Nya sebagai Sang Anak Tunggal [ Nur Muhammad ] yang datang dari Sang Bapa, penuh dengan anugerah dan kebenaran.

15 Nabi Yahya pun memberi kesaksian tentang Dia, katanya, "Inilah orang yang kukatakan, Dia, yang datang kemudian setelah aku, melebihi aku, karena Dia sudah ada lebih dahulu sebelum aku. "

16 Dari kelimpahan-Nya, kita semua sudah menerima anugerah demi anugerah.

17 Karena hukum Taurat, yaitu hukum yang terdapat dalam Kitab Suci Taurat, disampaikan melalui Nabi Musa, tetapi anugerah dan kebenaran itu akan datang melalui Yesus Kristus. 

18  Tak seorang pun pernah melihat Allah; Sang Anak Tunggal, yang ada di pangkuan Sang Bapa, Dialah yang telah menyatakan-Nya. 

@ Kaum Nasrani menganggap bahwa sosok yang dimaksud pada ayat 15 dan 17 adalah Isa Al Masih. Sedangkan kaum Muslimin menganggapnya sebagai sosok Nabi Muhammad Saw. Dan dalam pandangan penulis, kedua duanya adalah benar. Dan adapun terkait bunyi pada ayat 18 " Tak seorang pun pernah melihat Allah; Sang Anak Tunggal yang ada di pangkuan Sang Bapa, Dialah yang telah menyatakan-Nya." Dalam tradisi sufi Islam kitapun sebenarnya telah sejak lama mengenalnya, yaitu lewat doktrin emanasi [ teori manifestasi pancaran Nur Muhammad ], suatu proses tentang bagaimana cara Tuhan memperkenalkan keberadaan dirinya kepada makhluk.  Dari yang sebelumnya tidak dikenali [ yaitu saat Tuhan masih berada pada martabat Ahadiyah ] sampai kemudian dapat dikenali [ yaitu saat Tuhan hadir pada martabat Alam Insan ]. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi dan kemudian dipopulerkan oleh Syaikh Burhanpuri lewat teori martabat tujuhnya. 

@  Istilah Anak Bapak dalam tradisi Yahudi itu biasa disematkan sebagai gelar kehormatan kepada hamba hamba Tuhan yang salih dan untuk hamba Tuhan yang terkasih. Yaitu gelar untuk orang-orang yang bertakwa.  Tetapi dalam kasus ayat diatas, saya memahaminya sebagai Nur Muhammad. 

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca dan juga bagi penulisnya.