Halaman

Minggu, 05 April 2020

Unsur Lahir & Unsur Batin Sebuah Materi

Unsur Lahir & Unsur Batin Sebuah Materi

By. Mang Anas


Allah Swt yang telah menciptakan setiap benda berpasang pasangan, sebagaimana firmanNya,

Ya Sin[36] : 36

سُبْحٰنَ الَّذِى خَلَقَ الْأَزْوٰجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنۢبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ

“ Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”

Yang dimaksud dengan kata “ Maupun dari apa yang Tidak Mereka Ketahui “ disini ternyata mengandung pengertian bahwa pada setiap benda atau materi yang Allah ciptakan didalamnya selalu mengandung dua unsur, yaitu unsur Lahir dan Unsur Batin atau Ujud Dhohir dan Wujud Batin termasuk juga didalamnya adalah Benda Benda Mati,
Contoh Ujud lahir dan Wujud Batin dari benda benda hidup adalah apa yang kita lihat pada biji bijian,  buah dan sayuran, pada biji bijian, buah dan sayuran ternyata kita mendapati kenyataan bahwa biji bijian, buah dan sayuran itu tidak hanya membuat kita kenyang tetapi juga dari padanya kita bisa mengambil manfaat berupa Kandungan Kalori, Protein dan Vitamin.
Pada apa yang bisa kita lihat, kita pegang dan kita rasakan dari benda benda ciptataan itulah yang disebut sebagai ujud lahir sedang atas beberapa manfaat yang bisa kita dapat dari memakannya itulah yang disebut sebagai wujud batinnya.
Demikian juga dari benda benda mati, pada wujud batu misalnya kita bisa melihat, meraba dan menimbang bobotnya itulah ujud lahirnya sedangkan Wujud Batin dari batu ada pada partikel yang menyusunnya hingga menjadi sebuah senyawa yang  bisa membuat sebuah batu menjadi benda yang sangat keras dan memadat sehingga dari padanya kita bisa mengambil manfaat.

Dengan demikian sekali lagi perlu ditegaskan bahwa pada benda benda mati unsur senyawa dan yang mengikatnya itulah yang dimaksud sebagai wujud batin sebuah benda. Itulah rahasia Tuhan dan sekaligus sebagai bukti akan keluasan ilmu dan kekuasaanNya.

Salah satu Tujuan Diwahyukanya Surat Ya Sin ayat 36 diatas adalah agar supaya kita sebagai manusia yang dianugerahi Akal mau berpikir untuk mengingat Kebesaran, Kekuasaan dan Keluasan Ilmunya sebagai mana FirmanNya dalam Surat Ali Imron ayat 191,

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيٰمًا وَقُعُودًا وَعَلٰى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بٰطِلًا سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

Pentingnya Merenung dan Berpikir

Allah Swt menciptakan banyak sekali benda sehingga tak terbilang jumlahnya dan dari padanya manusia dan semua mahluk bisa mengambil manfaat, tetapi sepertinya sudah menjadi tabiat manusia bahwa terhadap benda benda ciptaan Allah itu hanya dilihat secara sambil lalu, tidak dianggap penting, tidak dianggap sebagai bentuk karunia serta bersikap  Acuh tak Acuh,  itulah makanya kenapa dalam surat Ibrahim : 34 Allah Swt menyindir manusia dengan firmannya,

Ibrahim[14] : 34

وَءَاتٰىكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ الْإِنسٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“ Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”

Disini dikatakan bahwa sungguh manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah, bemacam ke zaliman  dan keingkaran Manusia itu pada hakikatnya semua berpangkal dari terlalu dominannya pengaruh Jasad Jasmani dalam diri Manusia, manusia jenis ini sangatlah malas, mereka malas berfikir dan sangat malas untuk merenung, sepanjang waktu hidup mereka benar benar telah dilalaikan oleh bermacam macam hiburan dan kesenangan, mereka terjerumus dalam pengumbaran hawa nafsu dan cendrung memuja syahwat ( Al- Jatsiyah : 23 ) sehingga jiwa jiwa mereka pun menjadi buta dan tuli. Dalam kondisi buta dan tuli itu mereka tentu akan sangat Sulit untuk dapat menerima petunjuk, sebab jiwanya sudah benar benar mati dan gelap segelap gelapnya ( Al- Baqarah : 17,19 dan 20 ). Inilah golongan manusia yang oleh Allah Swt dikatagorikan sebagai kelompok perusuh dan perusak sebagaimana dijelaskan diatas.

Kebalikan dari yang diatas adalah tipikal manusia yang keberadaannya dipuji puji oleh Allah Swt,yaitu : orang orang  yang “ Mengerti “ ( Al Baqoroh : 164 )  orang orang yang “ Berakal “ ( Ali Imron : 190 ), Orang orang  yang “ Mengetahui “ ( Ar- Rum : 22 ) , Orang orang yang “ Yaqin “ ( Al- Jatsiyah : 4 ), dan Orang orang yang “ Bertaqwa “ ( Yunus : 6 ). Pada kelompok inilah Allah Swt berharap dan merekalah yang akan diangkat menjadi khalifahnya dimuka bumi karena kecintaannya kepada ilmu, Tertambatnya Hati Mereka hanya kepada Allah , Keyakinanya yang Besar kepada Keagungan dan Kebesaran Allah Swt dan Karena Mereka Selalu bersegera dalam berbuat Kebaikan.

