Gambar 1 : Cara Mudah Memahami Diri Manusia
Tentang Tabiat, Hati, Jiwa dan Akal
Dengan fitrah yang ada, hati itu tidak diciptakan baik maupun jahat..... tetapi mempunyai kesediaan untuk berperangai dan berbudi pekerti, berwatak dan bertabiat, yang mana dari segi baik dan buruk, ia dapat pulang balik antara keduanya atas dasar pilihan dan kemauan.
Hati itu dapat patuh mendengar sesuatu, atau mendengar lawan sesuatu, walaupun simpang siur bahasanya. Andaikan ia diajak bicara oleh alam semesta dengan apa yang ada padanya ia dapat mendengar dengan satu pendengaran, begitu juga jika ketika ia menjawab, maka ia menjawab dengan satu jawaban.
Mengenai akal, ia akan dapat melihat seluruh spektrum sudut pandang yang bercabang-cabang dan beraneka ragam itu dengan sekali pandang...... Berbeda dengan akal maka jiwa dan tabiat, maka masing-masing dari keduanya tidak berdaya dan tidak berkesanggupan kecuali untuk mengikuti satu pandangan demi satu pandangan jika keduanya terpisah dan berdiri sendiri-sendiri, karena apabia ia sudah bergantung kepada salah satunya, maka akan berpisahlah ia dari yang lain. Akal adalah kebalikannya, ia tidak dapat dibatasi oleh satu pandangan selama ia berada ditingkat ilmu, tetapi manakala ia berpisah dari ilmu dan telah bergantung kepada pandangan tertentu, maka ia sepenuhnya akan bergantung kepada pandangan itu dan akan cendrung menolak pandangan lainnya.
Bagitu juga halnya dengan hati, ia tidak dapat dibatasi oleh satu pendengaran dari sekian banyak pendengaran, selama ia dalam tingkat ilmu, tetapi manakala ia telah terpaku pada satu pendengaran, berpisahlah ia dari lainnya.
Maka ilmu itu pun merantau dan meluaskan gema pendengaran dan penglihatannya, sedangkan pendapat mengepungnya untuk meringkus ke satu titik dan satu persoalan. Dan alam semesta keseluruhannya merupakan lintasan hati sepanjang masa di dalam hati dan akal.
Sesungguhnya hati itu akan sangat dipengaruhi oleh lintasan dan bisikan yang berkelebat didalamnya, karena tabiat hati itu akan mudah terpengaruh oleh lintasan dan bisikan - bisikan yang datang dan yang paling dominan mempengaruhinya.
Hati adalah tempat bermukimnya lintasan-lintasan yang berada di dalamnya. Dan akal itu merupakan jalan dari lintasan-lintasan yang berlalu lalang di dalamnya serta yang melewatinya.
Banyak sekali ragam lintasan-lintasan hati itu. Dan bercabang-cabang pula; Ada yang bersifat “keiblisan” (iblisiah), ada pula yang bersifat “kemalaikatan” (malakiah), “kerajaan langit” (malakutiah) dan “kerajaan duniawi” (mulkiah).
Lintsan hati “keiblisan” itu ialah lintasan-lintasan hati yang membuat keraguan (Asy Syakiah) dan “menyukutan Tuhan” (Asy Syirkiah) dan “kebid’ahan” (Al Bid’ah) dan “mengingkari kebenaran” (Al Jukhdiha),. Adapun lintasa yang membawa keraguan dan kemusrikan itu, lalu lalangnya di halaman lintasan malakutiah. Mengenai lintasan hati pembawa bid’ah dan pengingkaran, itu pulang pergi di halaman mulkiah atau kerajaan duniawi.
Lintasan-lintsan hati itu adalah ilmu, hukum dan suruhannya, maka apabila si pendengar menyimak kepadanya dan meneguk isi piala ilmunya, hukumnya dan suruhannya, jatuhlah ia ke jurang pelanggaran dan larangan. Itulah yang dibangkitkan oleh lintasan-lintasan itu. Jika tidak dihiraukan dengan ditanggapi was-wasnya, maka ia akan kembali ke tampat asala mulanya dengan apa yang ada padanya dari ilmu, amal, hukum dan suruhannya.
Alamat bergantungnya hati kepada Tuhan, ialah terungkapnya perasaan di kala bisikan-bisikan lintasan hati itu menghadapi apa yang dipilihkan oleh Tuhan kepadanya dalam keadaan yang sulit diuraikan dan tidak dapat dibeberkan oleh terjemahan, maka apabila diletakkan perasaan ini ke dalam hati sang hamba, dipisahkanlah ia dari penyirnaan lintasan hati yang jahat itu.... dan apabila hati itu kehilangan perasaan ini, maka berdatanglah serangan lisan-lisan lintasan itu, lalu diraih dan dicengkeramnya.
Sang Abid menguraikan perasaan yang demikian ini dengan ucapan “.....Oh !!!! Betapa yang kini kurasakan antara diriku dan Tuhanku adalah “Kemakmuran” (‘amar) semata... dan sungguh kemakmuran inilah yang sesungguhnya menjadi perisai bagi diriku dari ketergelinciran dalam kesalahan.
------------- ☆☆☆ ------------
Gambar 2A : Enam Potensi Kasyaf dalam diri Manusia dan tingkat kedalamannya
Jangan Menoleh Kepada Yang Selain AKU
1. “Orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri sudah tidak layak lagi berjalan bersama Ku (karena dia sudah disibukan oleh pikirannya yang tidak menyatu lagi, sudah bercerai berai dan tidak lagi mendengar kata-kata Ku)”.
