Halaman

Sabtu, 28 Januari 2023

Rumus Cerdas [ Futukh ] Ala Ibn Arabi

By. As-Syeikh Al-Akbar Muhyidin Ibn Al-'Arabi [ Kitab Al-Futuhat Al-Makkiyyah ] 

Tilawah Al-Qur'an Para 'Arif Muḥaqqiq Di Malam Hari 

Tak akan bisa mengenal-Ku dan tak akan mampu menilai dengan benar perkataan-Ku, "Malam adalah untuk-Ku" serta mengetahui mengapa Aku turun kepadamu di malam hari kecuali seorang _'Arif Muḥaqqiq_ . Ia yang ketika berjumpa dengan saudaranya yang mengatakan padanya, "Saudaraku, sebutlah diriku dalam khalwatmu bersama Rabbmu!" ia akan menjawab, "Kalau aku menyebutmu berarti aku sedang tidak berkhalwat dengan-Nya." Seorang _'Arif_ seperti inilah yang tahu seperti apa kadar penurunan-Ku di malam hari ke langit dunia, serta kenapa Aku turun dan siapa yang Kucari. " Akulah yang membacakan Kitab-Ku kepada orang itu melalui lisannya sendiri, sementara dia hanya mendengarkan. Inilah yang disebut "percakapan di malam hari dengan-Ku". Hamba itulah yang merasakan kelezatan dan kenikmatan Kalam-Ku [1]. Namun bila ia terpaku pada makna-maknanya, maka ia telah meninggalkan-Ku melalui pikiran dan perenungannya ".

Yang harus ia lakukan adalah " memusatkan perhatiannya kepada-Ku dan mengosongkan pendengarannya hanya untuk mendengar Kalam-Ku. Hingga pada saat tilawah itu, karena Aku yang membacakan dan memperdengarkan padanya, Akulah yang menjelaskan Kalam-Ku dan menerjemahkan maknanya kepada orang itu. Itulah yang dinamakan percakapan-Ku dengannya. Sehingga ia akan mengambil ilmu langsung dari-Ku, bukan dari pikiran dan pengertiannya sendiri ".

لَا تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهٖۗ (١٦)

Jangan engkau gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (Q.S. Al-Qiyamah ayat 16)

اِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰنَهٗۚ (١٧)

Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. (Q.S. Al-Qiyamah ayat 17)

فَاِذَا قَرَأْنٰهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗۚ (١٨)

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.  (Q.S. Al-Qiyamah ayat 18)

ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهٗۗ (١٩)

Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya.  (Q.S. Al-Qiyamah ayat 19)


Sang _Arif Muḥaqqiq_ itu tidak akan terlalu memperhatikan cerita tentang surga, neraka, hisab, hari kiamat, dunia maupun akhirat, karena ia tidak melihat itu semua dengan akalnya dan tidak menelaah ayat tersebut melalui pikirannya. Ia hanya akan mendengarkan dengan seksama apa yang Kukatakan padanya. Ia menjadi orang yang disaksikan dan menyaksikan ( _syahid_ ), hadir bersama-Ku dan Aku Sendiri yang bertanggungjawab atas pengajarannya. Lalu Kukatakan padanya, “Wahai hamba-Ku! Yang Kumaksud dengan ayat ini adalah ini dan itu,sedangkan untuk ayat yang lain adalah ini dan itu.”

Demikianlah yang terjadi hingga fajar menyingsing. Maka Sang _'Arif_ tersebut akan memperoleh banyak ilmu yang belum pernah ia miliki sebelumnya dengan penuh keyakinan, karena ia mendengar Al-Qur'ān dan penjelasan serta tafsir makna-maknanya, juga apa yang Kuinginkan dari Kalam, ayat serta surah tersebut langsung dari-Ku. Dengan itu, ia telah berlaku dengan adab yang baik bersama-Ku, karena ia telah mendengarkan dengan seksama dan memberikan perhatiannya.

