Halaman

Rabu, 16 Desember 2020

Tafsir Isyari Menguak Aspek yang Terabaikan


Ikmal Online 29 April 2011

Oleh : Salman Fadllullah, M.A 

           Apresisasi kaum muslimin dari berbagai kalangan  terhadap al-Quran menunjukkan  bahwa al-Quran—baik disadari atau tidak—adalah bagian dari kekuatan kudus. Dr. Syihabudin Qalyubi  menyatakan bahwa banyak orang yang kagum kepada al-Quran, namun mereka tidak dapat menjelaskan mengapa mereka kagum atau tertarik. Pesona al-Quran bukan hanya karena faktor dogma teologis tapi juga karena  ada faktor  inheren di dalam teks itu sendiri.Karena itu, Thâhâ Husayn (1889-1973) menyatakan bahwa al-Quran tidak bisa disebut dengan puisi atau prosa. Al-Quran tidak bisa bisa dikategorikan dengan nama apapun. Ia adalah kitab yang sangat sempurna yang datang dari Yang Mahabijak dan Maha memiliki pengetahuan.

Al-Quran adalah kalamullah dan kitabullah sekaligus. Kalamullah artinya  wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw, adapun kitabullah artinya mushaf yang ada di tangan kita ini—yang terjaga keasliannya dari sejak diturunkan hingga sekarang. Al-Quran sebagai kalamullah jika kalam difahami sebagai sifat Allah—maka al-Quran bukanlah makhluk; ia abadi. Namun jika kalamullah difahami sebagai kreasi, perbuatan (af ’al)  Allah yaitu Allah berbicara kepada Rasulullah—maka ia adalah makhluk-Nya, sebab Af ’al tuhan meniscayakan sisi lain yang menjadi penerima wahyu tersebut. Kesalahfahaman dalam menempatkan makna kalamullah ini pernah melahirkan fitnah antara Asy’ari dan Muktazilah. Kelompok Asy’ari menuduh Muktazilah—yang menganggap al-Quran sebagai makhluk—telah kafir.  Sebab dianggap telah merendahkan sifat Allah dan  menyamakannya dengan makhluk.        

Bangunan Islam didirikan di atas ilmu pengetahuan . Ilmu pengetahuan artinya adalah kesadaran spritual dan intelektual  dan maxim dari para pengembannnya. Masalah-masalah yang timbul dari aliran-aliran Islam di era klasik, bisa jadi sumbernya  dari kekacauan cara berpikir dan nalar yang tidak logis dan tidak sistematis; tidak holistik alias  parsialis, atau mengabaikan proses alamiah dan ilmiahnya, atau tidak diuji secara metodologisnya oleh para ahli zamannya,  dan suka menyederhanakan pendekatan atau mengebiri akal sehat, tidak mempertimbangkan opini-opini umum, tidak berusaha menguji validitas tafsirannya dengan tafsiran yang lain, sekaligus mengabaikan standar-standar baku dari pada pakarnya 

Mengkaji tafsir ayat al-quran rasanya tak akan pernah lekang oleh zaman—sebab setiap orang yang beriman selalu membutuhkan pencerahan-pencerahan al-Quran—dan rasanya tidaklah salah bahwa salah satu mukjizat al-quran adalah petunjuk spiritualnya (hûdan) yang akan membuat takjub siapapun yang mencoba menghampirinya. 

Dari sisi lain al-Quran juga bisa menjadi sumber polemik dari yang lembut hingga yang kasar dan bahkan menjadi justifikasi untuk tindakan-tindakan yang justeru bertentangan  dengan semangat al-Quran sendiri. Tetapi ini bukan kesalahan al-Quran. Menurut Mulla Sadra, manusia lah yang menjadikan teks al-Quran itu cahaya yang menyinari hatinya ataukah ia membelenggu dirinya, menghijab dirinya dari cahaya al-Quran. Karena itu,  tidak semua tafsiran atas al-Quran bisa dibenarkan. Kita harus mendudukan hirarki tafsiran—secara proporsional—dari yang termulia sampai yang terburuk dan terjahat dari al-Quran.

Analisis atas pelbagai kecenderungan  studi al-Quran digagas secara sistematis oleh Ignaz Goldhiher. Dalam magnum opusnya  tentang madzab-mazhab  tafsir. Ia membagi studi tafsir dari era klasik hingga modern menjadi studi al-Quran tradisionalis, studi al-Quran dogmatik, mistik, sektarian dan modern

Al-Quran menurut para arif 

al-Quran secara literal artinya himpunan, kumpulan, koleksi. Sinonim al-Quran adalah al-Furqan yang artinya  memecahmecah, memisah-misah, merinci. Allah swt berfirman : Innâ alaynâ jam’ahu wa quranâhu, faidza qaranâ fattabi quranahu, tsumma alaynâ bayanahu. Sesungguhnya kami yang menghimpun alquran dan pabila kami bacakan al-Quran maka ikuti bacaanya dan sesungguhnya kami yang akan menjelaskannya.

Himpunan itu adalah ilmu ijmali, akal basith,  dan furqan adalah ilmu nafsani yang terperinci. Rasulullah dalam  al-Quran menyatakan :  “utîtu jawâmi’ al-Quran” (aku dikaruniai al-Quran yang sangat lengkap). al-Quran yang ada di tangan kita atau mushaf ini adalah al-Quran sekaligus juga  al-Furqan. al-Quran itu adalah entitas yang sangat agung sebab datang dari Tuhan, kemudian diturunkan pada Muhammad dan kemudian diturunkan lagi kepada yang lebih rendah lagi yaitu umatnya. 

Al-quran sekalipun sesuatu yang sangat tak terkatakan ketinggian martabatnya tapi dipersembahkan apa adanya; dibungkus dengan tirai-tirai material huruf agar bisa difahami oleh makhluknya ini lutf Allah swt kepada hamba-hamba-Nya. Ibarat intan yang mulia yang tidak bisa disentuh oleh tangan-tangan kotor, karena itu dibungkus dengan kain agar siapa saja bisa menggenggamnya dan merasakan nilainya,  Di dalam surat al-Anfal ayat 23, Allah swt berfirman, “Seandainya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, pasti Allah akan membuatnya mereka mau menyimaknya.” 

Maksudnya bahwa menyimak al-Quran menuntut kualitas diri yang mulia, supaya Allah berkenan membukakan pintu hatinya. Jika tidak ada kualitas diri seperti itu, maka Allah tidak akan berkenan membukakan mata hatinya.

Al-Quran itu diselimuti oleh berbagai hijab, ribuan hijab agar bisa dicerna oleh yang lemah akalnya, sebab yang terlalu benderang akan  menyilaukan mata yang lemah, sepertinya halnya kelelawar yang tidak kuat dengan cahaya matahari, karena itu mereka tidak suka berkeliaran di siang hari. Agar si lemah dapat menikmati cahaya al-Quran,  cahaya itu tidak dilemahkan intensitasnya tapi cahaya itu tapi dibungkus dengan ribuan pembungkus (hijab),  al-Quran itu satu hakikat tapi memiliki martabat-martabat dalam penurunnya dan memiliki ragam nama sesuai  ragam lokus.  Al-Quran yang ada di tangan kita adalah Kalamullah dan Kitabullah sekaligus. Sebagai kalamullah ia adalah cahaya maknawiyah. yang diturunkan kepada hati-hati para kekasih-Nya. Al-Quran mengisyaratkan “Walakin ja’anlahu nûran nahdî bihi man nasyâ min ‘ibâdina.  wa bil haqi anzalnâhu wa bilhaqi nazala. Akan tetapi kami jadikan (al-Quran) sebagai cahaya yang dengannnya Kami beri petunjuk siapa saja yang kami hendaki.

Mulla Sadra membedakan antara kalamullah atau wahyu dengan kitabullah. Pertama al-Quran secara hakikat diturunkan kepada Muhammad—wa bil haq anzalnâ,  dan hakikat (al-Quran) kami turunkan (kepada  Muhammad)—ini menegaskan bahwa sesungguhnya dalam tingkatan yang paling tinggi Muhammad telah menerima keseluruhan al-Quran dan sekaligus hakikatnya. Namun dalam tingkatan untuk umatnya beliau harus menyampaikannya  disesuaikan dengan situasi dan kondisi.   

Mulla Shadra mengatakan bahwa Al-quran memiliki derajat-derajat dan manzilah-manzilah seperti layaknya manusia juga memiliki derajat-derajat. Derajat yang paling bawah dari al-Quran adalah seperti derajat yang paling bawah dari manusia. Derajat yang paling bawah dari al-Quran yaitu (nushaf) yang ada di antara dua jilid dan demikian juga derajat yang paling bawah dari manusia adalah apa yang ada di kulitnya. Dan bagi setiap derajat ada para pemikul  (hamalah) yang selalu menjaganya dan mencatatkannya—yang tidak akan disentuh kecuali setelah membersihkan diri dari kotoran (hadats) atau kebaharuan (huduts) atau setelah menyucikan diri dari belenggu-belenggu tempat dan status imkan (possibility states). Manusia yang terbelenggu dengan lahiriyah (literalis) hanya akan  mengapresiasi  kulit teks-teks al Quran. Sementara yang dapat menangkap ruh al-Quran hanyalah ulul albab ( orang-orang yang tercerahkan hati dan pikirannya _penulis). 

Di dalam surat al-Hasyr, Allah Swt berfirman, “Seandainya al Quran itu kami turunkan di atas gunung maka gunung itu akan hancur karena takut kepada Allah swt.” Ayat seperti ini tidak mendapatkan refleksi yang mendalam dari sebagian kalangan kaum muslimin. Sebagian orang hanya mengukur kemuliaan, kehormawan dari penampilan-penampilan lahiriyah dengan tanpa memperhatikan kualitas-kualitas batinnya. Cara pandang seperti itu telah menjerumuskan seseorang pada  pandangan dunia positifisme yang menjadi kaki tangan materialisme.

Mengkaji tafsir ayat al-Quran, rasanya tak akan pernah lekang oleh zaman—sebab setiap orang yang beriman selalu membutuhkan pencerahan-pencerahan al-Quran—dan rasanya tidaklah salah bahwa al-Quran adalah mukjizat abadi dan terbesar dari mukjizatmukjizat yang lain. Salah satu mukjizat itu adalah kekuatan petunjuk spiritualnya (hûdan).

Setiap orang membutuhkan petunjuk al-Quran,  namun jarang sekali yang berjalan melalui proses yang alamiah dan ilmiah. al-Quran mengatakan hal yastawiladzina ya’lamu walladzian la ya’lamuna? Apakah sama orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui?  Di sini perlu mendapatkan perhatian penuh bahwa memilih  jenis tafsir bukanlah karena suka atau tidak suka yang kadang-kadang membelenggu seorang penafsir atau orang  yang belajar tentang tafsir—tapi harus karena cahaya ilmu. 

Memilih tafsir isyari bukanlah karena pergeseran paradima dari literalis (zahiri) menjadi esoteris (maknawi) atau dari esoteris menjadi tafsiran eksoteris dan esoteris (tafsir zahir wal batin) namun lantaran ilmu. Bahwa dalam islam pengetahuan tidak hanya terbatas pada yang lahiriyah namun juga batiniyah , intuitif, mental, cognitif, dan lebih jauh lagi adalah kasyaf. Pengetahuan tidak hanya didapat lewat penyimpulan nalar tapi juga lewat pengalaman dan juga lewat pembersihan diri (tazkiyatun nafs). Seperti yang dicontohkan oleh Imam Shadiq as yang dilukiskan oleh Imam Malik bahwa imam Shadiq selalu dalam tiga kondisi ; sedang menunaikan salat, sedang berpuasa, atau sedang membaca al-Quran, dan tidak pernah menyebutkan nama Rasulullah tanpa dalam keadaan berwudu.

Keistimewaan Tafsir Isyârî 

Kehidupan ini sangat ditentukan oleh apa yang tidak tampak, yaitu perasaan, emosi, iman, sesuatu yang sangat tidak tersentuh oleh indrawi, dan sesuatu yang tidak bisa dilacak oleh alat-alat fisik. Yang sangat halus dan lembut justeru memiliki efek yang sangat dahsyat. Adalah sangat mustahil al-Quran tidak menghargai pengetahuan-pengetahuan batin yang diperoleh oleh seseorang yang selama hidupnya beribadah dengan  ikhlas kepada Allah swt. Pengetahuan yang bersifat batin, ilhami, intuitif, contemplatif memiliki tingkatan-tingkatan antara satu dengan yang lain, Jika al-Quran hanya sekedar himpunan kata-kata yang kering dan tidak mengandung makna-makna batin maka tidak mungkin melahirkan inspirasi-inspirasi spiritual. Sayid Qutub  misalnya sekalipun dikenal sebagai pembela  kelompok literalis—pernah mengatakan bahwa kebahagiaan spiritual  dan ilham sebagai sesuatu yang sangat menentukan bagi kehidupan bagi setiap orang.