Hai hamba ! Perihalah hatimu dari jurusan matamu, kalau tidak, maka engkau tidak lagi dapat memeliharanya untuk selama-lamanya”.
Hai hamba! Peliharalah matamu, niscaya Ku jaga hatimu [ Yakni Ku pelihara hatimu dari ketidaktetapan dan ketidakmantapan ]
“Jagalah syahwatmu, niscaya Ku cukupi hajatmu”
“Peliharalah kedua matamu serta serahkan dan tinggalkan kesemuanya pada Ku... bila telah engkau pelihara keduanya, niscaya terpeliharalah hatimu dalam puri kerajaan Ku [ yakni sudah tidak lagi terpengaruh oleh perbagai macam yang menarik perhatianmu, dan tidak lagi tergoda dari ketidaktetapan dan ketidak mantapan, dan engkau Ku beri kemampuan untuk mengarahkan dan menghimpun tekad yang kuat dan kemauan yang teguh. Itulah yang Ku maksudkan dengan puri kerajaan Ku ].
Hai hamba! “Jangan engkau memandang apapun yang Ku perlihatkan padamu dengan pandangan terpesona yang akan menyerumu kepada rasa kepuasan, dan janganlah engkau merendahkan diri terhadap pada sesuatu pun. Jika engkau telah terpesona melihat selain Ku, lalu engkau merasa tergoda, maka katakanlah:
“YA Tuhan... inilah ujian Mu! Maka Aku akan merahmatimu!”
2. “Hendaklah engkau bersanding dengan Ku, niscaya engkau akan berhimpun dengan yang menghimpun segala yang bersanding dengan Ku. Dan engkau akan mendengar dengan pendengaran yang mendengarkan segala pendengaran, maka engkau akan mencakup selain dirimu dan engkau akan memberitakan tentang DIA dan tidaklah engkau akan dicakup oleh selainmu lalu DIA memberitakan perihal mu”.
“Orang yang berdiri di Hadirat Ku tidaklah ia akan ditawan oleh pesona keindahan dan tidaklah ia dikejutkan oleh kegentaran, karena ia melihat Yang Nyata (Adh-Dhahir) dan bukan kenyataan-kenyataan (yang berbilang) Ia akan melihat keindahan yang bukan dapat dinamakan keindahan lagi. Ia akan nampak Yang Mutlak yang tidak lagi terikat (Al Maqyyad), ia akan melihat yang menentukan dan bukan yang ditentukan”.
“Wajah Ku hanya Ku peruntukan bagi para yang berdiri di Hadirat Ku; Berita ku baga para Pengenal-Pengenal Diri Ku (Arifin)”.
“Karena itu, bersuci lah engkau untuk berdiri tegak (Al Waqfah), Jika tidak demikian hal diri mu, Akan Ku campakan engkau, jangan sampai ada atasmu kekuasaan lain selain Ku semata-mata”.
------------- ☆☆☆ ------------
Gambar 2B : Enam Potensi Kasyaf dalam diri Manusia dan tingkat kedalamannya
Ku dirikan pintu-pintu dan jalan-jalan
“Hanya Aku ketenangan mu, dan di sisi Ku kediamanmu, dan diantara kedua tangan Ku tempat berdirimu, andaikan engkau ingin mengetahui”.
“Akulah, kesudahan itu”.
“Dan tiada kebahagiaan tanpa kesudahan itu”.
“Ku ciptakan engkau untuk Ku... berada di sanding Ku... supaya engkau menjadi tatapan pandangan Ku dan Aku menjadi tujuan pandangan mu”.
“Aku tidak rela engkau hanya berada dalam kedudukan berdzikir saja, atau ibadah saja, maka Ku dirikan pintu-pintu dan jalan-jalan. Aku sampaikan engkau agar dapat mencapai untuk melihat Ku,
“Hai manusia, sesungguhnya engkau telah bersusah payah dengan kegiatan kerjamu untuk menuju Tuhan mu, maka pastilah engkau akan menjumpai Nya” (QS. Al-Insyqaq 84:6).
---------------- ☆☆☆ -------------
Gambar 3A : Tujuh Nafsu dalam Diri Manusia, Potensi Pengembangan dan Penyempurnaannya [ mohon dibaca dari bawah ke atas ]
Bila engkau telah mengenal-Nya, maka tiada lagi Aku menjadi samar atasmu.
Aku dihentikan berdiri tegak dalam keyakinan yang sebenarnya, lalu Ia berkata kepadaku: “Dalam keyakinan itu ada suatu rahasia, bila engkau telah mengenalnya, maka tiada lagi Aku menjadi samar atasmu.
Bila Kau menyamar, niscaya penyamaran Ku akan menambah makrifat padamu, tetapi bagi mereka yang tidak mengenal rahasia keyakinan itu, pastilah menjadi pengingkaran. Sesungguhnya Aku lah Allah yang tidak dapat direka-reka oleh perkenalan pada Ku, dan tak dapat dimuat oleh hati-hati itu dengan sepenuh muatan makrifat kepada Ku. Bagi Ku ada suatu makrifat yang tunggal yang mana tiada Ku fitrahkan kepada hati seorang hamba dan tidak juga kepada para Malaikat.