Ketika Aku memintanya kembali untuk bercakap-cakap tentang hal-hal tersebut, maka ia akan menanggapi permintaan-Ku itu dengan kehadiran diri dan musyahadah. Ia akan menyampaikan kembali pada-Ku segala apa yang pernah Kusampaikan dan Kuajarkan padanya, dan apakah ia telah menerima sepenuhnya segala ilmu yang terkait dengan hal tersebut atau tidak. Jika tidak, maka kami akan menambahkan kepadanya apa yang kurang dari hal tersebut. Dengan ini, ia menjadi hanya untuk-Ku, bukan untuk dirinya sendiri atau untuk sesama makhluk.

Hamba yang seperti ini adalah sepenuhnya untuk-Ku dan milik-Ku, sementara malam menjadi penghubung antara Diri-Ku dan dirinya. Ketika fajar telah menyingsing, Aku bersemayam di atas _'Arsy-Ku_ untuk mengatur segala urusan dan memerinci ayat-ayat, sementara hamba-Ku ini akan berjalan menuju penghidupan dan mata pencahariannya serta berbincang-bincang dengan saudara-saudaranya. Tetapi telah Kubukakan pintu yang menghubungkan antara Diri-Ku dan dirinya pada makhluk-Ku. Ia melihat-Ku dari makhluk dan Aku juga melihatnya dari makhluk, walau para makhluk itu tidak merasakannya. Aku berbicara pada hamba itu melalui lisan-lisan para makhluk meski mereka tidak mengetahuinya. Para makhluk itu mengira ia sedang berbicara dengan mereka, padahal ia tidak berbicara dengan siapa pun selain Diri-Ku. Mereka juga mengira bahwa ia sedang menyahuti ucapan mereka, padahal ia tidak menyahuti siapa pun kecuali Diri-Ku. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang pemilik sifat ini: 

" Wahai Dikau penghiburku kala makhluk terlelap di malam hari, dan teman berbincangku di tengah-tengah mereka di siang hari ".


Catatan Kaki : [1] Semua Rasa Nikmat dan Kelezatan yang diperoleh dan dirasakan oleh sebagian besar pembaca Al Qur'an itu,  terjadi akibat sentuhan-sentuhan magis yang bersumber dari kalimat al quran, dan efek megis dari sentuhan huruf-huruf [ yang sejatinya mengandung ruh ].  Daya magis yang berasal dari kumpulan ruh yang terhimpun di dalam sebuah kalimat dan huruf secara individual itu kemudian melanda selaput membran-membran tipis yang ada di seputar relung hati. Itulah sejatinya yang disebut mukjizat Al quran. 

Pengaruh efek magis dari sentuhan ayat ayat suci itu lambat- laun akan membuat hati kita menjadi lembut,  mata hati menjadi hidup, dan lama kelamaan permukaan mata hati kita pun akan menjadi bening dan rasa kita juga akan menjadi sangat tajam. 

Dalam kondisi itu maka hati seorang hamba pada hakikatnya telah menjadi sebuah lahan subur. Dan hati dalam keadaannya yang sudah seperti itu akan layak menerima tajalli Allah Swt. Menjadi kredibel untuk menjadi lokus curahan Ilmu- ilmu Ilham dan Ilmu-ilmu Laduni yang bersumber dari-Nya dan diajarkan secara langsung oleh-Nya.  

Untuk diketahui, di zaman kita ini [ zaman akhir : tahun 2000 ke atas ], semua pintu kerohanian [ pintu pintu langit ] telah dibuka lebar-lebar. Maka untuk mencapai hal itu sekarang peluangnya menjadi sangat besar, dan insya Allah menjadi jauh lebih mudah, dibanding masa- masa sebelumnya. Sebab zamannya memang sudah tiba. 

Dari Abu Hurairah -raiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi -allallāhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila telah dekat waktunya (kiamat), hampir tidak ada mimpi seorang mukmin yang dusta. Mimpi seorang mukmin itu satu dari empat puluh enam bagian kenabian. Dalam riwayat lain disebutkan, "Orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur bicaranya."   ( Hadis sahih - Muttafaq 'alaih ). Keterangan lebih lengkap mengenai mimpi seorang mukmin  [ ru'yan sadiqah ] klik artikel kami di url dibawah ini, 

https://matahatirasasejati.blogspot.com/2021/10/perjalanan-suluk-pengajaran-lewat-mimpi.html?m=1