Menurut saya pandangan yang parsial tentang al-Quran itu beranjak dari sikap yang tidak adil terhadap ayat-ayat lain. Mereka tidak memiliki pengetahuan atau tidak membaca ayat-ayat lain yang secara diametrikal berbeda  dan yang ketiga ini adalah penyakitnya para ulama yaitu kurang analisa yang tajam;  sesuatu sikap yang tidak terpuji. Al-quran mengatakan bahwa hanya orang-orang yang serius, giat  mengasah pikikran dan menganalisa dengan tajam yang akan memperoleh wawasan yang maksimal (insight).Dengan demikian  perintah untuk tafakur dan berpikir bukanlah sekedar berpikir saja tapi memang benar-benar berpikir dan mengerahkan seluruh waktu, tenaga dan analisa dengan data-data yang lebih lengkap untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih matang. 

Tafsir isyari memberikan makna yang dalam atau hakikat dari setiap simbol. Dalam ayat terakhir surah al-Fatihah, misalnya kita diingatkan bahwa kata maghdubi ‘alayhim yang biasanya untuk menunjukkan kelompok Yahudi dan Nasrani—ternyata juga bisa menampar wajah orang-orang muslim. Ibnu Arabi dalam tafsirnya mengatakan yang bahwa yang dimaksud dengan kata maghdubi alayhim  adalah mereka yang terhijab oleh hijab materi, hijab inderawi (hijab jasmani)  dan hijab dzawq hissi sehingga tidak bisa merasakan karunia kalbu, karunia akal. Dan itu mirip dengan orang-orang Yahudi sebab justifikasi mereka tentang hal-hal yang eksoteris. Dengan demikian, jika orang-orang muslim juga terbelenggu oleh materi, jasmani dan sensual (hissi)  sehingga sulit mendapatkan karunia-karunia spiritual, mereka juga adalah bukti konkret (misdhaq) dari frase ayat  maghdûbi alayhim. 

Dengan bantuan tafsir-tafsir esoteris, bisa diakses makna-makna yang lebih mendalam, komprehensif—yang sering hilang dalam tafsiran-tafsiran teologis dan jurisprudensi atau sektarian, apalagi tafsiran politis fundamentalis. Tafsir isyari juga adalah bentuk apresiasi atas amal atas akhlak sebab makna-makna itu ditemukan oleh orang-orang suci dan yang ingin membersihkan dirinya. Dengan kata lain, lewat tafsir isyari, kita menemukan epistemologi tak terbatas dari pengalaman keberagamaan (religious experience) yang sangat tak terbatas. Dan untuk menyerap Yang Tak terbatas, tentu memerlukan tafsiran-tafsiran yang tak membatasi potensi manusia dalam dimensi tertentu. 

Dari sisi lain, terlalu melompat pada tafsiran isyari juga kadang-kadang jika belum waktunya yang pas, dikhawatirkan akan kurang mengapresisi kekayaan tafsir-tafsir yang lain seperti :  tafsir bil matsûr, tafsir lughawi, dan tafsir-tafsir lain. Lebihlebih dengan tafsiran isyari kadang-kadang terasa hilang dimensi historis, ruang, waktu, konteks dan teks. Saat kita membaca surah Yusuf misalnya  kita bisa menghirup dimensi korporeal; sejarah, perjuangan dan penderitaan seorang anak muda yang dizalimi,dan difitnah, Demikian juga dengan sejarah dakwah Nabiyullah Musa as, kita bisa merasakan degup keberanian dalam melawan tiran yang sangat bengis di zamanya. 

Pada akhirnya, kita akan melihat bahwa setiap orang lebih suka dengan pilihan-pilihannya sendiri, Sebagian orang  lebih senang memilih ayat-ayat yang sesuai dengan selera hati dan pikiran mereka sambil mengabaikan ayat-ayat lain. Mulla Sadra menyatakan  bahwa ketika pendapat telah menjadi keyakinan akhirnya akan terbelenggu dengan pendapatnya dan jika pendapatnya kesesatan maka akan keyakinannya menjadi kegelapan yang nyata. 

Aktifitas membaca atau menafsirkan al-quran adalah penyatuan antara wujud yang lemah dengan Sang Wujud Yang Maha Mulia. Jadi secara ontologis tafsir adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas wujud, sebab kuantias dan kualitas ilmu akan meningkatan intensitas wujud. Seperti yang disinggung di atas, bahwa secara epistemologis tafsir isyari adalah suatu bentuk apresiasi atas pencarian ilmu lewat penyucian diri. Salah satu upaya penyucian diri adalah dengan melawan dorongan-dorongan rendah dari jiwa, yaitu nafsu.  dalam hadis dikatakan : “Sesungguhnya Allah swt mencintai sang pemberani, yaitu yang berani membunuh hayat (ular) dan tidak ada hayat (ular) yang lebih mengerikan dari nafsumu; taklukanlah dan selamatkan dirimu dari racunnya yaitu akidah yang batil, pendapat yang kotor, dan pengaruh-pengaruhnya.”

Tafsir Isyâri (tafsir esoteris) Ibnu Arabi dan Mulla Sadra

Menghadirkan gagasan Ibnu Arabi dan Mulla Sadra dalam konteks ayat-ayat al-Quran merupakan kajian baru dan menarik karena sementara ini, tafsir esoteris keduanya  masih jarang diapresiasi. Sebagian besar apreasisi para peneliti masih sering dipusatkan pada studi-studi doktrin-doktrin metafisik atau teologi. Padahal jika dilihat dari kualitas dan kuantitas, tafsir mereka berdua didasarkan pada sebuah teori yang utuh dan kuat dan memiliki basis dari sumber-sumber ajaran Islam. Yang kedua juga dari kekayaan literatur dan kemudahan mendapatkan kitab-kitab mereka. Mulla Sadra misalnya, memiliki kajian tersendiri dalam kitab sepert "  Tafsīr al Qur'ān al- Karīm "  yang  menjadi pengantar untuk memahami sisi batin al-Quran dan irfannya, demikian juga dengan delapan jilid tafsir filosofis dan irfannya dan beberapa kitab kecil tentang rahasia ayat-ayat dan kritikan untuk pseudo-sufism. Sementara Ibn  Arabi sendiri memiliki kitab-kitab yang dipenuhi dengan tafsir-tafsir alQuran, Kitab Futuhat al-Makiyyah misalnya sebetulnya adalah sebuah kitab tentang tafsir al-Quran dan kitab-kitab lain yang terselamatkan.    

Tafsir Mulla Sadra adalah perpanjangan dari filsafat hikmah muta’aliyahnya, demikian juga tafsir yang dinisbatkan kepada Ibnu Arabi  adalah wadah bagi teori-teori utamanya. Menurut Dr. Sulayman Atasy, puncak zaman keemasan tafsir isyari terjadi di era Ibnu Arabi,banyak para penafsir besar lahir dari haribaan pengaruh ibnu Arabi seperti Kâsyânî, Simnânî dan setelah itu tafsir  isyari  kehilangan orisinalitasnya. Tasawuf setelah itu kembali lagi sibuk hanya seputar salat dan wirid-wirid, hikmah filosofisnya semakin menyusut. 

Tapi sebelum itu ada beberapa pembahasan yang akan kita lalui pertama  pengetahuan kasyaf secara epistemologis dan kedua alQuran di mata kaum arif.  

Ayat-ayat al-Quran tentang pengetahuan batin (ladunî, irfan, tashawuf, mistikism) 

Allah swt berfirman  wa man yutal hikmah faqad ûtiya khayran katsîran (sesiapa yang dikarunia hikmah sesungguhnya telah dikaruniai kebaikan yang sangat melimpah).  Ayat ini dengan tegas menunjukan bahwa Al-quran memberikan nilai yang positif kepada ilmu-ilmu yang tidak tersirat di dalam al-Quran seperti hikmah atau dalam bahasa sekarang falsafah.  Atau ayat yang memberikan pujian kepada ûlul albâb:  alladzina yadzkurûnallah qiyâman wa quû’dan  wa ‘a’lâ junûbihim wayatafakarûna fikhalqi samâwâti wal ardhi. Ayat yang sangat populer ini mengajak orang-orang islam untuk melakukan refleksi dan mengambil hikmah dari apa saja dan bukan hanya teks-teks yang tersurat. Termasuk diantaranya  menurut saya adalah merenungkan kata-kata dari para kekasihkekasih Allah (wali-wali Allah) 

wa fil ardhi ayâtun lil muqinîna wa fi anfusikum afalâ tubshirûn.  (Di bumi  terdapat ayat-ayat untuk orang-orang yang memiliki keyakinan dan apakah mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri). Menurut ayat ini, orang-orang yang memiki iman yang sangat kuat memiliki kemampuan untuk mendapatkan tandatanda kebenaran di dunia ini. Artinya dengan kualitas seperti itu akan meraih ilmu dari alam semesta ini. Keyakinan dan kekuatan imanlah yang ikut mencerdaskan mereka. Setelah itu Allah swt juga menyuruh manusia untuk melakukan perenungan atas diri mereka sendiri. Artinya di dalam jiwa,  ada pengetahuan yang diraih. Ilmu pengetahuan tidak hanya dicapai dari luar tetapi juga bisa diraih dari dalam diri. Jiwa mengandung sesuatu yang luarbiasa. Melihat ke dalam adalah jalan pengetahuan yang paling awal dan sekaligus juga paling meyakinkan. Ayat lain mengatakan, Kami akan memperlihatkan ayat-ayat kami di afaq dan di dalam diri-diri kalian sehingga jelaskan kebenaran bagi kalian. Ayat ini dengan tegas sekali menunjukan bahwa kebenaran itu bisa ditemukan di dalam pengalaman kesucian (spiritual experience). 

Hadis-Hadis tentang pengetahuan batin

Disini saya sengaja tidak membeda-bedakan hadis sunni atau hadis syiah.  Saya lebih suka melihat bahwa syiah adalah sisi yang tak terlihat atau yang hilang dari mazhab Sunni  dan Sunni adalah sisi yang terabaikan dari mahab Syiah. Keduanya sekalipun memiliki perbedaan tapi merupakan kesatuan dari perspektif yang berbeda. Perbedaan itu tergantung sudut pandang yang melihatnya. Apapun bisa menjadi beda untuk sesuatu yang sebetulnya sama, jika yang dilihat adalah aspek perbedaannya. Sebagian orang yang suka melihat perbedaan dan tidak bisa melihat kesatuan tentu akan mengabaikan banyaknya kesamaan dari dua mazhab besar ini.

 1. Imam Shadiq as berkata, “Al-Quran itu memiliki aspek lahiriyah dan memiliki aspek batin. Aspek lahirnya mengandung hukum tertentu dan aspek batinnya juga mengandung hukum tertentu. Ilmu pengetahuan tentang aspek lahiriyah sangat elok sementara pengetahuan tentang aspek batinnya sangat mendalam.”

2. Rasululullah saw berkata, “Kiblatku antara masyriq dan magrib.”  hadis ini menurut Sayid Haidar Amuli menjadi dalil bahwa Rasulullah menguasai semua level. Sebab yang dimaksud dengan masyriq adalah  kiblat nabi Isa as dan magrib adalah kiblat nabi Musa as. dan ini adalah level yang paling agung sebab menghimpuan esoterik dan eksoterik. dan ini sesuai dengan ayat :  wa ja’alnâ kum ummatan wasathan litakûnû syuhadâ ‘ala nas (aku jadikan kalian  sebagai umat washatan (umat yang menggabungkan antara eksoterik dan esoterik)

3. Ali bin Abi Thalib as berkata, -Asy-syari’atu nahrun,wal haqîqat bahrun, wa al-fuqahâ hawla nahrun yathûfûna wal hukamâ fil bahri yaghûshûna (Syariat itu adalah sungai dan haqiqat itu samudera. Para fukaha berdiri di tepi sungai sementara para ahli hikmah berenang di dalam samudera.’Aku adalah al-Quran yang berbicara dan aku adalah al-quran yang lengkap karena menghimpun dua maqam yaitu lahir dan batin.