Ke empat indikator orang orang yang mendapat pujian dari Allah Swt ini hanya dapat dicapai melalui pembiasaan mereka merenung, berpikir dan berkontemplasi juga karena banyaknya dzikir mereka kepada Allah Swt. Dengan melakukan ketiga Kebiasaan itulah Jiwa jiwa mereka menjadi Jernih, Dada dada mereka dipenuhi oleh Cahaya sehingga Pertolongan, Perlindungan dan Ilmu ilmu Allah yang Ghaib pun akan diajarkan.
Pada kelompok ini Pengaruh dari Gelapnya Alam Jasad menjadi sirna. Kedudukannya diangkat hingga ke derajat yang paling tinggi yaitu Maqom Hamba hamba Allah yang ber-Taqwa.
Kepada Mereka inilah Baik dan buruknya kehidupan manusia dimuka bumi dipercayakan. Fungsi merawat, Fungsi memelihara, Fungsi melestarikan dan Fungsi  perbaikan ke semuanya menjadi  tanggung jawabnya. Mereka yang dibebani Tanggung Jawab ini terdiri dari  kelompok Para Pemikir ( Ulil Albab ), Para Penyeru dan para Pecinta Kebaikan ( Siddiqin ), Para Aktivis dan Pejuang Kebenaran ( Kelompok Syuhada ) dan Pekerja Keras ( Solihin ).
Inilah orang orang yang disebut oleh Allah sebagai yang selalu membuat perbaikan,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran ( Al- Hajj : 41 ) dan ( Ali- Imron : 114 )  dan mereka inilah orang orang yang diberi gelar oleh Allah sebagai hamba hambanya yang Saleh dan Mewarisi Bumi sebagaimana firmannya,

Al-Anbiya'[21] : 105

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُورِ مِنۢ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ الصّٰلِحُونَ

“ Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”

Demikian, semoga bermanfaat.

Sabtu, 04 April 2020

Al Qur'an di Dalam Diri

By. Mang Anas


Hakikat Al Qur'an didalam Diri :

1. Hakikat dari Al qur'an didalam diri adalah al Qur'an Yang Qodim dan Azali, yang keberadaannya tersegel rapat didalam dada manusia dan kalimat - kalimatnya tersusun di dalam bahasa Rahsa. Al Qur'an Qodim itu adalah ibarat Cahaya, dan cahaya al qur'an yang qodim  itu berada di dalam fitrah. Dia lah al qur'an yang Agung dan Suci yang keberadaannya tidak akan dapat disentuh kecuali oleh orang - orang yang hatinya bersih, khusyu dan ber-Rahsa tajam.

إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ

"dan (ini) sesungguhnya Al-Qur'an yang sangat mulia,"(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 77)

فِى كِتٰبٍ مَّكْنُونٍ

"dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz)," (QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 78)

لَّا يَمَسُّهُۥٓ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

"tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan." (QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 79)

تَنْزِيلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِينَ

"Diturunkan dari Tuhan seluruh alam."
(QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 80)


2. Sedangkan Al Quran yang dohir adalah al qur'an yang sudah berbentuk huruf dan suara. Keberadaan Al Quran yang dohir itu berfungsi sebagai cermin bagi al quran yang ada didalam diri. 
Dengan cermin itu maka al Qur'an qodim yang selama ini keberadaannya masih tersegel rapat didalam lubuk hati itu, lambat - laun lembaran - lembarannya akan dapat dibaca dan dikenali kembali. 

Keberadaan Qur'an Qodim - lah satu - satunya alasan, kenapa manusia itu dimuliakan. Sebagaimana firman Allah Swt berikut ini, 

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ 
عَلٰى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." ( QS. Al-Isra' 17: Ayat 70)



Kamis, 02 April 2020

Makna Batin Surat Al Ikhlas


By. Mang Anas


Al-Ikhlas[112] : 1

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

"  Artine dudu Isun kuh siji, dudu Isun kuh maha Esa, tapi Isun kuh DEWEKAN "

[ kalimat   قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ  itu artinya " bukan Aku ini satu, bukan Aku ini Maha Esa, tapi Aku ini Sendirian " ]




Al-Ikhlas[112] : 2

اللَّهُ الصَّمَدُ

" Gulati Isun kuh aja mendi mendi, Isun kuh ana ning Jero Atine ira ".

[  " Mencari Aku [ As-Somad ] itu jangan kemana - mana, carilah Aku ini kedalam hatimu sendiri  " ] 


Al-Ikhlas[112] : 3

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
 
" Mergah Isun kuh DEWEKAN maka Buwangen " Yalid " lan buwangen " Yuulad " sing ana ning dadane ira "

[ karena Aku itu Sendirian, maka buanglah semua keterikatanmu pada " Yalid " dan juga terhadap " Yulad " dari hatimu ]


Al-Ikhlas[112] : 4

وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
 
" Ugah buwangen " Kul lahu " lan " Kufua " sing bakal dadi sekutu -ne Isun ning sajerone Atine Ira "

[ dan jangan kau jadikan " Kul lahu " dan " Kufua " itu sebagai sekutu-Ku didalam hatimu ] 

Untuk lebih jelasnya cermati penjelasan pada tabel berikut ini,


Bagan : Penjabaran Makna Batin Surat Al-Ikhlas 


Catatan : Apa yang saya tulis ini sebagaimana judulnya adalah makna batin dari surat Al Ikhlas, dengan demikian ini bukanlah terjemahan dan bukan pula tafsir. Dan untuk menghindari terjadinya salah paham maka disini saya harus menyampaikan bahwa apa yang saya tulis ini adalah murni dari apa yang saya peroleh melalui proses peng - ilhaman. Makna Takwil mungkin adalah istilah yang lebih pas karena peng - ilhaman pada hakekatnya sangatlah personal , hanya antara Saya dengan Sang Pemberi Ilham.
Demikian hal ini disampaikan sekali lagi semata untuk tidak menimbulkan salah paham.
Wasalam.

Semoga Bermanfaat

Indramayu, 02 April 2020