Bila makrifat itu tiba, niscaya tiba pulalah pengingkaran, maka setiap orang Arif akan mengingkari segala apa yang telah dikenal.
Dan apabila telah tiba pengingkaran itu, maka ketahuilah bahwa Aku lah yang menyamar dengan makrifat Ku yang Tunggal itu, maka hendaklah engkau jangan menginggkari Daku dan jangan memohon suatu makrifat, yang dengannya engkau dapat mengenal Ku, dan katakanlah ... Engkau .... Engkau.... yang dapat memperkenalkan diri Mu sebagai yang Engkau kehendaki, dan menyamar menurut apa yang Engkau kehendaki. Maka teguhkanlah daku dengan penyamaran Ketunggalan Mu (Wahdaniatik) dan tetapkanlah daku dengan pendengaran dan ketaatan pada Mu dalam apa yang diri Mu engkau perkenalkan.
Dan bila engkau menyamar, maka jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa Engkaulah yang menyamar.... Dan bila Engkau Memperkenalkan diri, maka jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa Engkaulah yang memperkenalkan diri.
--------------- ☆☆☆ ----------------
Gambar 3B : Tujuh Nafsu dalam Diri Manusia, Potensi Pengembangan dan Penyempurnaannya
Sampai Kepada Allah
Tuhan ku berseru kepada ku: Hendaklah engkau berjalan menuju kepada Ku, dan Akulah yang menjadi pandu penuntunmu. Maka akupun berjalan... kulihat diriku sendiri Ia pun berseru lagi:
Lalui semuanya! Arahkan tujuanmu kepada Ku saja. Sungguhpun bila engkau berhenti bersama dirimu yang tercela, niscaya engkau akan binasa, dan bila engkau berhenti dengan dirimu yang terpuji, niscaya engkau terhijab.
Sungguh, bila engkau telah terhijab dengan panggilan-panggilan yang terpuji itu, maka engkau akan didatangi oleh panggilan-panggilan yang tercela, dan dengan paksa engkau akan di tawan, penyebabnya tak lain karena engkau terhijab.
Aku pun melanjutkan perjalanan, maka kulihat akal pikiranku. Sambung Nya: Lalui saja dan jangan diperdulikan, tetapkan tujuanmu pada Ku! Bila akal yang datang akan disusul oleh hikmat kebijaksanaan; dan bila ia pergi maka ia pun akan melihat dirinya. Bila ia membawamu masuk ke dalam hikmat kebijaksanaan, ia pun akan berkata kepadamu “Ikutlah aku”, maka kekuasaan sudah berada di tangannya.
Bila ia datang, maka engkaupun akan menyertainya kepada hikmat kebijaksanaan Bila ia pergi engkaupun akan mengikutinya menuju kepada hijab. Langkahi saja siapa-siapa yang datang dan siap-siapa yang pergi. Aku teruskan perjalanan... ujarNya pula: Engkau telah melewati bahaya itu!... kulihat kerajaan duniawi seluruhnya dengan sekali pandang Berkata pula Tuhan kepadaku : Lalui dan langkahi apa-apa yang berada di dalamnya! Maka kesemuanya itu adalah kesenangan nafsumu dan impian-impiannya.
Kemudina kulihat kerajaan-kerajaan semuanya dengan sekali pandang Kata Nya pula: “Lalui dan langkahi apa-apa yang berada di dalamnya! Maka kesemuanya itu adalah kesenangan akal budimu dan rumahnya. ..... Aku pun melalui, kemudian kulihat hikmah kebijaksanaan menyambut.
Kedatanganku dan membukakan pintu-pintu, dan di balik pintu-pintu itu terdapat pintu-pintu lagi, yang di dalamnya terdapat khazanah-khazanah, dan khazanah-khazanah itu berisi pula harta-harta kekayaan, lalu akupun didatangi oleh akal, jiwa, ilmu dan makrifat, semuanya serempak mendatangiku; maka Tuhan pun berkenan berkata padaku : engkau sudah menjalani segala sesuatu!..
Lemparkan himat kebijaksanaan kepada orang-orangnya dan buatlah perjanjian dengan mereka, supaya mereka membangun gedung-gedung dan rumah-rumahnya inilah apa yang mereka tuju, mereka menginginkan agar engkau bercerai, dan mereka menceraikan engkau. Tetap sajalah engkau berjalan menuju pada Ku! Dan kesemuanya itu tidak layak bagimu utuk engkau tempati, engkaupun bukan penghuni yang herus menetap untuk selama-lamanya di sana!
Kembali aku berjalan lagi, kulihat orang-orang lalu lalang dan mereka yang berjalan, kulihat pula para ulama dan para zahid dan para muttaqien. Lalu berkatalah Tuhan padaku: Orang-orang yang lalu lalang akan sejurus dengan arah tujuannya dan sekali-kali tiadalah orang yang lalu-lalang itu akan mengajakmu kecuali kepada maqam dan iqamahnya, dimana mereka berada Maka bila engkau tertarik oleh orang alim atau ulama, engkau akan diundang kepada ilmu penegtahuannya bila engkau menyukai orang arif, engkaupun akan dilambai kepada makrifat lintasi saja mereka itu semua. Kesemuanya itu adalah lalu-lintasmu dan bukan tujuanmu, juga bukan tempatmu untuk tinggal...