4. Abu  Hurairah meriwayatkan bahwa Rasululah saw berkata, “Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit tertawa dan sering menangis   dan kalian akan keluar ke tempat-tempat yang ‘sepi’ (- teks asli arabnya -lakharajtum ilâ shu’udât) dan tidak akan bisa tidur dengan tenang.” Hadis ini dimuat di kitab shahih Bukhari, Muslim dan juga Nasâi tetapi hanya sampai redaksi kalian akan sering menangis. Menurut hadis ini bahwa ada hal-hal yang tidak diketahui oleh para sahabat dan hanya diketahui oleh Rasululah saja; sesuatu yang sangat menggugah  emosi dan spiritual—tentunya adalah seuatu yang sangat agung dan tinggi dan itu adalah pengetahuan tentang hakikat dari segala hakikat.

5. Masih dari Abu  Hurairah  (inna min al-‘ilmi ka hayati maknûn lâ ya’lamu ha illâ  al’ulamâu billah fa idzâ nathaqû bih lâ yunkiruhu illâ ahlu ghurrati billah aaza wajalla), dikatakan “Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yang seperti permata tersembunyi di dalam tiram, yang hanya diketahui oleh para ulama lillah dan tidak akan mengingkari pengetahuan itu kecuali orang-orang tertipu di hadapan Allah swt.” Pengarang Qut al-Qulûb mentakhrij hadis dari Ibnu Mas’ûd yang menyatakan, “ Sesungguhnya al-Quran itu  memiliki makna lahir dan memiliki makna batin, memiliki had dan mathla”.

6. Abu Nua’im dalam kitab Hilyatul Awliyâ menukil hadis dari Ibn Mas’ud,  “Sesungguhnya al-Quran itu  diturunkan dengan tujuh huruf dan setiap huruf itu mengandung makna lahir dan makna batin dan sesungguhnya Ali bin  Abi Thalib menguasai ilmu lahir dan ilmu batin.” 

7. Di dalam surat al-An’am, “Allah swt menjelaskan bahwa mereka yang akan menerima islam adalah orang-orang yang memiliki hati yang lapang (syarh shadr). Rasulullah ditanya, bagaimana seseorang bisa memiliki hati yang lapang (syarh shadr)? Rasululah menjawab, “Ada cahaya yang menyinari dadanya sehingga menjadi luas dan lapang.”

8. Dalam Kitab Bukhari, bab ilmu, diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia pernah berkata, “Aku mengingat hadis-hadis dari  Rasulullah sebanyak dua wadah besar. Satu wadah  aku sampaikan dan satu wadah lagi kalau aku sampaikan maka tenggorakanku pasti dipotong.”

Namun  kita juga jangan tergesa-gesa menyimpulkan mereka yang menolak tafsir isyari tidak merujuk pada al-quran. Tampaknya pendapat apapun  di dalam Islam, dari yang ilmiah, dan tidak ilmiah, dari yang ekstrim atau yang moderat tidak pernah tidak meninggalkan al-Quran sebagai dasar rujukannnya. AlQuran mengatakan Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya (syâkilah) masing-masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (QS al-Isra : 82-84). Fakhrurazi menafsirkan ayat di atas demikian : 

al-Quran dapat mendatangkan rahmat dan kesembuhan bagi sebagian orang, tetapi pada saat yang sama juga mendatangkan bencana, kerugian dan kehinaan bagi yang lain. Ayat seterusnya juga menegaskan bahwa setiap orang beramal sesuai dengan syâkilah (tabiat)-nya.  Maksudnya  al-Quran akan mendatangkan pengaruh yang baik seperti  pengetahuan dan kesempurnaan bagi mereka yang membersihkan dirinya tapi sebaliknya akan mendatangkan pengaruh  yang buruk, menghinakan bagi orang-orang yang memiliki jiwa yang kotor. Seumpama sinar matahari  matahari  yang sinarnya memiliki efek yang berbeda pada benda-benda yang berbeda-beda. Sinar matahari dapat membekukan garam, tapi juga bisa mencairkan minyak. Sinar itu juga bisa menghitamkan wajah tapi juga dapat memutihkan kain cucian. Artinya ini menunjukan variasi species jiwa. Ada  species jiwa yang cemerlang sekali sehingga layak menerima cahaya al-Quran, tapi ada juga species jiwa yang sangat gelap dan kotor sekali yang menjadikan al-quran sebagai sumber kesesatan. 

Kelompok yang menolak jenis tafsir isyari mengatakan bahwa yang memiliki otoritas menjelaskan ayat-ayat hanyalah Rasulullah dan para sahabatnya yang mendapatkan ilmu dari Rasulullah. Mereka berdalih, misalnya dengan surah an-Nahl ayat 44, Allah swt berfirman Kami turunkan padamu  ad-zikra (al-quran) untuk engkau menjelaskan kepada manusia apa yang telah kami turunkan padamu agar mereka berpikir).Jadi menurut mereka, Islam ini telah sempurna, semua hal yang fundamental telah dijelaskan oleh Rasulullah  mengapa harus merujuk pada klaim-klaim Ibn Arabi, dsb? Tapi ini dibantah oleh sebuah hadis. Siti Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah tidak menafsirkan seluruh ayat al-quran dari awal hingga akhir ayat. Aisyah mengatakan  Rasulullah tidak menafsirkan al-Quran kecuali yang diajarkan oleh Jibril kepadanya.


Contoh-contoh tafsir Isyari  

Imam Shadiq as pernah berkata, “Tidak ada satu pun masalah yang diperselisihkan dua orang kecuali pasti ada jawabannya di dalam al-Quran, hanya saja tidak semua orang bisa menggalinya. Imam Shadiq as menyatakan Allah bertajali kepada hamba-hambaNya lewat kalam-Nya tapi tidak terlihat.

1. Wahai orang-orang yang beriman penuhi janji kalian!. Menurut Ibn Arabi yang dimaksud dengan orang yang beriman, yaitu yang memiliki iman ilmi, sementara yang dimaksud memenuhi janji (awfu bil-‘uqud) yaitu janji ketegasan kalian di dalam suluk. Perbedaan antara ‘ahd dan ‘aqd, ‘ahd adalah mengesakan tuhan semenjak azali (tauhid fi al-‘ajal), sementara ‘aqd yaitu membulatkan tekad untuk menuju tuhan (suluk). 

2. Wa lâ tuhillu sya’arillah,  menurut Ibn Arabi maksudnya janganlah kalian lepaskan maqam-maqam dan ahwal-ahwal di dalam suluk seperti sabar, syukur, tawakal, ridha dsb. 

3. Janganlah kalian terpukau dengan aktifitas orang-orang kafir. Orang kafir di sini sebagai insan yang terhijab dari tauhid;  yaitu din al-haq dalam (urusan) maqamat dan ahwal.

4. Washiti memiliki pandangan bahwa kematian sejati itu pasti diinginkan oleh jiwa. Ia menafsirkan ayat maka,  bertaubatlah kepada tuhan kalian dan bunuhlah diri-diri kalian! (Qs al-Baqarah: 54). Taubat umat ini (umat Islam) lebih berat dari taubat bani Israil. Taubat bani Israil dengan cara membunuh jiwa-jiwa mereka sementara umat islam harus membunuh hakikatnya dan bukan hanya jiwanya.    

Sekalipun hadis-hadis itu menegaskan bahwa untuk setiap ayat ada makna batinnya disamping makna-makna  lahiriyah. Yang dimaksud dengan makna-makna lahiriyah adalah maknamakna yang difahami dari lafaz-lafaz ayat itu—tentu saja dengan bantuan analisis bahasa— atau juga makna-makna yang difahami lewat bantuan riwayat, sejarah —sementara yang dimaksud maknamakna batiniyah atau takwil—seperti yang telah disinggung di atas—adalah makna-makna yang dicerap oleh seorang arif atau makna yang dijelaskan oleh Rasulullah, para imam atau wali-wali yang suci di luar makna yang umum. 

Namun kemudian kita juga melihat bahwa di dalam tafsir-tafsir irfan tidak semua ayat itu ditafsirkan. Sebagian besar ayat-ayat yang dijelaskan makna-makna lahiriyahnya adalah ayat-ayat tertentu saja— dan teruma jenis ayat-ayat yang memang mengandung kiasan-kiasan, atau simbol-simbol seperti cahaya, pohon yang baik (syajarah thayyibah), ceruk, misykat, dan sebagainya.

Disini kita bisa melihat misalnya gambaran tentang surga yang menawarkan  kebahagian-kebahagiaan fisik seperti kebun-kebun yang mengalir di bawahnya sungai-sungai  (jannâtin tajrî min tahtihâ al-anhâr). Teks ayat ini menurut para arif hanyalah simbol untuk menarik hati orang-orang yang masih terhijab dalam fantasi fisik—sementara kebahagiaan yang sejati  adalah memiliki karakter spiritual— dalam hadis ditegaskan bahwa tidak ada kebahagiaan yang mengatasi kebahagiaan melihat  Allah Swt. 

Tafsiran-tafsiran  isyari itu menjadikan ayat-ayat hanyalah sebagai simbol (sandi) atau code kepada makna yang lebih dalam lagi. Misalnya ayat yang berbicara tentang pohon yang baik (syajarah thayyibah)—yang menurut ayat al-Quran akarnya menghunjam kuat ke dalam tanah (ashluha tsâbitun) dan rantingnya atau dahannya menjulang ke langit (far’uha fi as-samâ) yang memberikan buah-buah setiap saat (tuti ukulha kulla hîn)— Syaikh Jafar Subhani mewakili kaum theolog menafsirkan pohon yang baik dengan  keyakinan yang benar (aqidah shahihah), yang ciri-cirinya, keyakinan itu harus kuat menghunjam di dalam dada, namun juga keyakinan itu mendorongnya untuk selalu taqarrub kepada Allah dan di saat yang sama juga memberikan keberkatan kepada manusia yang lain. Ayat yang sama di atas, dimaknai untuk menunjukan keutamaan ahlubait nabi. Yang dimaksud dengan pohon, akar dan cabang adalah personifikasi dari manusia-manusia suci (ma’shum). Kedua tafsir itu tentu saja tidak bertentangan. Diktum mengatakan tafsir esoteris tidak boleh bertentangan dengan tafsir esoterik. Yang satu berbicara tentang tafsir dan yang kedua berbicara tentang takwil. 

Di dalam kitab-kitab tafsir syiah kita menemukan banyak sekali tafsiran atau takwil ayat-ayat itu untuk menunjukan keistimewaan imam-imam seperti di dalam ayat ‘amma yatasalun yang ditakwilkan untuk menunjukan pengangkatan imam Ali as menjadi  washy.  

5. Di dalam surah Saba, ayat 46 dikatakan, Qul innama ‘aiduum biwahidaitn an taqûmû lillah (katakanlah aku hanya menasehatimu dengan satu hal yaitu bangkitlah untuk Allah). Menurut penyusun Kitab Anîsul ‘Ârifîn—  yaitu kitab yang berisikan komentar Abd Razaq Kasyani atas kitab Manazil Sairin li-Khaja Abdulllah Anshârî—yang dimaksud dengan bangkit untuk Allah (awakening) adalah bangkit (awakening) dari tidur kelalaian ghaflah atau  dari perangkap kevakuman (wartah fatrah). Kebangkitan menuju Allah dalam terma sufi adalah yaqzah, Yaqzah merupakan maqam awal yang harus dimasuki oleh para salik yang ingin menuju Allah. Ayat ini menjadi memiliki makna yang agung dibandingkan  dengan tafsiran eksoterik yang biasa-biasa saja yang diberikan oleh tafsirtafsir kaum teolog. 

Salah satu hikmah dari makna-makna batin memang mengangkat  ayat-ayat makna-makna lahiriyah—ayat-ayat yang hanya bisa difahami oleh mereka yang terhijab hati mereka dari cahaya hakikat kasyaf—untuk mereka yang terbelenggu dengan kulit-kulit (literal) ayat-ayat al-Quran. 

Salah satu keindahan dari metoda tafsir isyari adalah penjelasan bahwa ayat-ayat itu selalu menyingkapkan sifat-sifat dan af ’al Ilahi. Jadi para arif selalu mencari kreasi dan sifat-sifat tuhan dari ayat ayat itu sementara kaum literalis hanya mencari nomos (hukum)nya.   Pemahaman atas hukum tanpa menghubungkan dengan sifat dan af ’al Ilahi mungkin akan menghasilkan pemahaman yang tidak lengkap. Sebenarnya sebagian para mufasir juga sudah menyebutkan tentang rahasia penyebutan sifat-sifat tuhan di setiap akhir ayat. Sifat-sifat tuhan itu menjadi clue atas makna yang sebenarnya dari ayat itu. 

