Halaman

Selasa, 27 September 2022

Tafsir Ayat Ayat Sifat Surat Al-Fatiha ayat 1 dan 3

Tafsir Ayat - ayat Sifat Seri 1 ; 

By Mang Anas


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣

1. Atas nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Esensi makna dari huruf Ba [ب] yang terdapat di dalam kalimat

 آلله الرحمن الرحيم  بِسۡمِ   

tersebut diatas dijabarkan maknanya oleh Al Quran didalam kalimat Al Hamdu [ ٱلۡحَمۡدُ ] yang terdapat pada ayat kedua. Sedangkan hakikat dari Al Hamdu  [ ٱلۡحَمۡدُ ]  adalah perwujudan dari sifat Allah yang Ar- rahman dan Ar- rahim [ الرحمن الرحيم ]. Dan adapun kalimat  اسم الله [ yang terdapat di dalam rangkaian kalimat Bismillah itu ] dijabarkan maknanya pada kalimat  رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  [ pada ayat 2 ]. Dengan demikian maka hakikat dari huruf Ba [ ب ] adalah الحمد , yang didalamnya kedua sifat Allah yang paling utama itu termanifestasi dalam wujud penciptaan alam semesta beserta semua makhluk yang tinggal didalamnya. Sedangakan hakikat dari 

اسم للله adalah رب العلمين  atau lebih kongkrit lagi dapat dikatakan bahwa esensi dari kalimat آلله  بِسۡمِ  itu adalah kalimat ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ .

Dan adapun esensi dari kalimat 

ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ   sebagaimana yang terdapat pada ayat yang ke tiga itu fungsinya tidak lain adalah sebagai penegasan dari dua sifat yang melekat pada diri Allah Swt sebagaimana yang tertera pada ayat sebelumnya  [ yaitu ayat pertama ] dan yang kemudian pada ayat yang  ke tiga kedua sifat Allah itu telah bermanifestasi menjadi sifat pada diri Rabbull Alamin [ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ].

Demikianlah maka berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka bisa disimpulkan bahwa esensi  kalimat

 آلله الرحمن الرحيم  بِسۡمِ   itu memiliki makna yang identik dan sama persis dengan kalimat  ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  ٢  ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ  ٣  dan bahkan hakikat isi dan makna substansi  kedua ayat itu sebenarnya adalah tunggal. Sebagaimana manunggalnya esensi Dzat Allah dengan semua sifat-sifat -Nya , dalam hal ini adalah Allah dalam kedudukannya sebagai Rabbal Alamin [ penguasa jagat raya ]. Demikianlah penjelasan makna Al Fatiha mulai dari ayat 1  hingga 3. 

Dan jika diantara para ahli fiqh kemudian terdapat perbedaan pandangan mengenai kedudukan Basmalah dalam surat Al Fatiha, maka berdasarkan penjelasan diatas maka perbedaan itu hakikatnya bukanlah suatu pertentangan. Membaca Al Fatiha dalam shalat dengan Basmalah [ yang dihukumi wajib dalam Mazhab Syafii ] dan membaca Al Fatiha dalam shalat tanpa Basmalah  [ dan membacanya dihukumi makruh menurut Mazhab Khanafi ], pendapat keduanya adalah sah. Bagi yang membaca Basmalah maka berarti dia telah Man-taukidkan kalimat mulia itu dengan pengulangan bacaannya pada kalimat 

 ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  ٢  ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ  ٣ 

sedangakan untuk mereka yang meniadakan Basmalah dalam bacaan Al Fatihanya maka apa yang oleh sementara orang dianggap menanggalkan itu hakikatnya adalah tidak, karena hakikat bacaan Basmalah itu secara implisit sebenarnya sudah terkandung didalam kalimat

 ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  ٢  ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ  ٣  .

Dan adapun hakikat Al Hamdu [ ٱلۡحَمۡدُ ] yang merupakan esensi dari misteri huruf BA [ ب  ] dan yang didalamnya sifat Allah yang Ar-rahman dan Ar-rahim [ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ] termanifestasi adalah bermakna sebagai berikut :

1. Bahwa Hakikat  Al Hamdu itu adalah “ Anugerah Pendengaran, Penglihatan, dan Hati atau Pikiran [ Fuad ] yang diberikan Allah Swt kepada Jin dan Manusia “ selaku makhluk-Nya yang utama sebagaimana firmannya,

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٧٨

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. [ QS. An Nahl 78 ]

وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ ٧٨

Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. [ QS. Al Mukminun 78 ]

ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ ٩

Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. [ QS. As Sajdah 9 ]