Aku melanjutkan berjalan lagi ... ku lihat segala sesuatu, kulihat wajah di balik wajahnya, dan apa yang berada di balik arti dan makna, kesemuanya menawarkan diri padaku dan berlomba menariku dengan berbagai usaha agar aku berpaling padanya. Tuhan pun berkata lagi: Segala sesuatu itu menawarkan diri melalui penglihatanmu yang memandang, dan mengaitkan akan arti dan makn dengan selera penggembaraanmu itu waspadalah pada pandanganmu, jangan menengok kepada sesuatu agar mereka jemu dan menutup lesannya supaya tidak lagi menawarkan apa-apa padamu simpanlah kemauan kerasmu dari segala arti dan makna, dan himpunlah atas Ku.
Sungguh jika mereka itu tidak melihat engkau berkemauan keras, niscaya mereka tidak menawarkan dan menarik-narimu.... Akupun menahan pandanganku dan menaggalkan kemauan kerasku. Dengan nada gembira Ia pun berseru: Marhaban!! Terhadap hati hamba Ku yang sunyi dari segala sesuatu. Lalu Ia pun bersabda: Engkau telah lulus! Engkau sudah melewati alam semesta (Al Kauniah) dan sekarang tiba dalam perjumpaan dengan Pencipta Alam Semesta (Al Mukawwin).
Di saat itu aku mendengar Sabda-Nya: KUN (jadilah) disusul pula oleh sabda Nya: Jangan engkau berhenti dalam pesona “KUN” Lalui! Lewati! Walaupun “Kun” itu sumber pokok alam semesta; Jangan engkau dibawa-bawa hingga turun ke bawah lagi dari maqammu. Kulalui “Kun” dengan merendah-rendah Sabdanya pula : Akulah Allah.... Ku sahuti: “Engkaulah Allah” Engkau pelindung ku (Maulaya) yang menfitrahkan daku untuk berdiri di antara kedua tangan Mu yang menjadi persai untukku dari sambaran perintah dan larangan Mu.
------------- ☆☆☆ ----------------
Gambar 4 : Wajah Hati yang memandang Wajah Allah
1. Puisi Kerinduan
“Ya Tuhan! Daku bersama Mu sahaja, agar tiada satu pun menyambarku dan ditarik menjauh dari Mu, daku bersama Mu sahaja, agar tidak mengenal selain Mu; ,,, Jadikanlah daku melihat Mu untuk selama-lamanya; Ku mohon apa yang Engkau Ridloi...Anugerahkanlah daku kecintaan pada Mu”.
“Ya Tuhan!! Daku memohon dengan segala kerendahan dan sepenuh hati, dapatlah daku menjadi hiasan antara kedua tangan Mu; pakaikan untuk ku pakaian indah yang menjadi hamparan tibanya karunia Mu; Jadikanlah pula daku selalu memandang Mu menurut kehendak dan kemauan Mu dan menjadi sasaran gairah cemburu Mu”.
“Tak pelak lagi ya Tuhan, Engkaulah yang berada di setiap mata yang melihat”
2. Hai hamba!! pandanglah kepada-Ku, karena aku senang memandang kepadamu”.
Hai hamba!!! Ku ciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana Aku akan rela kalau engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya Aku melarang engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu (Selain-Ku) karena Aku pencemburu padamu”.
“Hai Hamba!!!! Aku tidak rela engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan surga sekalipun, karena sesungguhnya... Aku ciptakan engkau hanya untuk-Ku; supaya engkau berada di sisi-Ku; Di sisi yang tiada sisi, dan di mana yang tiada mana.
Ku Ciptakan engkau atas pola gambar-Ku seorang diri, tunggal, mendengar, melihat dan berkemauan serta berbicara. Dan aku jadikan engkau mempunyai kemampuan untuk TAJALINYA (menyatakan) nama-nama-Ku, dan... tempat untuk pemeliharaan-Ku”.
“Engkau adalah sasaran pandangan-Ku... tiada dinding penghalang yang memisahkan antara-Ku dan antaramu.
Engkau teman duduk se majelis dengan-Ku, maka tiada pembatas antara-Ku dan antaramu.
“Hai hamba!! Tiada antara-Ku dan antaramu... antara Aku lebih dekat kepadamu, maka pandanglah kepada-Ku, karena aku senang memandang kepadamu”.
3. Hakikat dzikir itu adalah menghadapkan hati kepada Allah, tanpa kata, tanpa kalimat, tanpa huruf dan tanpa suara.
Bila engkau makan dengan sesuatu, niscaya engkau minum pula dengannya; Bila engkau minum dengannya sesuatu, maka engkaupun akan mabok dengannya.
“ Hendaklah engkau jangan makam dengan siwa [ sesuatu yang selain AKU ], yang mana nantinya engkau akan minum dengannya, dan jangan pula engkau minum dengan siwa, agar engkau tidak mabuk dengannya.
Bila engkau makan dengannya, engkaupun akan bersandar padanya atas asal usulnya; Dan bila engkau minum dengannya, engkaupun akan condong kepada ilmu-ilmunya.
“ Bila engkau tidak makan dan tidak minum dengan siwa, niscaya ucapanmu adalah kata-kata yang benar dan tepat, engkaupun ikhlas melaksanakan, dan perkataan serta perbuatanmu akan datang kepada Ku tanpa hijab, dan akan Ku tetapkan kata-katamu dalam kitab Ku, dan Ku tetapkan perbuatanmu dalam beribadah kepada Ku.