Dengan demikian, ayat-ayat yang diakhiri dengan menyebutkan sifat-sifat Jamaliyah Tuhan, seperti Yang maha pengasih, Yang maha penyayang, atau maha santun (raûf) biasanya ayat-ayat  itu berbicara tentang hal-hal yang positif, dan jika diakhiri dengan sifat-sifat Jalaliyah-Nya, maka ayat itu berbicara tentang suatu dampratan untuk kaum atau untuk perbuatan tertentu. 

Sisi lain dari tafsir Isyari adalah kekayaan maknanya. Seorang arif mengatakan bahwa setiap huruf mengandung ribuan makna bahkan sampai enam puluh ribu makna. Bagi seorang arif, kata-kata, konsep adalah simbol dari sebuah makna yang ingin disampaikan oleh Zat Yang Maha Agung. Allah menggunakan bahasa sebab itu adalah media yang paling komunikatif bagi manusia. Tamtsil, metaforis, alegoris, semua itu adalah bahasa simbol. Kita belum bisa mengetahui apakah kecenderungan itu karena pesona ayat-ayat itu yang memiliki magnitude yang lebih dahsyat dari ayat-ayat lain ataukah karena kekayaan makna-makna ayat itu yang bisa mewadahi seluruh perspektif esoterik, ataukah kecenderungan para mufasir esoterik yang hanya memilih ayat-ayat tertentu saja.   

Semoga bermanfaat. 


Indramayu, 17 Desember 2020

Tips LEBUR KE DALAM DZIKIR :


By. Mang Anas

♤ Saat hati membunyikan dzikir maka leburkanlah rasa kita kedalamnya.

- Kosongkan pikiran, lalu 

- Deteksi bunyi lafadz dzikir hati anda, tetapi harap jangan berlama lama memfokuskan pikiran untuk mendengarkan bunyi dzikir itu dan jangan pula terpancing untuk membawa kesadaran pikiran kesana. Sebab itu akan bisa menyebabkan anda berhenti distasiun itu.

- Jangan pula anda biarkan rasa anda mencoba untuk menumpangi dzikir itu dan atau berusaha untuk menempal dan berjalan bersamanya, dan 

- Jangan pula kita biarkan diri kita terpancing atau terbius berlama lama dalam merasakan ledzatnya rasa dzikir yang masih dipermukaan itu, segera sadari bahwa itu sesungguhnya masih ada diwilayah kulit. Maka masuklah terus lalu meresaplah, masuk dan masuklah terus, meresap dan meresaplah terus dan teruslah basahi dzikirmu dengan seluruh rasamu sehingga antara dzikir dan rasa itu benar benar menyatu, sehingga keduanya benar benar jadi tunggal, tidak bisa lagi dipisah atau dibedakan. Di titik itulah nantinya anda akan bisa merasakan ketiadaan diri anda sendiri, dan yang akan tinggal hanyalah semata - mata kesadaran yang sudah manunggal dengan dzikir - dzikir anda. 

 

♤ Jika dengan penjelasan itu anda merasa belum juga paham maka cermati Tips berikut ini :

 " Yakni begitu anda menyadari adanya bunyi lafadz dzikir yang ada di hati anda maka segeralah leburkan rasa anda kedalamnya, leburkan, leburkanlah sepenuhnya.  Biarkanlah rasa kita itu melarutkan diri didalamnya sebagaimana larutnya gula atau garam kedalam air, atau seperti cairan sebuah warna yang menembus serat kain."

♤ Itulah sejatinya dari ungkapan " yang isi itu kosong dan yang kosong itu isi ", itulah sejatinya dzikir ruh dan yang sejatinya gerbang menuju Fana, Yaitu ketika rasa kita sudah betul betul bisa manunggal dengan dzikir - dzikir kita dan keduanya secara bersama  - sama telah tenggelam didalam wilayah alam bawah sadar kita.

---------------------- ♤♤♤♤♤♤♤ ---------------------

Catatan : 

Menempuh jalan meditasi dengan cara mengosongkan pikiran mungkin disana anda akan bisa mendapatkan ketenangan dan juga mungkin bisa mendapatkan rasa nyaman tetapi mungkin hanya dua itu saja yang bisa anda dapat. Akan tetapi jika anda menempuh jalan dzikir dan menggabungkannya dengan tehnik meditasi sekaligus maka anda akan mendapatkan bukan saja ketenangan dan puncak dari rasa nyaman itu tetapi juga mungkin anda akan mendapatkan pengajaran - pengajaran ilmu pengetahuan didalamnya, yang dihadirkan melalui petunjuk petunjuk ilham, sebab dengan menghadirkan Asma - asma Allah secara berkekalan didalam hati selama melakukan proses meditasi, maka itu sejatinya anda sedang menenggelamkan diri anda sendiri kedalam samudera ilmu - ilmu Allah dan mereguk pengetahuan dari- Nya. 

Dengan itu mudah - mudahan kita akan bisa secara terus menerus meningkatkan kapasitas diri kita, sehingga datang kehendak Allah Swt dan kita didudukan pada maqom hamba -hambanya yang diberkahi, yaitu menjadi sosok insan yang " Kamil Mutakamil ". Insya Allah.

Kamis, 17 Desember 2020

Mang Anas

Selasa, 15 Desember 2020

Peta Jalan Keselamatan Manusia, Pembahasan Makna Takwil atas Surat Al – Fatiha.


By. Mang Anas


------ ☆☆☆☆☆ ---------

Al-Quran 1:1

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

“ Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

♤   الحمد   adalah modal dasar atau anugerah terbesar yang  diberikan oleh Allah Swt kepada umat manusia. Di dalam kata  الحمد   itulah segala hal yang baik dan utama yang menjadi cerminan potensi bawaan diri manusia itu oleh Allah Swt kemudian dihimpun dan dianugerahkan, agar dengannya manusia dapat terus maju dan berkembang menuju kesempurnaan, yaitu menjadi sosok Insanul Kamil. 

Didalam nama   الحمد    ( Al Hamiid )  terhimpun nama nama-Nya yang lain yaitu : Allah Yang Maha Pengasih, Allah yang Maha Penyayang, Allah yang Maha Mendengar, Allah yang Maha Melihat, Allah yang Maha Pemberi Petunjuk, Allah yang Maha Pemberi Rejeki, Allah yang Maha Pemberi Kecukupan, Allah yang Maha Menguasai , Allah yang Maha Pewaris, Allah Yang Maha Bijaksana, Allah yang Maha Mengetahui, Allah yang Maha Meneliti, Allah yang Maha Mulia, Allah yang Maha Mengangkat Derajat, Allah yang Maha Pencipta, Allah yang Maha Menjaga dan  Allah yang Maha Memelihara. 

Semua apa yang ada dibalik sifat dan segala potensi yang ada dibalik dibalik nama – nama itu kemudian oleh Allah Swt dalam kadar tertentu dianugerahkannya kepada manusia. Maka dengan bekal kemampuan yang dianugerahkan  itulah  manusia itu ahirnya mampu menguasai bumi, ia menjadi pengatur dan pemelihara atasnya dan  segala jenis makhluk baik yang besar hingga yang kecil semuanya tunduk kepadanya. Itulah hakikat sebenarnya dari makna  الحمد   dan atas dasar itulah kita semua dituntut oleh Allah selaku Tuhan atas Semesta Alam agar senantiasa bersyukur dan mau mengingat segala kebaikannya.

" Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur " (QS. al- Mu‘min; 40/61)


-----   Penuntasan MASIH DALAM PROSES....



  



------ ☆☆☆☆☆ ---------

Al-Quran 1:2

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

“ Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”





------ ☆☆☆☆☆ ---------

Al-Quran 1:3

مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ

Yang menguasai di Hari Pembalasan.





------ ☆☆☆☆☆ ---------

Al-Quran 1:4

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“ Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”





------ ☆☆☆☆☆ ---------

Al-Quran 1:5

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

“ Tunjukilah kami jalan yang lurus, “






------ ☆☆☆☆☆ ---------

Al-Quran 1:6

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ 

“ (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; “






------ ☆☆☆☆☆ ---------

Al-Quran 1:7

غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

“ bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”


Sabtu, 28 November 2020

Hakekat Orang - orang Shaleh.

 By Mang Anas

♤ Orang - orang Shaleh = Hakekat mereka adalah Para penyanggah bumi, tulang pungguh kehidupan alam semesta. Hakekat mereka adalah simpul - simpul sistem dalam kehidupan alam semesta, tanpa mereka kehidupan dibumi ini akan hancur luluh dan akan dengan cepat menuju kemusnahan.

♤ Siapakah para Sholikhin itu = Hakikat dari Shalihin adalah para pecinta, para penyeru,  para penganjur , para pelaku dan para pemangku kebaikan yang didalam dirinya telah bersemayam Ruh Ar - Rahman.

Mereka itu terdiri dari para Amir / penguasa yang adil,  termasuk dalam kelompok ini juga adalah Para da'i yang ikhlas yang menyeru manusia untuk kembali ke jalan Tuhan,  para relawan, para pekerja yang beriman yang sabar yang ikhlas dan yang mencintai pekerjaannya, para pengusaha yang jujur yang adil yang peduli dan yang memperhatikan nasib para karyawannya,  para Aktivis Sosial kemasyarakatan, para aktivis lingkungan, para aktivis dibidang penegakan hukum dan HAM yang beriman yang ikhlas dan yang sejalan dengan ketentuan hukum yang digariskan oleh Allah Swt,  serta para pribadi atau kelompok yang peduli pada kehidupan orang banyak. Mereka inilah yang disebut sebagai Hamba hamba Allah yang shaleh, karena telah dituangkan kedalam dirinya Ruh Ar - Rahman. Manusia jenis ini disadari atau tidak, bila ia berbicara maka ia berbicara dengan substansi dari  kalamNya, iapun menghiasi dirinya  dengan sifat - sifatNya, ia memandang segala sesuatu dengan cara pandangNya,  dan bila mereka bergerak atau bertindak itupun atas dasar perintah dan kehendakNya semata. Itulah Auliya Allah dalam pengertian yang sebenarnya, hakekat mereka adalah para kekasih Allah dan para Khalifah yang dikuasakan untuk mengurus dan mewarisi Bumi.

Hakekat mereka ini sebenarnya  adalah merupakan perpaduan, yaitu perpaduan dari yang lahir dengan yang batin. Secara lahirnya mereka adalah sosok - sosok basyariyah, mereka manusia biasa dengan dengan darah dan daging, tetapi didalam batin- batin mereka ada sosok yang bekerja secara kasat mata, inilah yang disebut dengan rijalul ghaib, yakni sosok yang membimbing dan yang menggerakan manusia yang dhohiriyah tersebut. Itulah maksud makna dari tembung dalam firman Allah " Waddhohiru wal Batinu " ( yang dhohir dan yang batin ) dan " Wa kaana Allahu Saein Mukhit "  ( dan Allah Maha meliputi segala sesuatu ).

♤ Predikat Shalihin ini mengandung pengertian yang sangat luas, tercakup didalamnya para Nabi dan Para Rasul, para Sidhikin dan para Syuhada. Sekalipun dalam terminologi al Qur' an ( disuatu ayat ) predikat shalihin ini pernah disebut secara khusus ( dipisahkan dengan tiga predikat lainnya ). Hal itu tentu punya maksud lain, yaitu berupa pemisahan berdasarkan masing - masing fungsinya yang khusus. 

Sebagai penjelasan tambahan bahwa dibalik yang dhohir ada yang batin, dibalik yang umum terdapat yang khusus, dan dibalik yang mencakup ada yang dicakupi. Semua itu penjelasannya ada pada doa yang sering kita baca didalam shalat shalat kita , yaitu ucapan doa disaat kita duduk dan ber - Tasyahud, " - Assalamu Alaina -  wa'ala Ibadillahi Shalihin - ".

