Unsur Lahir & Unsur Batin Sebuah Materi
By. Mang Anas
Allah Swt yang telah menciptakan setiap benda berpasang pasangan, sebagaimana firmanNya,
Ya Sin[36] : 36
سُبْحٰنَ الَّذِى خَلَقَ الْأَزْوٰجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنۢبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
“ Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”
Yang dimaksud dengan kata “ Maupun dari apa yang Tidak Mereka Ketahui “ disini ternyata mengandung pengertian bahwa pada setiap benda atau materi yang Allah ciptakan didalamnya selalu mengandung dua unsur, yaitu unsur Lahir dan Unsur Batin atau Ujud Dhohir dan Wujud Batin termasuk juga didalamnya adalah Benda Benda Mati,
Contoh Ujud lahir dan Wujud Batin dari benda benda hidup adalah apa yang kita lihat pada biji bijian, buah dan sayuran, pada biji bijian, buah dan sayuran ternyata kita mendapati kenyataan bahwa biji bijian, buah dan sayuran itu tidak hanya membuat kita kenyang tetapi juga dari padanya kita bisa mengambil manfaat berupa Kandungan Kalori, Protein dan Vitamin.
Pada apa yang bisa kita lihat, kita pegang dan kita rasakan dari benda benda ciptataan itulah yang disebut sebagai ujud lahir sedang atas beberapa manfaat yang bisa kita dapat dari memakannya itulah yang disebut sebagai wujud batinnya.
Demikian juga dari benda benda mati, pada wujud batu misalnya kita bisa melihat, meraba dan menimbang bobotnya itulah ujud lahirnya sedangkan Wujud Batin dari batu ada pada partikel yang menyusunnya hingga menjadi sebuah senyawa yang bisa membuat sebuah batu menjadi benda yang sangat keras dan memadat sehingga dari padanya kita bisa mengambil manfaat.
Dengan demikian sekali lagi perlu ditegaskan bahwa pada benda benda mati unsur senyawa dan yang mengikatnya itulah yang dimaksud sebagai wujud batin sebuah benda. Itulah rahasia Tuhan dan sekaligus sebagai bukti akan keluasan ilmu dan kekuasaanNya.
Salah satu Tujuan Diwahyukanya Surat Ya Sin ayat 36 diatas adalah agar supaya kita sebagai manusia yang dianugerahi Akal mau berpikir untuk mengingat Kebesaran, Kekuasaan dan Keluasan Ilmunya sebagai mana FirmanNya dalam Surat Ali Imron ayat 191,
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيٰمًا وَقُعُودًا وَعَلٰى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بٰطِلًا سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
Pentingnya Merenung dan Berpikir
Allah Swt menciptakan banyak sekali benda sehingga tak terbilang jumlahnya dan dari padanya manusia dan semua mahluk bisa mengambil manfaat, tetapi sepertinya sudah menjadi tabiat manusia bahwa terhadap benda benda ciptaan Allah itu hanya dilihat secara sambil lalu, tidak dianggap penting, tidak dianggap sebagai bentuk karunia serta bersikap Acuh tak Acuh, itulah makanya kenapa dalam surat Ibrahim : 34 Allah Swt menyindir manusia dengan firmannya,
Ibrahim[14] : 34
وَءَاتٰىكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ الْإِنسٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“ Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Disini dikatakan bahwa sungguh manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah, bemacam ke zaliman dan keingkaran Manusia itu pada hakikatnya semua berpangkal dari terlalu dominannya pengaruh Jasad Jasmani dalam diri Manusia, manusia jenis ini sangatlah malas, mereka malas berfikir dan sangat malas untuk merenung, sepanjang waktu hidup mereka benar benar telah dilalaikan oleh bermacam macam hiburan dan kesenangan, mereka terjerumus dalam pengumbaran hawa nafsu dan cendrung memuja syahwat ( Al- Jatsiyah : 23 ) sehingga jiwa jiwa mereka pun menjadi buta dan tuli. Dalam kondisi buta dan tuli itu mereka tentu akan sangat Sulit untuk dapat menerima petunjuk, sebab jiwanya sudah benar benar mati dan gelap segelap gelapnya ( Al- Baqarah : 17,19 dan 20 ). Inilah golongan manusia yang oleh Allah Swt dikatagorikan sebagai kelompok perusuh dan perusak sebagaimana dijelaskan diatas.
Kebalikan dari yang diatas adalah tipikal manusia yang keberadaannya dipuji puji oleh Allah Swt,yaitu : orang orang yang “ Mengerti “ ( Al Baqoroh : 164 ) orang orang yang “ Berakal “ ( Ali Imron : 190 ), Orang orang yang “ Mengetahui “ ( Ar- Rum : 22 ) , Orang orang yang “ Yaqin “ ( Al- Jatsiyah : 4 ), dan Orang orang yang “ Bertaqwa “ ( Yunus : 6 ). Pada kelompok inilah Allah Swt berharap dan merekalah yang akan diangkat menjadi khalifahnya dimuka bumi karena kecintaannya kepada ilmu, Tertambatnya Hati Mereka hanya kepada Allah , Keyakinanya yang Besar kepada Keagungan dan Kebesaran Allah Swt dan Karena Mereka Selalu bersegera dalam berbuat Kebaikan.
Ke empat indikator orang orang yang mendapat pujian dari Allah Swt ini hanya dapat dicapai melalui pembiasaan mereka merenung, berpikir dan berkontemplasi juga karena banyaknya dzikir mereka kepada Allah Swt. Dengan melakukan ketiga Kebiasaan itulah Jiwa jiwa mereka menjadi Jernih, Dada dada mereka dipenuhi oleh Cahaya sehingga Pertolongan, Perlindungan dan Ilmu ilmu Allah yang Ghaib pun akan diajarkan.
Pada kelompok ini Pengaruh dari Gelapnya Alam Jasad menjadi sirna. Kedudukannya diangkat hingga ke derajat yang paling tinggi yaitu Maqom Hamba hamba Allah yang ber-Taqwa.
Kepada Mereka inilah Baik dan buruknya kehidupan manusia dimuka bumi dipercayakan. Fungsi merawat, Fungsi memelihara, Fungsi melestarikan dan Fungsi perbaikan ke semuanya menjadi tanggung jawabnya. Mereka yang dibebani Tanggung Jawab ini terdiri dari kelompok Para Pemikir ( Ulil Albab ), Para Penyeru dan para Pecinta Kebaikan ( Siddiqin ), Para Aktivis dan Pejuang Kebenaran ( Kelompok Syuhada ) dan Pekerja Keras ( Solihin ).
Inilah orang orang yang disebut oleh Allah sebagai yang selalu membuat perbaikan,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran ( Al- Hajj : 41 ) dan ( Ali- Imron : 114 ) dan mereka inilah orang orang yang diberi gelar oleh Allah sebagai hamba hambanya yang Saleh dan Mewarisi Bumi sebagaimana firmannya,
Al-Anbiya'[21] : 105
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُورِ مِنۢ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ الصّٰلِحُونَ
“ Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”
Demikian, semoga bermanfaat.