“ Hai hamba! bila puji-pujimu kepada Ku dengan puji-puji huruf, niscaya engkau akan lengah dengan kelengahan huruf itu’
Hai hamba!: “ Bila engkau bertobat dengan lisan huruf, niscaya engkau urungkan dengan lisan huruf.... bila engkau taat dengan lisan huruf, niscaya akan bermaksiat dengan lisan huruf.
Hai hamba!: “ Sucikanlah puji-pujimu kepada Ku dari pada huruf dan berlebih-lebihannya, dan sucikanlah taqdismu kepada Ku dari berlebih-lebihan serta bertingkat-tingkatnya huruf itu, niscaya Ku tulis tasbihmu dengan tangan Ku atas naungan Ku, dan Ku jadikan engkau dari ahli keluarga Ku... bila tiba “Saat pertemuan”.
------------------- ☆☆☆ -------------------
Gambar 5 : Dalil Al Qu' ran tentang adanya Tujuh Jenis Nafsu yang bersamayam didalam diri Manusia
Syahwat dan Hijab
1. Sesungguhnya syahwat-syahwat itu menjadi hijab penutup atasmu untuk menguji kecintaanmu, maka jika engkau menetapkan pilihan kepada Ku dan tidak memilih keinginan-keinginan lain, niscaya Ku ungkapkan untukmu zatmu sendiri dan tiada lagi Aku menutupi engkau dengan aneka keinginan-keinginan syahwat.
Ketahuilah, bahwa syahwat itu mendatangi engkau melalui jasad tubuhmu. Adapun zatmu maka Ku ciptakan atas dasar suci murni tiada condong melainkan hanya kepada Ku sendiri”.
“Katakanlah pada lubuk hati nuranimu, agar berdiri tegak di antara kedua tangan Ku, tiada dengan sesuatu dan tiada pula untuk sesuatu, niscaya Ku bangun mahligai yang sangat besar di belakangmu, dan kekuasaan agung di bawah kedua telapak kakimu.
Hendaklah engkau memohon bantuan hanya dari Ku sahaja, jangan dari Ilmu Ku, dan jangan pula dari dirimu, dengan demikian engkau menjadi hamba Ku, berada di sisi Ku dan dapat pengertian perihal Ku.
2. “Hai hamba! Sesungguhnya engkau telah melihat Daku sebelum dunia terhampar dan engkau mengenal siapa yang telah engkau lihat. Dan kepada-Ku-lah engkau akan kembali. Aku ciptakan segala sesuatu untuk mu dan Aku labuh kan tirai (Hijab) atasmu. Lalu engkau pun tertutup dengan tirai dirimu sendiri, kemudian Aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain, yang mana diri-diri yang lain itu menyeru kepadamu dan pada dirinya dan menjadi hijab (penutup) dari pada Ku.
Setelah kesemuanya itu, maka Aku-pun kembali menyata di balik kesemuanya itu, dan dari belakang kesemuanya itu Ku perkenalkan diri-Ku; Ku katakan kepadamu bahwasanya Aku-lah Maha Pencipta Aku yang menciptakan kesemuanya itu dan bahwasanya Aku menjadikan engkau Khalifah (Pengurus yang berkuasa di Bumi) atas kesemuanya itu dan ketahuilah bahwa kesemuanya itu adalah amanah (titipan) pada sisi-mu. Dan diharuskan pada pengemban amanah itu untuk mengembalikannya.
--------------- ☆☆☆ ------------
Gambar 6 : Proses Turunnya Ilmu Laduni dan Cara Kerjanya
YANG TERUNGKAP SERBA SUCI
“Bagi Nya wajah tanpa rupa
“Bagi Nya mata tanpa kedip
“Bangi Nya ucap tanpa huruf
“Baginya ilmu tanpa halaman
“Bagi Nya dekat tanpa mana
“Bagi Nya jauh tanpa hingga
----------------- ☆☆☆ ----------------
Gambar 7 : Proses, Jenis dan Percabangan ilmu - ilmu Laduniyah
Berdiri Di Antara Kedua “TANGAN ALLAH”
“Bila engkau didatangi Kalam (pena), lalu ia mengatakan kepadamu:
“Ikutlah aku! Ketahuilah yang berada di sisi ilmu itu adalah Aku, hendaknya mendengar daripada Ku, akulah yang menggariskan rahasia-rahasia itu. Hendaklah engkau menyerahkan diri pada Ku saja, tidaklah engkau dapat melangkahi Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah kepada “Kalam”. Enyahlah dari padaku hai kalam! Yang menyatakan aku adalah yang menyatakanmu, dan yang memperlakukan aku adalah yang memperlakukan engkau, yang menciptakan aku adalah yang menciptakanmu. Dari pada Nya aku mendengar dan bukan dari pada mu, kepada Nya aku berserah diri, dan bukan kepadamu.
Jika ku dengar ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila ku serahkan diriku padamu, niscaya aku menjadi lemah, bila aku mengikutimu nicaya akau jatuh di perbatasan dan menemui beberapa persimpangan yang tidak menentu jurusannya.
“Bila mendatangi engkau Arasy... dengan serba kemegahannya yang mempesonakan, diiringi pula oleh para Malaikat yang tak henti-hentinya bertasbih, lalu engkau di panggil ke arah dirinya, maka sahutilah panggilannya itu “Enyahlah engkau wahai Arasy! “Perhatianku bukan di sisimu” dan “berdiriku di sekitarmu!.