 

2. Bahwa Hakikat dari Al Hamdu adalah Anugerah wahyu dan hakikat kenabian yang diturunkan Allah Swt dalam kehidupan bangsa Jin dan umat Manusia yang fungsinya adalah selaku pembimbing dan pemandu  kehidupan bagi keduanya, dan sebagai pedoman agar keduanya dapat kembali dan agar dapat mengenali jalan pulangnya kepada Allah Swt, sebagaimana firman-Nya,

لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ١٦٤

Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [ QS. Al Imran 164 ]

3. Bahwa hakikat Al Hamdu adalah “ Segala fasiliatas penunjang kehidupan yang ada pada alam semesta yang telah Allah anugerahkan kepada Jin dan Manusia untuk dikelola dan diambil manfaatnya untuk sebaik baik kegunaan berdasarkan tuntunan yang tertera didalam kitab- kitab Allah Swt.

وَلَقَدْ مَكَّنّٰكُمْ فِى الْاَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ ࣖ ١٠

Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. [ Al A’raf 10 ]

وَسَخَّرَ لَـكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ جَمِيْعًا مِّنْهُ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

"Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir." ( QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 13)

اَهُمْ يَقْسِمُوْنَ رَحْمَتَ رَبِّكَۗ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيْشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗوَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ ٣٢

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu ? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. [ Az Zukhruf 32 ]

وَالْاَرْضَ مَدَدْنٰهَا وَاَلْقَيْنَا فِيْهَا رَوَاسِيَ وَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَّوْزُوْنٍ ١٩

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung serta Kami tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran. [ Al Hijr 19 ]

 

وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَ وَمَنْ لَّسْتُمْ لَهٗ بِرٰزِقِيْنَ ٢٠

Dan Kami telah menjadikan padanya sumber-sumber kehidupan untuk keperluanmu, dan (Kami ciptakan pula) makhluk-makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya. [ Al Hijr 20 ]

Semoga ulasan singkat ini bermanfaat.





Selasa, 06 September 2022

Iman dan Amal Salih : Pengertian dan Substansinya dalam Perspektif Ilmu Hakikat

By Mang Anas 


لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ (٤)

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (Q.S. At-Tin ayat 4)

ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ (٥)

kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, (Q.S. At-Tin ayat 5)

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ (٦)

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. (Q.S. At-Tin ayat 6)


Pengertian Amanu dan Amala Saliha 

A. Yang dimaksud dengan " Amanu " [  الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ] sebagaimana yang disebutkan dalam Al-quran surat At-tin ayat 6 tersebut diatas adalah orang-orang yang dengan rela hati bersedia melakukan semua jenis amalan keimanannya. Dan adapun yang dimaksud dengan amalan keimanan disini adalah semua jenis amalan ibadah makhdoh  yang bentuk amalanya berupa pendekatan diri kepada Allah swt dan untuk tujuan membersihkan  hati atau mengasah diri. 

Yang tergolong dalam amalan jenis ini adalah shalat, dzikir, puasa, menuntut ilmu, membaca atau mentadabburi Al Quran serta amalan-amalan sebangsanya. Dan adapun beberapa manfaat  yang dapat diperoleh dari melakukan amalan - amalan ibadah tersebut diatas adalah,

1. Amalan jenis itu akan dapat melunakkan dan melembutkan hati manusia.

2. Dapat membersihkan semua kotoran yang bersarang didalam hati, yaitu karat-karat dosa yang pernah diperbuat manusia.

3. Dapat membuka semua lapisan-lapisan hijab, dalam hal ini adalah  hawa nafsu, dan utamanya adalah hijab nafsu bahimiyah [ nafsu jasad ] dan nafsu amarah [ nafsu yang bersumber dari jiwa ].

4. Dapat menjadikan hati manusia  menjadi bening bagai kaca, tajam melebihi mata pedang serta sensitif melebihi radar. Dalam kondisi itu  maka qolbu manusia akan menjadi lokus ilham. Karena ia akan bisa menangkap dengan mudah datangnya sinyal-sinyal kelangitan.  Mampu  menguraikan secara cermat, lugas dan jelas substansi isi dari petunjuk- petunjuk Ilham yang datang melintas didasar hatinya itu kepada orang lain. Kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan apapun.

5. Manusia akan bisa mendapatkan kembali kesucian dan kemurnian hatinya, dalam hal ini diri sejati manusia akan dapat didudukan kembali pada martabat ruh [ martabat asal dari diri manusia  ]. Dan hati manusia  itu apabila sudah mampu duduk pada martabat ini [ ruh ] maka segala penyakit batinnya seperti dendam, hasad, iri, dengki, tamak dan serakah serta semua rasa kemelekatannya terhadap dunia akan hilang lenyap.