Ucapan " - Assalamu Alaina -" itu pada hakekatnya adalah doa untuk kesejahteraan lahiriyah kita dan adapun  ucapan " Wa'ala Ibadillahi Shalihin " , itu adalah suatu doa atau ucapan yang sebenarnya  ditujukan untuk menyempurnakan batin kita sendiri tetapi diutarakan dengan cara yang khusus yang rahasianya hanya bisa dibuka atau diketahui dengan jalan khasaf, yaitu berupa terjadinya efek timbal balik, dimana doa yang kita kirim kepada para Ibadillahi Sholihin atau para Auliya dan Rijalul Ghaib itu nantinya akan mereka balas,  mereka semua akan turut mendoakan kita. Itulah yang disebut dengan istilah " Berkah ". Dengan adanya berkah ini maka cahaya rohani kita akan terus berbinar sehingga nantinya akan bisa terbang ke alam yang lebih tinggi, yakni negeri qurbah atau alam kedekatan dengan Al Haq.

Tafsir atas Surat An-Nahl 16: ayat 125

Inspirasi dari kisah Nuh AS dalam kitab Fusus Al - Hikam,

Ibnu Arabi.

By Mang Anas


Tafsir atas Surat An-Nahl 16: ayat 125

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ 

" Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk ".


a. Tafsir atas penggalan Ayat " " Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik "


♤ Bil Hikmah = Tafsir dari kata " Bil Hikmah " ini jika  dipahami secara hakekat ini mengandung perintah dan anjuran bahwa sebelum kita melakukan aktivitas dakwah atau memberikan seruan kepada orang atau sekelompok orang hendaklah terlebih dahulu kita memahami, memotret dan memetakan kondisi orang - per orang yg hendak kita beri seruan tersebut , mulai dari latarbelakang kehidupannya, cara pandangnya terhadap sesuatu, kecendrungan atau orientasi kehidupannya, masalah masalah yang dihadapinya dan sebagainya,  baru setelah semua itu dilakukan maka kita menyampaiakan pesan pesan kita  kepada mereka atau kita berbuat sesuatu untuk mereka tetapi dengan tetap berpijak diatas landasan riset dan temuan fakta - fakta itu, selanjutnya kita baru coba penuhi apa saja yang menjadi kebutuhannya baik berupa kebutuhannya yang lahir maupun yang batin ( ini yang disebut dengan batinnya dakwah, yaitu memahami kondisi kebatinan orang yang hendak kita seru / disebut juga dengan istilah seruan dimalam hari, lihat kisah Nuh AS dalam al Quran ), Tahapan penyusunan Strategi dan Doa.


♤ Wa mau' idhotil hasanah = Selanjutnya sampaikanlah materi pesan dakwah itu sesuai dengan takaran akal penerimannya dan dalam bahasa yang mereka pahami serta dengan cara dan tutur kata yang lembut dan dengan kalimat kalimat yang menyentuh hati. Tetapi esensi maknanya tetap jelas bahwa pesan itu disampaikan semata untuk kebaikan, keselamatan dan kesejahteraan lahir dan batin mereka sendiri. Pesan itupun harus dibungkus, dikemas dan dilabeli dengan semangat Rahmatal lil'alamin dan jangan dikotori dengan nafsu mengislamkan orang, membangga - banggakan  prestasi dan hasil kerja dakwahnya kepada manusia.


♤ Wa jadilhum billati hia akhsan =  Ini dilakukan hanya kepada audien yang cukup terpelajar, audien - audien yang cerdas/pintar tetapi pemahaman ilmunya belum sampai menyantuh tataran hakekat. Mereka belum bisa menangkap sinyal -  sinyal ketuhanan baik dalam tanda - tandanya yang dhohir ( Wujud - wujud Tuhan yang dhohir barupa wujud wujud ciptaan yang ada dilangit dan bumi ) maupun yang batin ( tanda yang tersembunyi yang hanya bisa disibak dengan jalan kasyaf ). 

♤ Untuk dua yang terahir ini dalam kisah Nuh AS ini disebut Seruan disiang Hari, dakwah ditataran dhohir, seruan diwilayah akal dan logika , tahapan bimbingan dan implementasi / pendampingan.



b. Tafsir atas penggalan Ayat " Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk "


Rujuka tafsir atau penjelasan atas ayat ini adalah peristiwa yang pernah menimpa Rasulallah ketika beliau mendakwahkan Islam dihadapan penduduk Thaif. 

Ada banyak rahasia Allah yang saat itu ditutup atau disamarkan dan baru kemudian terkuak hikmahnya beberapa tahun kamudian, yakni kala penduduk Thaif juga ahirnya beriman dan berbondong - bondong menerima Islam. Dimana dengan Islamnya penduduk Thaif yang rata rata merupakan suku arab yang berwatak berani, liar dan bertubuh kuat, dakwah islam itu ahirnya berkembang begitu pesat, sebab bangsa Thiaf adalah rata - rata prajurit yang berani, mereka kuat dimedan laga serta saat menemui kesulitan merekapun tidak gampang berputus asa.

Itulah penjelasan dari tembung firman Allah diatas, bahwa " Dia lebih mengetahui siapa yang bakal disesatkan dan juga mengetahui siapa yang bakal diberiNya petunjuk ". Ayat ini mengingatkan kita semua agar saat mimilih sasaran dakwah janganlah didasarkan pada praduga semata, apalagi punya praduga jelek dan belum apa -apa kita sudah menjustifikasi bahwa orang tersebut tidak mungkin beriman atau mereka tidak mungkin bisa bertobat. Pelajaran yang dapat dipetik dari penggalan ayat ini adalah, bahwa Allah itu memiliki rahasia masa lalu, masa kini dan masa depan hamba - hambanya. Ia sengaja menyembunyikan sesuatu itu dari kita dan itu semata - mata untuk menguji, apakah dalam situasi ketidakpastian dakwah itu, saat menghadapi sesuatu yang hasilnya sulit ditebak ( bil ghaibi ) kita ini tetap memiliki tekad , tetap ulet, tetap sabar, tetap kuat dan tetap berani ( yu'minuna ) atau malah sebaliknya  kita ini malah mundur dan putus asa ( khusrin ).

Peristiwa Thaif itu bila dipandang secara kasat mata ( menurut pandangan awam ) itu merupakan batu ujian yang sengaja diberikan oleh Allah Swt kepada Rasulnya, yakni Nabi Muhammad SAW untuk menjajagi seberapa tebal tekad beliau, kesabaran dan juga keberaniannya dalam mendakwahkan pesan pesan ilahi yang diembannya. 

Tetapi para ahli hakikat akan memandang peristiwa itu dari sisi batinnya, yakni rahasia Allah yang ada dan yang tersembunyi dibalik peristiwa itu.

Mereka akan memandang peristiwa itu semata ditujukan sebagai ibrah, yakni ibrah dari Allah Swt melalui lakon yang difigurkan oleh RasulNya agar umatnya juga mencontoh caranya, yakni cara Rasulallah SAW dalam mengembangkan dakwah.


                          Indramayu, 28 Nopember 2020

Kamis, 26 November 2020

Tafsir Isyari Surat Ad - Dukhan Ayat 1 sd 8

By Mang Anas

Tafsir Isyari :

------  ☆☆☆  --------

 QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 1

حمٓ

"Ha Mim"

Huruf  “ ح “  memiliki makna  حمد atau Muhammad, pada ayat ini  huruf  ح   menjadi huruf pertama dari kata   حم dan juga menjadi huruf pertama dari kata   حمد

Adapun huruf  " م " merupakan kepanjangan dari kata  علم , yakni pengetahuan wahyu yang berupa Al Quran , disini huruf  م  merupakan huruf terahir dari kata  حم  dan juga menjadi  huruf terahir dari kata  علم .

Pemaknaan huruf  م  sebagai  علم  yang maksudnya adalah Al Qur’an itu penjelasannya kita dapati pada Surat Ar – Rahman berikut ini, 

(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 1)

الرَّحْمٰنُ

"(Allah) Yang Maha Pengasih,"

(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 2)

عَلَّمَ الْقُرْءَانَ

"Yang telah mengajarkan Al-Qur'an."

Jadi bila penjalasan diatas  kita runtut maka kata  حم    itu memiliki pengertian, Sungguh Muhammad itu adalah seorang utusan yang kepadanya Allah telah mengajarkan ilmu dan hikmah berupa Al Qur’an yang diwahyukan, yang diturunkan pada suatu malam yang diberkahi untuk memberikan peringatan kepada umat manusia.

Dengan demikian maka seluruh kandungan makna mulai dari  ayat 2 sampai dengan ayat 7 itu dapat diringkas dalam dua huruf saja yakni  huruf    ح  dan  م  

Itulah rahasia huruf  ح   dan  م    pada kata  حم    pada ayat pertama dari surat ini ( Surat Ad – Dukhan ), dan itulah rahasia maknanya termasuk rahasia peletakan huruf – hurufnya, kenapa huruf  ح  diletakan didepan sementara huruf   م  diletakan dibelakang.

Tentu saja penggunaan kombinasi huruf – huruf ini beserta peletakanya mengandung rahasia, dan penjelasan diatas  kiranya hanya mewakili sebagian dari sekian banyak penjelasan yang terkait dengan pemecahan rahasia kode – kode huruf  yang banyak terdapat dalam Al Qur’an. 

------- ☆☆☆ --------

QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 2 

وَالْكِتٰبِ الْمُبِينِ

"Demi Kitab (Al-Qur'an) yang jelas,"

♤ Kata " jelas " disini mengandung substasi makna Petunjuk, yakni hakekat Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia sebagaimana firman Allah dalam surat al - Baqarah : 185, 

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ 

" Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). "

Dengan adanya bimbingan wahyu yang menjadi petunjuk ini maka manusia akan dapat mengenali jalannya, yakni menemukan jalan pulangnya menuju Allah. Ia tidak tersesatkan oleh nafsu dan tidak pula akan jatuh dalam prangkap iblis yang akan membuatnya gagal untuk kembali sehingga tidak bisa menyatukan dirinya dengan Allah sebagaimana firmannya, 

إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ ٱلْمُسْتَقَرُّ

" Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. " ( Al-Quran 75:12 )


------ ☆☆☆ -----------

QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 3 

إِنَّآ أَنْزَلْنٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ  ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

"sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan."

♤ Penggunaan kata kami disini  mengandung pengertian bahwa Allah Swt menurunkan Al Qur’an itu tidak secara langsung melainkan melalui perantara Jibril sebagaimana Firmannya, 

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَآئِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِىَ بِإِذْنِهِۦ مَا يَشَآءُ  ۚ إِنَّهُۥ عَلِىٌّ حَكِيمٌ

"Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana." ( QS. Asy-Syura 42: Ayat 51 )

وَكَذٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا  ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِى مَا الْكِتٰبُ وَلَا الْإِيمٰنُ وَلٰكِنْ جَعَلْنٰهُ نُورًا نَّهْدِى بِهِۦ مَنْ نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا  ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِىٓ إِلٰى صِرٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) roh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus," (QS. Asy-Syura 42: Ayat 52)

Dan selanjutnya  melalui lisan Rasulallah lah Allah Swt memberikan peringatan kepada seluruh umat manusia. Adapun kata " malam " pada ayat itu bisa juga diartikan sebagai sesuatu yang ada dibalik dada, yang maksudnya adalah dasar hati yang paling dalam, paling rahasia dan yang paling sulit dijajagi, sebagaimana para penyair sering menggunakan kata malam sebagai kiasan untuk sesuatu yang tidak nampak atau untuk menggambarkan sesuatu obyek yang tersembunyi dan tidak dapat dilihat. Sehingga pemaknaan ayat itu bisa juga diartikan : 

" sesungguhnya Kami menurunkan wahyu al Qur'an itu kedalam dadanya, yang telah kami berkahi ".


----- ☆☆☆ --------

QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 4 

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

"Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh Hikmah,"

♤ Wahyu itu berikut penjelasannya sejatinya merupakan suatu pengajaran yang isi kandungannya sangatlah luas, sangat dasyat dan sangat dalam. Suatu pengetahuan yang tidak mungkin bisa ditampung oleh dada manusia biasa. Oleh karenanya maka pada malam yang penuh barokah itu Allah pun berkenan membukakan dada rasulallah SAW dan meluaskannya hingga melebihi luasnya langit dan bumi, sebab keagungan ilmu dan hikmah dari al - qur'an itu tidak mungkin bisa ditampungkan kedalam dada manusia, kecuali jika dada manusia itu luasnya telah melebihi langit dan bumi. Inilah makna rahasia dibalik penggunaan kalimat " penuh hikmah " pada ayat diatas. Setelah itu maka Allah pun kemudian memerintahkan Jibril untuk menjelaskan pengajaran hikmah itu setelah Jibril sebelumnya dibekali dengan Ilmu - Nya, sehingga rasulallah SAW pun ahirnya dapat memahaminya, sebagaimana firmannya dalam Surat Al - Qiyaamah 75 : ayat 16 - 19.