Perhentianku di sisi Allah yang menciptakan dirimu, dan Ia lebih besar dari padamu di dalam arena ke Agungan dan Keindahan, lebih memukau dari keindaanmu dalam tingkatan perhiasan, maka berdirimu karena pertolongan Nya, engkau berhujat kepada Nya, memerlukan bantuan Nya. Adapun Dia maka Dia berdiri dengan Zat Nya; Jamal Nya daripada Nya; Keindahan Nya dari pada Nya. Keagungan Nya dari pada Nya, tiada dari selain Nya.
“Bila engkau berkehendak supaya jangan ada sesuatupun yang melintas kepadamu selain Ku, dan bila engkau berhasrat ke luar (melepaskan diri) dari segala yang nyata, maka hendaklah engkau berdiri di dalam ketiadaan (anafi) di ambang pintu (“LA”) (tiada) Ilaha illallah (Tuhan melainkan Allah) dan ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai kecuali dengan Ku. Aku nanti yang akan menafikanmu dari pada yang lain-lain dan Ku isbathkan engkau dengan karunia Ku dalam bertetangga dengan Ku dan di sisi Ku”.
“Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, bukan untuk mendengar dari pada Ku, dan bukan untuk mendapat tahu dari pada Ku, dan bukan untuk saling bertutur kata, tetapi hanyalah untuk saling pandang-memandang, tetapkanlah pendirianmu dalam pendirian ini hingga tiba saatnya Aku bersabda kepadamu, Maka apabila Aku bersabda hendaklah engkau menangis, menyesali sabda-sabda Ku yang termakan oleh usiamu yang telah lanjut berlalu.
“Bila engkau telah berdiri di Hadirat Ku, jangan hendaknya engkau keluar dari maqammu, sehingga andaikan engkau dijumpai, di kala menyaksikan Aku, oleh runtuhnya langit dan hancurnya bumi, engkau akan tetap juga dan tidak akan pergi menyingkir”.
“Bila engkau telah mengenal, bagaimana engkau berdiri di antara ke Dua Tangan Ku, demi untuk Zat Ku dan Wajah Ku semata, bukan untuk keperluan apapun, baik dari pembicaraan maupun tutur kata Ku, maka sesungguhnya engkau telah mengenal ka Agungan Hadirat Ku”.
“Dan barang siapa sudah mengenal akan ke Agungan Hadirat Ku, akan Ku haramkan apapun selain Ku, dan akan Ku jadikan menjadi ahli pemeliharaan Ku”.
“Bila engkau didatangi oleh pendatang (A Warid) yaitu Khatir Rabbani (lintasan hati yang datang dari Tuhan), maka hendaklah engkau ucapkan:
“Yaa man auradal waarida asy hidnii malakuuti birrikafii dzikrika wadziqnii khanaana dzikri kafii isyhaa dika”
“Wahai Allah yang mendatangkan Al Warid, persaksikan padaku ke Agungan kasih sayang Mu dalam zikirku kepada Mu, dan anugrahilah aku rasa kerinduan dalam zikirku kepada Mu dalam mempersaksikan engkau"
--------------- ☆☆☆ --------------
Aku adalah Dzat yang tidak dapat dipersepesi dan disentuh dengan Prasangka
“Tidaklah Aku dapat dipandang oleh mata, tidak pula dapat dilihat oleh pandangan; Tidak pula Ilmu pengetahuan dapat menghampiri kepada-Ku.
Aku tidak dapat dikenal oleh sejauh pengenalan.
Aku Yang Maha Perkasa yang tidak dapat dicapai bagaimanapun, dan... tak dapat dijumpai walau dengan sebutan nama-Ku. ( QS.Al-Insylqaq 84.6)
Setiap ucapan kata telah nampak nyata, maka Akulah yang menciptakannya dan merangkai huruf-hurufnya. Tidak akan melampaui kesemuanya itu adalah bahasa-bahasa yang dikenal dan diketahui yang disifatkan. " Aku adalah yang tidak dapat dijangkau dan diserupakan dengan apapun. “Laisa Kamitslihi Syai-‘un”
(QS.Asy-Syura 42:11).
“Akulah Allah Yang Maha Suci yang tidak dapat dimasuki dan dijumpai oleh tubuh-tubuh dan tidak oleh huruf-huruf sekalipun dan tidak pula dapat dicapai oleh kalimat-kalimat”.
Hai Hamba!! Jangan salah terka bahwa setiap yang dahir itu dapat dilihat... Akulah Raja yang menyata dengan Kemurahan dan tersembunyi dengan Keperkasaan.
Hai hamba!! Akulah Yang Dahir yang tidak dapat dilihat dan dipandang oleh mata, dan Akulah Yang Batin yang tidak dapat disentuh oleh prasangka dan persangkaan yang bagaimanapun.
Hai hamba!! Akulah Yang Maha Kekal, yang mana kekekalan Ku tidak dapat diberitakan oleh abad; Dan Akulah Yang Esa yang jauh dari bilangan dan perhitungan”.
“Setiap sesuatu akan dituntut oleh asal mulanya, sebagaimana tubuh dituntut oleh asa mulanya. Yang Satu itu AKU, Yang Maha Tunggal dan sendirian, dan tidaklah Aku dari sesuatu lalu sesuatu itu akan menuntut pada-Ku.