Itulah sejumlah manfaat yang bisa diraih dari beberapa amalan keimanan yang jenis-jenisnya sebagaimana diatas telah dijelaskan.


B. Dan adapun yang dimaksud sebagai " Amalan Saliha " sebagaimana yang tertera dalam ayat tersebut diatas  adalah semua jenis amalan atau ibadah yang dimensinya bersifat sosial atau yang bentuknya berupa ibadah muamalah seperti, mengeluarkan zakat, memberi makan kepada orang yang kelaparan, menjenguk orang yang sakit, menolong orang-orang yang sedang tertimpa musibah, memuliakan tamu, membantu orang-orang yang sedang dalam perjalanan dan amalan sebangsanya.  

c. Dengan demikian maka kedua hal sebagaimana yang tersebut diatas yaitu Amanu dan Amalu Saliha adalah jenis-jenis amalan yang wajib ditempuh oleh semua manusia yang menginginkan dirinya bisa kembali kepada kesucian dan kemurnian dirinya. Setelah sebelumnya manusia itu oleh Tuhan sengaja ditempatkan pada maqom atau kedudukan yang serendah- rendahnya atau  اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ  [ lihat QS. At-Tin ayat 5 ] sebagian ujian baginya.

d. Oleh karena itu orang-orang yang saat hidup didunia melulu disibukkan dengan amalan-amalan  ibadah makhdoh seperti shalat, dzikir, puasa, membaca quran, menuntut ilmu dan sebangsanya, dan dengan sengaja  mengabaikan ibadah sosial yang seharusnya menjadi kewajiban dirinya, maka dalam terminologi al Quran  [ lihat: QS. Al-A'raf ayat 46 - 49 ]  nanti diahirat orang-orang itu akan menjadi calon para penghuni 'Araf. 

Ciri utama dari calon penghuni 'Araf adalah mereka yang saat hidup didunia terlalu menyibukkan dirinya dengan amalan ibadah- ibadah makhdoh [ ibadah yang sifatnya ritual ] seperti shalat, dzikir, berpuasa, menuntut ilmu dan membaca alquran, tetapi melupakan kewajiban kemasyarakatannya. Yaitu pemenuhan hak - hak tetangga dan hak-hak  masyarakat yang ada disekitarnya. 

Perumpamaan mereka  itu adalah seperti  sebuah pohon yang meskipun dahan dan daun - daunnya rimbun tetapi tidak dapat menghasilkan buah sama sekali. Jadi manfaat pohon itu hanya sebatas sebagai peneduh, tidak memiliki manfaat lainnya. Maka sebagai manusia orang-orang ini nilai dan fungsinya dianggap tidak sempurna.

Dan begitu pula sebaliknya,  mereka yang hanya disibukkan dengan amalan-amalan kebajikan yang sifatnya sosial tetapi lupa mendasari amalannya itu dengan akar keimanan. Maka hakikat amalan mereka itu ibarat putik dari sebuah kembang yang jatuh berserakan dan lalu terbang kesana-kemari ditiup angin. Status amalan mereka seperti  sampah. Maka tidak akan dicatat dalam buku catatan amal, dan tidak akan mendapatkan stempel ketuhanan. 

Dengan demikian maka hakikat shalat, puasa, dzikir, baca quran dan menuntut ilmu [ semua jenis ibadah yang tujuannya untuk memperteguh dan menguatkan keimanan ] itu adalah ibarat pohon, sedangkan berbuat baik kepada manusia seperti mendermakan harta, waktu, tenaga, pikiran dan jiwa untuk kebajikan serta untuk  kemaslahatan orang banyak [ amala saliha ] itu adalah ibarat buah. Maka untuk kedua hal ini semua manusia haruslah dapat membangun dan mengerjakannya secara bersamaan dan dengan bersungguh-sungguh. Tipikal manusia yang seperti inilah yang sebenarnya sangat diharapkan, dan yang disebut sebagai khalifah [ manusia paripurna atau insanul kamil ]. Dan hanya manusia dari jenis inilah yang dalam terminologi al Quran surat At-Tin disebut akan dapat meraih kembali kehormatan dan kejayaan dirinya dan yang akan kembali " mendapatkan kedudukan yang sebaik - baiknya "  atau  فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ [ lihat QS. At-Tin ayat 4 ].