لَا تُحَرِّكْ بِهِۦ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِۦٓ

" Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. " ( Al-Quran 75:16 )

إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُۥ وَقُرْءَانَهُۥ

" Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya." ( Al-Quran 75:17 )


فَإِذَا قَرَأْنَٰهُ فَٱتَّبِعْ قُرْءَانَهُۥ

" Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu." ( Al-Quran 75:18 )

ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُۥ

" Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. "  ( Al-Quran 75:19 )

Yaitu berupa segala penjelasan yang menyangkut , 

-------- ☆☆☆ ---------

QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 5 

أَمْرًا مِّنْ عِنْدِنَآ  ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ

" urusan dari sisi Kami. Sungguh, Kamilah yang mengutus Rasul-rasul,"

♤ Kata " urusan dari kami " disini mengandung pengertian yang sangat penting dan serius, yaitu sehubungan amanat agung yang dulu pernah diberikan Allah Swt kepada manusia, yakni penugasannya sebagai khalifah dimuka bumi, padahal sebagaimana dikatakan oleh Allah Swt sendiri bahwa kondisi manusia itu sebenarnya " sungguh amat zalim dan amat bodoh, "  hal itu disinggung dalam firmannya dalam surat Al - Ahzaab 33 ayat 72 berikut ini, 

إِنَّا عَرَضْنَا ٱلْأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا ٱلْإِنسَٰنُ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

" Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, "

Oleh karenanya maka Allah pun kemudian  
secara silih berganti mengutus rasul rasulnya untuk memberikan pengajaran dan agar menjadi pendamping dan pembimbing bagi manusia, supaya manusia dari waktu ke waktu serta dari generasi ke genarasi senantiasa dapat meningkatkan kapasitas dirinya, baik dalam bentuk keimanan, kapasitas moral, penguasaan ilmu pengetahuan, peradaban, kepemimpinan dan kapasitas kemanusiaanya. Sehingga upayanya untuk mengatur, menjaga dan memakmurkan bumi ini dapat berjalan sebagaimana mestinya serta bersesuaian dengan kehendak Allah Swt.

♤ Dan pasca wafatnya Rasulallah SAW selaku penutup para nabi ( khotamul ambiyin ) maka kehadiran para pembimbing pun pasti akan terus berlanjut, hanya saja kali ini kapasitasnya bukan lagi sebagai seorang nabi dan rasul akan tetapi sebagai pewaris.  Dan kepada para pewaris itu nantinya Allah akan menganugerahkan ilmunya, yakni ilmu yang diberkahi berupa pengajaran huruf   حم  ini, mereka inilah orang - orang yang nantinya akan dipilih oleh Allah Swt untuk dianugerahi ilmu yang diilhamkan, yaitu berupa pengetahuan yang suci dan mendalam guna menafsirkan kembali substansi konteks dari ayat - ayat suci. Mereka itulah sejatinya para pewaris, yakni pewaris ilmu dari para nabi. Melalui merekalah nantinya penjabaran substansi makna, roh dan maksud dari kandungan ayat ayat suci al Quran ini akan terus menerus dikembangkan sesuai dengan pergesaran sudut pandang, alasan kebutuhan dan konteks jamannya. Disini al Qur'an tidak lagi dipandang sebagai sebuah teks yang mati tetapi ia adalah al Qur'an yang hidup,  yakni al - Qur'an yang sebagai Ruh ( Qs. Asy-Syura 42: Ayat 52)


--------☆☆☆ ------------

QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 6

رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ  ۚ إِنَّهُۥ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

"sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui,"

♤  Hikmah di wahyukannya Al Qur' an adalah Rahmat dari Tuhan Semesta alam kepada umat manusia. Adapun maksud dan pengertian dari kalimat " sungguh Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui " dalam ayat ini adalah bahwa ' Sungguh Allah Maha Mendengar jeritan fitrah - fitrah manusia dan mengetahui kecendrungannya ', yakni jeritanya untuk ingin kembali kepada Allah, deburan rasa rindunya, dan kecendrungan untuk bergantung dengan kuat kepada asmanya As Somad, maka Allah pun mendengar kerinduan mereka dan menyerunya untuk kembali, karenanya Allah Swt kemudian menurunkan wahyu - wahyu- Nya kepada para nabi dan rasul-Nya sebagai pemberi peringatan kepada umat manusia agar mereka dapat mengenali kembali fitrahnya. Sebagaimana firmannya, 

Al-Quran : Al -A' raaf 7:172

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ

" Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", yaitu :

------- ☆☆☆ -----------

QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 7 

رَبِّ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَآ  ۖ إِنْ كُنْتُمْ مُّوقِنِينَ

"Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; jika kamu orang-orang yang meyakini."

♤  Diserunya fitrah - fitrah manusia oleh Allah Swt agar mau kembali kepadaNya sebagaimana mana telah dijelaskan pada tafsir ayat 6 diatas,  adalah semata untuk mengingatkan manusia agar setiap diri mampu mengenali kembali asal usul keberadannya.

Adapun maksud dari kalimat " jika kamu orang-orang yang meyakini ", adalah meyakini akan adanya Tuhan yang Maha Pencipta dan yang Memelihara Langit dan Bumi serta meyakini bahwa , 

-------- ☆☆☆ -----------

QS. Ad-Dukhan 44: Ayat 8

لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْىِۦ وَيُمِيتُ ۖ رَبُّكُمْ وَرَبُّ ءَابَآئِكُمُ ٱلْأَوَّلِينَ

" Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu."

Sekian, semoga bermanfaat. 

Indramayu, 27 Nopember 2020

Mang Anas


Makna Tersirat Huruf Huruf

 Wedaran Makna Huruf Huruf 

      ت ط ب س ي ء  

By Mang Anas


A. Simbol Huruf - huruf Taroki.

1. Huruf ت  = Titik pertama dari huruf  ت adalah simbol kebumian ( Adam ) sementara titik yang kedua merupakan simbol Kelangitan ( Cahaya Allah Swt ) yang mengandung arti  " Man Arofa nafsahu faqod arofa robbahu ", barang siapa yang mengenali entitas dirinya maka ia akan mengenali entitas Tuhannya.
2. Huruf ط  = Simbol Alam Wahyu dan Ilham
3. Huruf ب  = Simbol Kesempurnaan, Hakikotul Muhammadiyah / Nur Muhammad. Huruf " ب " adalah hakikat dari Fana Billah. Lebure rasha maraning Dzat --> yaitu sirnanya entitas makhluk dihadapan Allah, hingga yang tinggal hanyalah rasha, yaitu rasha manunggal dengan Allah Swt.

 
Catatan :
♤ Allah = Nama Dzat
♤ Nur Muhammad = Wujud Pantulan Cahaya dari Dzat ( Rasha ).

B.  Makna tersirat  Hurif  Tajalli 

1. Huruf  س  =  Simbol dari Darma,  huruf س  itu sendiri adalah jiwa dari Surat  Al - Asrh, pada huruf س berdiri tiga huruf alif yang saling bersambung, Hakikat huruf  " س " itu sendiri sebenarnya adalah hakikat dari lafadz Jalalah atau lafadz " الله "  yang dibuka. Yakni sifat Rububiyyah Allah yang digelar dalam ranah kemakhlukan atau penisbatan sifat sifat Allah yang disandangkan kepada mahluknya. tiga huruf alif itu masing memiliki makna : 
   a. Amanu :  Hati, jiwa dan pikiran yang sudah bertauhid. Pribadi yang dhohir dan batinnya telah diliputi oleh cahaya Allah Swt.
   b. Amilus Sholiha : meliputi sejumlah keadaan Mental dan prilaku  Kreatif, Produktif , pro - aktif, efektif dan efesien dalam semangat iman dan pengabdian kepada Allah. Dengan demikian keberadaan dirinya didunia ini tidak saja bermanfaat bagi diri dan keluarganya tetapi juga  untuk banyak orang disekitarnya.
   c. Sobbil khaqi - Sobbi Sobri : hakikat dari kata " Sobbi " itu sendiri adalah silaturahim atau menjalin tali kasih diantara sesama, memupuk dan memelihara ikatan persaudaraan. " Ghirroh " atau semangat untuk hidup bersama serta tekad untuk saling menyelamatkan.
 ♤ Adapun sifat - sifat Allah yang digelar dan disandangkan kepada mahluknya yang terdapat dalam  huruf " س " adalah Allah sebagai cahaya langit dan bumi ( Amanu ), Allah yang Maha Pencipta ( Amilus Sholiha ) dan Allah yang maha pengasih dan penyayang ( Sobbil khaqi, Sobbi Sobri )
  ♤ Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat dari huruf " س " itu adalah ; Beriman, berkarya dan berkasih - sayang.
2. Huruf ي  =  Huruf  "ي "  memiliki dua titik yang diletakan dibawah, dua titik itu melambangkan kondisi lahir dan batin seseorang yang tidak lagi membutuhkan pujian dan pengharapan dikala dia beramal dan melakukan perbuatan perbuatan baiknya. Huruf  " ي " itu sendiri adalah hakikat dari Surat Al Ikhlas, oleh karenanya orang orang yang disandangi dengan huruf  ي  itu pribadinya akan  sangat lembut dan sangat tulus. Iapun akan bersikap sangat mandiri, tidak ada lagi ewuh - pakewuh, ia tidak merasa terikat dengan apapun juga kecuali kepada Allah Swt. Ia tidak berharap puji dan penghargaan dari siapapun juga termasuk dari Allah Swt.  Ia tidak takut pada cacian orang orang yang suka memaki dan iapun tidak gentar jika harus dihukum mati. Pengabdiannya, hidupnya, matinya, tindakanya dan keputusannya semua  karena atas dasar rasa taat, rasa hormat dan besarnya cinta kepada Allah. 
3. Huruf  ء  = itu diartikan sebagai buah dari dharma, yaitu berupa hakikat pahala atau hakikat  surga para sufi . Yakni melihat wajah Tuhan. Itulah makanya kenapa huruf hamzah " ء " sering menjadi sandangannya Alif " أ ".
    
                             Huruf "  ب  " Makrifat
                            ⊙                     ⊙
                       ⊙                                ⊙
                   ⊙                                        ⊙
     Huruf " س " Dharma                Huruf " ط"  Ilham/Wahyu
               ⊙                                                ⊙
             ⊙                                                     ⊙
               ⊙                                                 ⊙
      Huruf " ي " Ikhlas                      Huruf " ت " Tafakur
                  ⊙                                         ⊙
                     ⊙                                 ⊙
                          ⊙                      ⊙
                          Huruf "  ء " Buah dari Amal



                                                                                          Indramayu, 23 Nov 2020 
  
  Mang Anas
                                                                                                  

Jumat, 20 November 2020

Tafsir Hurufi Surat At - Tin

Surat At – Tin  Dalam Perspektif Tafsir Hurufi

By Mang Anas

Tafsir At – Tin 95 ayat 1

وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيْتُونِ 

 “ Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun “ , 

Kedudukan dan simbolisasi dari ayat ini adalah huruf  :  ت

Yang Artinya “ Man Arofa Nafsahu faqod Arofa Robbahu “ yakni barang siapa yang dapat memahami eksistensi dirinya maka ia akan dapat pula memahami eksistensi Tuhannya “.

Kata   التين  sebagaimana yang tertera pada ayat diatas itu diartikan sebagai simbol Kebumian, yang maksudnya adalah manusia. 

“ Demi Manusia yang Aku Ciptakan, yakni Manusia yang Mengenal dirinya . " 

Sedangkan kata  الزيتن   itu sendiri dikonotasikan sebagai simbol  Kelangitan, yang maksudnya adalah Allah Swt,  sebagaimana diterangkan dalam surat An -Nur 24:35

" pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api ".

dengan demikian kata Az-zaitun itu bisa diartikan dengan “ Demi Nur atau Cahaya Allah Swt atau demi Tuhan yang telah mentajalikan diriNya lewat realitas dan wujud wujud ciptaan,  Yang dengannya ( melalui Tajalli ) itu tanda - tanda  keberadaan Tuhan  ahirnya dapat dikenali , diketahui dan  dipahami oleh manusia “. 

Simbol huruf  ت  juga bisa diartikan sebagai perlambang bertemunya nabi Musa AS dengan nabi Khidir AS. Dua sosok manusia yang berasal dari dimensi alam yang berbeda, yaitu kisah pertemuan Musa AS  yang berasal dari dimensi Nasut dengan sosok Khidir yang berasal dari dimensi Lahut.  Perjumpaan antara dua sosok manusia suci yang mewarisi pengetahuan yang berbeda, yakni Khidir AS yang membawa pengetahuan langit dengan Musa AS yang sangat memahami hukum - hukum ( syariat ) di bumi. Pertemuan itu juga merupakan persinggunan antara dua wujud, yaitu wujud manusia yang dhohir dengan dirinya yang batin dan antara dunia syariat dengan batinnya yang hakekat.


♤♤♤♤♤----♤♤♤♤♤

Tafsir At – Tin 95 ayat 2

وَطُورِ سِينِينَ 

“ Demi gunung Sinai “, 

Kedudukan dan simbolisasi dari ayat ini adalah huruf  :  ط  yang dinisbatkan kepada diri nabi Musa AS, kala masih didudukan pada maqom wahyu. Seorang rasul yang  sangat diistimewakan oleh Allah Swt yang kisahnya paling banyak memenuhi halaman al qur'an. sebagaimana dituturkan pada surat Thaa Ha ayat 11 – 13.  Saat beliau menerima wahyu dilembah suci yang bernama Tuwa  ( nama salah satu lembah yang ada dideretan bukit Thursina ) :

فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِىَ يَٰمُوسَىٰٓ 

“ Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil, “Wahai Musa! ( Qs Thaa Ha 20:11 )

إِنِّىٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخْلَعْ نَعْلَيْكَۖ إِنَّكَ بِٱلْوَادِ ٱلْمُقَدَّسِ طُوًى 

Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Tuwa. ( Qs. Thaa Ha 20:12 )

وَأَنَا ٱخْتَرْتُكَ فَٱسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰٓ 

Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu) “ . ( Qs.Thaa Ha 20:13 )


♤♤♤♤♤------♤♤♤♤♤

Tafsir At – Tin 95 : ayat 3

وَهَٰذَا ٱلْبَلَدِ ٱلْأَمِينِ 

“Dan demi negeri (Mekah) yang aman ini“.

Kedudukan dan simbolisasi dari ayat ini adalah huruf : ب , Pada maqom inilah hakikat dari segala wujud itu disibakkan, demikian juga hakikat unsur dhohir dan batinya, inilah simbol pencapaian tertinggi manusia dalam hal kemakrifatan dan penguasaan ilmu pengetahuan ( wa 'alama adama asma a kullaha ). 

Inilah maqom bapak kita Adam AS dan maqom Muhammad SAW, juga maqom para nabi dan rasul - rasulnya yang utama serta para Auliya Allah yang agung yang tersebar diseluruh penjuru bumi dan langit. 


♤♤♤♤♤-----♤♤♤♤♤

Tafsir At-Tin 95 ayat : 4

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ 

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,

Ayat ini dinisbatkan pada sosok bapak kita Adam AS, dimana ia diciptakan oleh Allah Swt dengan bentuk yang paling sempurna,  dan  didudukan oleh Allah Swt pada martabat yang setinggi – tingginya ( martabat huruf  ب ) , dan tingkatan ini dicapai oleh Adam AS karena penguasaan pengetahuannya terhadap semua benda benda ciptaan, inilah maksud dari ayat itu. Penafsiran serupa dikemukakan oleh Syaekhul Akbar Ibnu Arabi ( lihat Fusus Al Hikam ). 

Adapun dalam konteks al Qur'an rujukan tafsir dari ayat ini  adalah beberapa firman Allah Swt berikut ini, 

Al-Baqarah 2:30

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ 

“ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” 

Maksud dari kalimat “ “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”  Adalah bahwa Allah Swt tanpa sepengetahuan para malaikat dan juga iblis telah menganugerahkan kepada Adam AS rahasia Siir - Nya, yakni peta jalan Ketuhanan yang berupa roh dari surat Al- Fatiha dan roh dari surat Al- Ikhlas serta pengetahuan rahasia alam semesta yang esensinya merupakan roh dari ayatul kursy . Berkat mapping dan chip itulah, bapak kita Adam AS  sekalipun harus menjalani hukuman dalam pembuangan, yakni dikeluarkan dari negeri Qurbah  ( Alam Kedekatan ) dan ditempatkan di alam Jauh yakni Alam Hijab ( Bumi ) ahirnya bisa kembali.

Al-Baqarah 2:31

وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ 

“ Dan Dia ajarkan kepada Adam ( melalui Siir – nya )  nama-nama ( hakikat dari wujud dhohir dan batin benda benda ciptaan )  semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”


Al-Baqarah 2:32

قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ 

“ Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”


Al-Baqarah 2:33

قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ أَنۢبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّىٓ أَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ 

Lalu “ Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah ( maksudnya presentasikan )  kepada mereka nama-nama itu! (meliputi nama, sifat, kandungan unsur, fungsi, manfaat dan mekanisme kerja dari semua benda itu ) ” Setelah dia (Adam) menyebutkan ( mem – Presentasikan ) nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”


Al-Baqarah 2:34

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ 

“ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” ( karena ketinggian derajat & Maqomnya ) Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir “, 

Iblis secara diam diam memendam rasa dengkinya kepada Adam,  karena ia sangat berharap sanjung dan puji dari Allah itu jatuh kepadanya dan bukan kepada Adam, dan semua itu terjadi karena Iblis merasa bangga dengan asal usul dirinya serta banyaknya ibadah yang dipersembahkannya jika dibanding dengan Adam yang diciptakan oleh Allah Swt jauh setelahnya.

Al-Baqarah 2:35

وَقُلْنَا يَٰٓـَٔادَمُ ٱسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ ٱلْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ 

Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga ( surga disini adalah hakikat dari huruf ب  : Baladin Amin atau Negeri Qurbah ) dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini ( pohon nafsu ), nanti kamu termasuk orang-orang yang zhalim!”

" Al-Quran menyebut manusia sebagai makhluk terunggul serta khalifah Allah Swt di muka bumi bahkan para malaikat pun bersujud kepadanya. Akan tetapi pada saat yang sama, Al-Quran juga menjelaskan kelemahan, ketergesaan, kesombongan dan ketamakan yang dimiliki manusia. Manusia memiliki potensi untuk berkembang dan sempurna, namun pada saat yang sama juga berpotensi menyimpang dan tergelincir.
Manusia berada di antara dua pilihan untuk sempurna atau tersesat. Jika memilih untuk mencapai kesempurnaan, maka para malaikat tidak akan dapat menandinginya, namun jika memilih jalan kegelapan, maka manusia akan lebih hina dari binatang.
Mengetahui potensi, kemampuan dan kekuatannya sendiri, akan menjadi sumber seluruh amal perilakunya menuju kesempunaan. Kemampuan manusia memilih itu sendiri yang akan menjadi alasan mengapa dia akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya.
Semakin dalam manusia mengenali dirinya, maka semakin banyak pula potensi yang akan terbuka baginya. Ketika manusia telah mengenali diri dan kepribadiannya, maka pencapaian menuju kesempurnaan sudah bukan lagi menjadi opsi melainkan keharusan baginya " ( Imam Al - Ghazali , Kitab Misykatul Anwar )


♤♤♤♤♤-----♤♤♤♤♤

Tafsir Surat At-Tin 95 ayat  5

ثُمَّ رَدَدْنَٰهُ أَسْفَلَ سَٰفِلِينَ 

“ kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya “,

     Sandaran Tafsir dari ayat ini adalah Al- Qu'ran surat Al-Baqarah 2:36 dan 2 : 38

Al-Baqarah 2:36 

فَأَزَلَّهُمَا ٱلشَّيْطَٰنُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِۖ وَقُلْنَا ٱهْبِطُوا۟ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّۖ وَلَكُمْ فِى ٱلْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٍ 

“ Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana ( Negeri Qurbah). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain ( yakni mereka yang berada di jalan Allah yaitu orang orang yang beriman yang menempuh jalan NA’ BUDU dan jalan NASTA’IN, akan berhadapan secara langsung dengan orang - orang yang menempuh jalan Thagut yakni mereka yang ada di jalan AL-MAGDHUB dan AL – DHOLIN, lihat surat Al Fatiha ) Dan bagi kamu ( penempuh kedua jalan yang saling bertentangan itu ) ada tempat tinggal dan kesenangan ( sesuai kecendrungannya masing – masing, yakni sebagian dari mereka akan cendrung/ menyenangi aspek aspek kehidupan yang sifatnya kerohanian dan sebagian lagi akan cendrung pada pengagungan  aspek kehidupan jasmani, dan kedua kedua kelompok itu akan hidup bersama );di bumi sampai waktu yang ditentukan.”


Al-Baqarah 2:38

قُلْنَا ٱهْبِطُوا۟ مِنْهَا جَمِيعًاۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَاىَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 

Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”


♤♤♤♤♤-----♤♤♤♤♤

Tafsir Surat At-Tin 95: ayat 6

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ 

“ kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya “ ( Kenikmatan yang bakal diperolehnya di negeri Qurbah, yakni berupa kenikmatan melihat wajah Tuhan, puncak dari segala kenikmatan para penghuni surga )

Ayat diatas secara makna tersambung dengan kisah Adam AS pada ayat berikut di dalam surat al Baqarah,

Al-Baqarah 2:37

فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ 

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.


♤♤♤♤♤-----♤♤♤♤♤

At-Tin 95:7

فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِٱلدِّينِ 

Maka apa yang menyebabkan ( mereka yang mengikuti Thagut itu ) mendustakanmu (tidak mempercayai keteranganmu tentang berita akan datangnya) hari pembalasan setelah ( semua keterangan yang disampaikan lewat wahyu ) itu ( turun dan didakwahkan kepada mereka ) ?


♤♤♤♤♤-----♤♤♤♤♤

At-Tin 95:8

أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَحْكَمِ ٱلْحَٰكِمِينَ 

Bukankah Allah hakim yang paling adil? 

Maksudnya bukankah Allah telah memberimu semua sarana  yang dibutuhkan untuk menuntunmu menemukan petunjuk agar dengannya kamu dapat menyempurnakan diri ( yaitu menemukan titik  ب  mu sendiri ). Jika saja semua sarana yang ada pada kalian itu  kalian pergunakan sebagaimana mestinya ( melalui titik  ت  mu ) dan kalian pun bersedia membuka diri, maka pasti petunjuk Ku akan datang ( berupa huruf  ط ), yaitu melalui apa - apa yang ada pada diri kalian sendiri, berupa anugerah pendengaran, penglihatan, Fitroh  dan hati nurani maupun dari apa - apa yang ada disekelilingmu berupa tanda tanda kekuasaan Tuhan yang bisa kamu lihat dan amati, yaitu rahasia penciptaan dirimu sendiri, rahasia susunan unsur dari benda - benda yang ada disekelilingmu dan kesempurnaan cara kerjanya, rahasia  alam raya dan kesempurnaan sistem yang mengaturnya, hikmah diutusnya para nabi dan rasul dan kitab kitab suci yang diwariskanya, yang dengannya kalian bisa belajar untuk mendapat petunjuk. Atas dasar itulah maka kelak kalian akan dimintai pertanggung jawaban dan Aku sendirilah yang akan mengadili kalian dan yang akan memutuskan perkara  yang ada diantara kalian. Disana hisab Ku sangatlah cepat, dan kamu akan mendapati kitab yang terbuka ( Al Isra : 13 ) ,isi kitab itu sangatlah lengkap dan didalam kitab catatan amal itu tidak akan kamu dapati apapun yang tertinggal baik yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya. Dan Tuhanmu tidak akan menzalimi seorang juapun ( Al Kahf : 49 ). Pada hari itu kamu diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan ( Al Jasiyah : 28 ).

Demikianlah nantinya Aku akan mengadili kalian dan pasti semua akan kami putuskan dengan seadil adilnya. 

Semoga bermanfaat

Indramayu, 21 November 2020

Mang Anas 




Jumat, 13 November 2020

RAHASIA AS SHOMAD

RAHASIA AS SHOMAD


Jika Engkau yakin bahwa Engkau hanya akan sampai kepada AKU setelah lenyapnya semua keburukan Mu dan sirnanya semua hasrat Mu, maka Engkau selamanya tak akan pernah sampai kepada-KU

Tetapi, jika AKU yang menghendaki Mu sampai kepada-KU, AKU akan menutupi sifat Mu dengan sifat-sifat-KU dan watak Mu dengan watak-KU, AKU akan membuat Mu sampai kepada-KU dengan kebaikan yang AKU berikan kepada Mu, bukan dengan kebaikan yang Engkau persembahkan kepada-KU

Engkau tak akan sampai kepada-KU sekalipun Engkau melakukan riyadhah (olah batin) dan mujahadah berusaha menghilangkan aib dan semua keinginan yang tak layak bagi Mu, seperti keinginan untuk meraih kekuatan, kehormatan, kekayaan, dan kekuasaan

Itu adalah sifat-sifat inti dan watak yang sudah melekat pada seorang hamba dan tak dapat terlepas darinya, Wushul (sampai) kepada AKU adalah anugerah-KU yang AKU berikan kepada Mu, bukan karena usaha Mu sendiri

Hal ini pernah AKU isyaratkan dalam sebuah hadis Qudsi :

"Hamba-hamba-KU terus mendekatkan dirinya kepada-KU, dengan ibadah-ibadah sunnah sampai AKU mencintainya, Dan, jika AKU mencintainya, AKU akan menjadi pendengarannya yang digunakannya untuk mendengar, AKU menjadi penglihatannya yang digunakan untuk melihat, AKU menjadi tangannya yang digunakan untuk memukul, dan AKU menjadi kakinya yang digunakan untuk berjalan"

Seorang wali tidak pernah sampai (wushul) kepada AKU selama dia memiliki Syahwat, keinginan, dan pilihan, Walaupun AKU sudah memberi jalan baginya, dia tetap tidak akan sampai kepada-KU

Namun, jika AKU menginginkan untuk mendekatkan hamba itu kepada-KU, AKU-lah yang akan mengaturnya, yaitu dengan menampakkan sifat-sifat-KU yang tinggi dan suci, sehingga akan menghilangkan sifat-sifat hamba-KU yang buruk

Saat itu, hamba KU tersebut tidak lagi memiliki keinginan dan pilihan, kecuali yang AKU pilihkan dan AKU inginkan untuknya

inilah rahasia doa yang sering dilantunkan manusia didalam sholatnya, walaupun pada hakikatnya mereka tidak mengetahui dibalik perkataan yang mereka lantunkan itu

SIRRULLAH adalah SIRNYA MUHAMMAD,

ALLAHU SHOMAD adalah RAHASIA ALLAH,

RAHASIA ALLAH itu ada pada RAHASIA MUHAMMAD

ALLAHU SHOMAD itu adalah hanya ALLAH TEMPAT BERGANTUNG (berhentilah engkau pada saat selesai mengucapkan kalimah ini, kemudian berdoalah, mintalah engkau didalam hatimu apa-apa yang menjadi hajatmu, setelah selesai berdoa maka selesaikanlah membaca surah Al-ikhlas itu hingga akhir)

Karena SESUNGGUHNYA AKULAH YANG MELIPUTI KEKOSONGAN DAN KETIADAAN DIRIMU ITU, maka INGATLAH KARENA KEKOSONGAN DIRIMU ITULAH, dan KETIADAAN DIRIMU ITULAH, SINGGASANAKU

dan DISITULAH AKU BERSEMAYAM, BUKAN PADA JASAD MU, BUKAN PADA JIWAMU, BUKAN DI HATIMU, DAN BUKAN JUGA PADA RUHMU

Betapa indahnya BAGI YANG MENGERTI, ingatlah APABILA NYATA KETIADAAN DIRIMU ITU, maka NYATALAH AKU YANG ADA, oleh KARENA ITU matikanlah dirimu SEBELUM ENGKAU MATI

Maka SIAPAKAH YANG ADA SETELAH KEMATIAN DIRIMU ITU..? tidak lain ADALAH AKU ( AL HAQ) LAH YANG ADA....

Setelah AKU YANG ADA, maka SELAIN DIRIKU ADALAH hanya BAYANGAN, hanya KEKOSONGAN... dan sesungguhnya AKULAH YANG MELIPUTI KEKOSONGAN DAN KETIADAANMU ITU

SELAMAT DATANG dalam SENANDUNG KEMATIAN MU, itulah makna ALLAHU SHOMAD, itulah MAKNA SURAH AL IKHLAS, itulah MAKNA WUSHULNYA DIRIMU kepadaku

Catatan : Menurut saya artikel itu meski cukup pendek tapi isinya padat dan sangat bagus.Kentara sekali jika ini adalah pengalaman penulisnya sendiri, ia pelaku yang berpengalaman dan dia sedang mencoba menceritakan Jalanya.

Selasa, 10 November 2020

IMAN HADIAH TERBESAR ALLAH SWT KEPADA UMAT MANUSIA


By Mang Anas

Tafsir Isyari Surat Al Baqarah 2 : Ayat 122


Pendahuluan 

     Pernyataan bahwa " Iman adalah anegerah terbesar yang pernah diberikan Tuhan kepada manusia ", sebenarnya bukan sesuatu yang baru, sebab para khotib dan Penceramah telah sering menggembar - gemborkan pernyataan itu dimimbar mimbar mereka, tetapi kenyataannya hanya sedikit sekali orang yang benar benar pernah merasakan arti keberadaan iman itu dihati mereka lewat pengalaman rohani mereka sendiri. 

Lalu muncul pertanyaan kenapa kebanyakan orang tidak pernah benar benar bisa merasakan Arti keberadaan Iman itu dihati mereka, dan sangat sedikit sekali orang yang menyadarinya.  Nah, Itulah problem utama kehidupan kita dan yang sekaligus menjadi pertanyaan terbesar kita, kenapa fenomena seperti itu yang justru terjadi dalam kehidupan kita. 

Akar masalahnya dari fenomena crodit ini sebenarnya  sangat sederhana. 

Kita sejauh ini telah terlalu banyak memberi perhatian pada akal kita sementara perhatian kita pada hati kita sendiri sangatlah minim, bahkan hampir tidak sama sekali. Dalam keseharian dan bahkan disepanjang waktu kita ini terlalu sibuk dengan urusan uang, materi dan pemuasan nafsu jasmani, energi hidup kita secara total difokuskan untuk itu. Kita terlalu malas untuk merenung dan telah kehilangan semangat untuk berada dekat dengan Tuhan.

Maka wajarlah jika kemudian Iman kita menjadi kurang terpelihara, sebab ia telah kita biarkan tumbuh merana. Sekalipun kita ini mengakui dirinya orang beriman, tetapi jika tetap seperti itu cara kita merawat iman, maka kita akan tetap gagal untuk bisa benar benar mencerna Arti dan Nilai keberadan Iman itu dihati kita ( jika ada ), jadi pernyataan betapa berharganya Iman dan betapa tinggi nilainya tetaplah sekedar bunyi dari sebuah pernyataan.  Bagi kebanyakan orang pernyataan itu sulit untuk bisa dicerna dan apalagi dirasakan, oleh karenanya ia akan tetap menjadi sebuah misteri dalam hidup kebanyakan orang. 

Ada banyak sekali orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah merasakan apa itu manisnya iman dan bahkan hingga kematianya. Hal itu dikarenakan mereka sepanjang hidupnya tidak pernah mengalami sendiri pengalaman Dzauk ( Sambung Rasa Terhadap Tuhan ). Dan sepanjang pengalaman keberagamaan kita tetap saja datar seperti itu ( semua biasa biasa saja ) maka hampir bisa dipastikan mereka tidak akan bisa merasakannya. 

Arti Iman dan Kedudukannya Bagi Manusia

Bahwa ada atau tidak adanya jejak iman didasar hati kita itu sangatlah menentukan bagaimana prospek hidup kita dimasa yang akan datang, apakah kita nanti oleh Allah Swt akan dikatagorikan sebagai golongan kanan ( As Khabul Yamin ), kelompok yang selamat, atau kah kita nanti justru akan bernasib naas, dikatagorikan sebagai golongan kiri ( As Khabul Simal ), kelompok yang celaka.

Dan jika sekarang kita telah tahu seperti itulah arti pentingnya iman dan kedudukanya bagi kita, bukankah Hidayah Iman itu sangatlah berarti, bukankah iman itu berarti hadiah dari Allah kepada kita, hadiah yang paling besar dan anugerah yang  sangat menentukan nasib dan masa depan kita ( dinegeri ahirat ).

Apa Yang Membuat Bani Israil Istimewa dimata Allah Swt :      

Tafsir Al Baqarah : 122 Berdasar Pengalaman Dzauk.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰبَنِىٓ إِسْرٰٓءِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِىَ الَّتِىٓ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّى فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِينَ

"Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini (pada masa itu)."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 122)

A. Apa Nikmat Yang dimaksud, Hati & Rasaku menjawab  : Imam,  Iman adalah anugerah Tuhan yang paling besar, nikmat terbesar yang pernah diterima oleh manusia.

Tidak ada anugerah yang kebesarannya melebihi Nikmat Iman, jadi Iman adalah Puncak dari segala Anugerah. Dan karena Anugerah inilah oleh Allah Swt Bani Israil diperintahkan untuk mensyukurinya, yakni dengan terus - menerus merawat, memupuk dan selalu memeliharanya. Serta agar mereka berupaya untuk mewariskanya dari generasi ke gererasi. Itulah makna Rahasia dari ayat ini.

Pertanyaannya, kenapa sebagian besar dari kita justru seperti telah menyia nyiakan ibrah Allah Swt kepada Bani Israil itu, kita yg sejak kecil terlahir sebagai muslim kadang menganggap anugerah ini sepele, menganggap anugerah ini tidak penting, sesuatu yang bahkan seperti tidak ada harganya. Lalu apa sebabnya dan dimana persoalannya.

Rahasia Iman

Ternyata karena Kebesaran Anugerah Iman itu nikmatnya hanya bisa dikenali lewat rasa dan hanya bisa dirasakan adanya dengan Rasa. Akal dan pikiran tidak akan bisa menjejak wilayah ini dan tidak akan bisa mengenali nikmatnya, akal hanya bisa mengendus realitas, sesuatu yang tampak, yang jasmani, sedang iman ada dimensi ghaib, jadi Iman bukanlah realitas, iman itu soal rasa makanya iman hanya bisa dijangkau lewat rasa dan jika kemudian Tuhan berkenan memberikan rasanya kepada kita maka satu satunya media yang digunananya adalah rasa. 

Dengan banyak melakukanlah Dzikir Khofi ( dzikir dalam hati ), maka rasa dan hati kita akan terasa seperti diasah, jika hal itu terus kita lakukan maka dari hari ke hari hati dan rasa kita akan menjadi semakin tajam, dan ia nantinya akan bening seperti kaca, dan saat hati kita telah menjadi bening dengan sebening - beningnya maka Nur - pun akan turun, Qalbu kita akan dipenuhi oleh cahayaNya. Dalam kondisi seperti itulah ilham ilham nantinya akan turun, dan saat ilham itu masuk ( Biasanya Bersamaan dengan Hadirnya Rasa Dzauk ) maka kita baru akan bisa merasakan dengan hati dan rasa kita sendiri, betapa lezatnya iman, betapa manisnya, betapa berharganya dan betapa kita harus terus menerus mensyukurinya.

B. Apa yang membuat Bani Israel Istimewa sehingga disebut dalam ayat itu Allah telah melebihkannya atas semua umat yang lain ( pada masa itu ), lagi lagi Hati dan Rasaku menjawab : keimanan Mereka, Iman adalah anugerah terbesar Allah Swt yang hanya diberikan kepada bani Israil pada saat itu.

Jadi Bani Israel itu Allah tinggikan derajatkannya dan menjadi bangsa yang Allah pilih itu disebabkan karena kemurnian nilai Iman dan kepercayaan Tauhidnya kepada Tuhan, jadi bukan karena pertimbangan ras, suku dan keturunannya. Orang yahudi tidak akan menjadi istimewa jika didalamnya tidak ada iman, begitupun orang Arab atau orang Jawa tidak akan lebih rendah derajatnya dibanding orang Yahudi jika ketiganya sama sama mukmin ( orang orang yang beriman ). Semua manusia pada dasarnya sederajat sepanjang tingkatan iman mereka itu sama dan sederajat. Jadi Imanlah yang menentukan tinggi rendahnya derajat seseorang, bukan Ilmu, Nasab, Pangkat dan kedudukan, Jenis kelamin, Kepemilikan Harta benda, Profesi pekerjaan dan rupa fisiknya.


Indramayu, 10 Nopember 2020