Dan tidaklah Aku dengan sesuatu, maka sesuatu itu akan menyertai Ku.
Aku adalah mutlak, tiada satu pun ikatan, dan Aku bebas tanpa ada sesuatu yang menentukan”.
----------- ☆☆☆ -----------
Gambar 9 : Siklus Martabat Tujuh
Aku lebih dekat dari dirimu
Hai hamba! “Berulang kali Ku perkenalkan diri Ku padamu, tetapi engkau belum juga mengenal Ku, hal yang demikian berarti engkau menjauhkan diri daripada Ku. Engkau sudah mendengar tutur-kata Ku dari lubuk hati sanubarimu, tetapi engkau belum juga mengetahui bahwa itu adalah kata-kata Ku, hal yang demikian sama halnya engkau telah menjauhkan diri daripada Ku”.
“Engkau dapat melihat dirimu, sedangkan Aku lebih dekat dari dirimu, itulah pengertian menjauh yang sebenarnya”.
Hai hamba! “Engkau akan tetap tinggal terhijab dengan hijab tabiatmu sendiri; Sekalipun telah Ku ajarkan padamu, ilmu pengetahuan Ku, dan kerap juga engkau mendengarkan kata-kata Ku, hingga engkau berpindah kepada kedudukan bekerja dengan Ku”.
Adapun si Waqif (Yang berhenti dan berdiri tegak di Hadirat Ku) maka ia telah memasuki pintu rumah, maka tiada lagi rumah-rumah yang dapat menampungnya ia sudah merasakan segala macam minuman tetapi masih tetap merasa dahaga lalu ia sampai ke pada Ku, dan Aku adalah tempat tinggalnya, dan di sisi Ku adalah tempat penghentian dan berdirinya.
Al Waqwah (penghentian untuk berdiri tegak di Hadirat Allah), adalah di balik apa yang dikatakan, dan makrifat itu adalah puncak yang di katakan, sedangkan ilmu pengetahuan itu adalah apa yang dapat di katakan.
“Bila engkau melihat selain Ku, takan dapat lagi enggkau melihat Ku”
“Jangan putusa harapan daripada Ku... Andaikan engkau datang kepada Ku dengan segala ucapan dan tutur kata yang buruk, maka ampunan Ku lebih besar lagi. Dan jangan pula engkau bercanda dan berani pula kepada Ku. Andaikan engkau mendatangi Ku dengan semua ucapanmu dan tutur katamu yang baik, tentu hujat Ku lebih utama”.
------------ ☆☆☆ --------------
Gambar 10 : Rahasia Putaran masa dan waktu - waktu shalat dalam Siklus Martabat Tujuh
Engkau adalah hamba - Ku
“Tiada kufitrahkan padamu agar engkau tunduk kepada ilmu pengetahuan, tiada pula Ku didik engkau agar berdiri di depan pintu-pintu selain pintu Ku; tiada pula Aku mengambil kawan duduk semajelis agar engkau mengajukan permohonan pada Ku untuk duduk bersama selain Ku. Hendaklah engkau ketahui siapakah engkau, maka pengetahuanmu tentang dirimu adalah merupakan suatu peraturan bagimu yang tiada akan roboh, dan suatu ketenangan untuk mu yang tiada akan lenyap”.
“Engkau adalah hamba Ku”.
“Engkau hidup dengan Ku, karena tiupan roh Ku, dan kepada Ku engkau kembali, dan dengan Ku engkau akan bangkit, dan kepada Ku engkau bernasab. Ku ciptakan engkau agar engkau menjadi tatapan pandangan Ku, dan engkau akan menjadi pengurai Nama-nama Ku, Ku ciptakan dunia ini untukmu dan pula Ku sujudkan kepadamu dan Ku ciptakan segala sesuatu demi engkau, Ku bentuk engkau demi Aku supaya engkau menjadi ahli Hadirat Ku, Ku pilih engkau demi kemuliaan himpunan Ku, Ku gemarkan engkau bersama Ku, Ku fitrahkan engkau sesuai dengan gambaran Ku”.
"Janganlah engkau menjarak daripada Ku... demi untuk kepentinganmu sendiri... manakala engkau keluar, hendaklah keluar kepada Ku, dan jika engkau masuk, hendaklah masuk pula kepada Ku, dan jika engkau tidur, maka tidurlah dalam penyerahan kepada Ku, dan bila engkau bangun, maka hendaklah engkau bangun penuh dengan rasa tawakal kepada Ku, dan bila engkau makan hendaklah engkau menyadari bahwa makananmu itu dari tangan Ku, dan bila engkau minum, hendaklah engkau menyadari pula bahwa engkau meneguk minuman itu dari tangan Ku”.
------------ ☆☆☆ ----------
Gambar 11 : Peta Perjalanan Rohani Manusia lewat jalur Shalat
Masuklah Pada “KU” Seorang Diri
“Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan itu
Hendaklah engkau bersedekah tanpa memandang sedekah itu!
Engkau melihat amal perbuatanmu walau baik sekalipun, tidak layak bagi Ku untuk memandangnya, maka janganlah engkau masuk kepada Ku dengannya.
Sesungguhnya jika engkau datang kepada Ku berbekal amal perbuatanmu, maka akan Ku sambut kedatanganmu dengan penagihan-penagihan dan perhitungan. Dan jika engkau mendatangi Ku dengan ilmu pengetahuanmu, maka Ku sambut dengan tuntutan. Dan jika engkau mendatangiku dengan makrifat, sambutan Ku adalah Hujat, sedang hujat Ku lebih utama dan lebih seharusnya.
Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar (memilih), niscaya pasti Aku singkirkan tuntutan. Hendaklah engkau lepaskan ilmu pengetahuanmu, amal perbuatanmu, makrifatmu, sifatmu, namamu dan dari segala yang nyata, supaya dengan demikian engkau bertemu dengan Ku seorang diri.
Bila engkau menemui Ku, dan ada di antara Ku dan antaramu sesuatu dari kenyataan-kenyataan itu, sedangkan Aku-lah yang menciptakan segala yang yang nyata, Aku lebih dahulu menyingkirkan daripadanya, demi cinta.. guna mendekatimu, maka janganlah engkau membawa kenyataan-kenyataan dalam menemui Ku, jika masih saja demikian halmu, maka tiada kebaikan daripadamu.
Jika engkau mengetahui di kala engkau masuk kepada Ku, pastilah engkau akan memisahkan diri dari para Malaikat, sekalipun mereka itu saling bantu-membantu kepadamu, karena keenggananmu maka hendaknya jangan ada lagi penolong selain Ku.
Jangan engkau melangkah ke luar dari rumahmu tanpa mengharapkan keridaan Ku, karena Aku-lah yang bakal menunggumu dan menjadi petunjukmu.
Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua kali sehabis menyelesaikan shalatmu, niscaya Ku jaga malam dan siang harimu, Ku jaga pula hatimu, Ku jaga pula urusanmu, juga kemauan kerasmu.
Tahukah engkau bagaimana hendaknya engkau datang menjumpai Ku seorang diri? Hendaknya engkau melihat tibanya Hidayah Ku kepadamu, karena kemurahan Ku bukan karena amalmu engkau memperoleh pengampunan Ku dan bukan pula oleh ilmu pengetahauanmu.
Serahkanlah kembali kepadaku buku-buku ilmu pengetahuan, dan catatan-catatan amalmu, niscaya Ku buka kedua tangan Ku, Ku terima dan Ku buahkan dengan keberkahan Ku dan Ku lebihi dengan kemurahan Ku”.
---------------- ☆☆☆ ------------
Gambar 12 : Proses Turunnya Al Quran kedalam Hati Manusia
Jika Tanda dan Lafadz - Ku telah Ku Teguhkan atas dirimu
Pada penglihatan sudah tiada lagi ucapan, tiada juga perkataan, ibarat dan isyarat juga tiada, ilmu dan makrifat, pendengaran dan kepekaan, ungkapan dan hijab, kesemuanya sudah tiada”
“ Pintu “Penglihatan” itu, ialah jalan keluar dari “Siwa” [ sesuatu yang selain Allah ] dan “Siwa” itu seluruhnya berhimpun dalam huruf.
Makrifat itu merupakan pintu gerbang yang tiada dapat dimasuki, kecuali para arifin; dan bagi setiap arif satu tanda, yang dengannya (tanda itu) akan merasa tenang dan tenteram; dan barang siapa yang dengannya merasa tenang, maka ia pun akan berhenti di dalamnya”.
“ Kesemuanya itu mengarahkan tujuannya ke gerbang itu, dan untuk mencapainya diperlukan “kendaraan” dan setiap kendaraan ada tali pengikatnya”.
Kendaraan makrifat itu ialah ilmu dan tali pengikatnya ialah huruf”.
Hendaklah engkau turun dari kendaraan, keluar dari huruf dan keluar pulalah dari makrifat.... dengan demikian Ku hapus tanda hijab dan akan Ku teguhkan engkau dengan “Tanda Ku”, maka tiada lagi engkau dikusai oleh huruf yang menghijab.
Menyingkirlah dari nama-nama huruf dan engkau akan menyingkir pula dari arti maknanya. Jika kesemuanya itu telah engkau singkirkan berulah “Aku akan lebih dekat dari urat leher”.
Belum! Belum tiba di tujuan! Menyingkirlah dari leher itu, dan urat leher itu, menyingkirlah dari “dekat” ke yang lebih dekat... niscaya engkau melihat “Lafaz Aku "
Bila engkau telah pergi dari “Lafaz” itu, maka Aku lah Yang Dahir dan Aku lah Yang Bathin dan Aku lah terhadap segala sesuatu Maha Mengetahui...
Huruf dan segala sangkut pautnya adalah hijab yang berpintu, di dalamnya tempat pulang balik dan tempat membagi-bagi, keduanya merupakan dua pintu di belakang huruf; Menetapkan dan menghapuskan, adalah dua pintu hijab di balik yang pulang pergi dan membagi-bagi. Yang pulang pergi dan membagi-bagi adalah pintu masuk menuju penghentian (Al-Waqwah) dan “Penetapan serta penghapusan” adalah pintu masuk menuju “Penglihatan” (Ar Ru’yah).
Tabir hijab telah terungkap sudah.....
Bagi para setia kawan arifin Nya....
Segera mereka dapat memandang Nya.....
Tanpa ibarat tanpa huruf.... tanpa abjad.
Sekian, Semoga Kutipan hikmah itu bermanfaat
Sumber Kutipan :
Roaitullah, oleh Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri