By Mang Anas
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ (٤)
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (Q.S. At-Tin ayat 4)
ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ (٥)
kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, (Q.S. At-Tin ayat 5)
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍۗ (٦)
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. (Q.S. At-Tin ayat 6)
Pengertian Amanu dan Amala Saliha
A. Yang dimaksud dengan " Amanu " [ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ] sebagaimana yang disebutkan dalam Al-quran surat At-tin ayat 6 tersebut diatas adalah orang-orang yang dengan rela hati bersedia melakukan semua jenis amalan keimanannya. Dan adapun yang dimaksud dengan amalan keimanan disini adalah semua jenis amalan ibadah makhdoh yang bentuk amalanya berupa pendekatan diri kepada Allah swt dan untuk tujuan membersihkan hati atau mengasah diri.
Yang tergolong dalam amalan jenis ini adalah shalat, dzikir, puasa, menuntut ilmu, membaca atau mentadabburi Al Quran serta amalan-amalan sebangsanya. Dan adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari melakukan amalan - amalan ibadah tersebut diatas adalah,
1. Amalan jenis itu akan dapat melunakkan dan melembutkan hati manusia.
2. Dapat membersihkan semua kotoran yang bersarang didalam hati, yaitu karat-karat dosa yang pernah diperbuat manusia.
3. Dapat membuka semua lapisan-lapisan hijab, dalam hal ini adalah hawa nafsu, dan utamanya adalah hijab nafsu bahimiyah [ nafsu jasad ] dan nafsu amarah [ nafsu yang bersumber dari jiwa ].
4. Dapat menjadikan hati manusia menjadi bening bagai kaca, tajam melebihi mata pedang serta sensitif melebihi radar. Dalam kondisi itu maka qolbu manusia akan menjadi lokus ilham. Karena ia akan bisa menangkap dengan mudah datangnya sinyal-sinyal kelangitan. Mampu menguraikan secara cermat, lugas dan jelas substansi isi dari petunjuk- petunjuk Ilham yang datang melintas didasar hatinya itu kepada orang lain. Kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan apapun.
5. Manusia akan bisa mendapatkan kembali kesucian dan kemurnian hatinya, dalam hal ini diri sejati manusia akan dapat didudukan kembali pada martabat ruh [ martabat asal dari diri manusia ]. Dan hati manusia itu apabila sudah mampu duduk pada martabat ini [ ruh ] maka segala penyakit batinnya seperti dendam, hasad, iri, dengki, tamak dan serakah serta semua rasa kemelekatannya terhadap dunia akan hilang lenyap.
Itulah sejumlah manfaat yang bisa diraih dari beberapa amalan keimanan yang jenis-jenisnya sebagaimana diatas telah dijelaskan.
B. Dan adapun yang dimaksud sebagai " Amalan Saliha " sebagaimana yang tertera dalam ayat tersebut diatas adalah semua jenis amalan atau ibadah yang dimensinya bersifat sosial atau yang bentuknya berupa ibadah muamalah seperti, mengeluarkan zakat, memberi makan kepada orang yang kelaparan, menjenguk orang yang sakit, menolong orang-orang yang sedang tertimpa musibah, memuliakan tamu, membantu orang-orang yang sedang dalam perjalanan dan amalan sebangsanya.
c. Dengan demikian maka kedua hal sebagaimana yang tersebut diatas yaitu Amanu dan Amalu Saliha adalah jenis-jenis amalan yang wajib ditempuh oleh semua manusia yang menginginkan dirinya bisa kembali kepada kesucian dan kemurnian dirinya. Setelah sebelumnya manusia itu oleh Tuhan sengaja ditempatkan pada maqom atau kedudukan yang serendah- rendahnya atau اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَۙ [ lihat QS. At-Tin ayat 5 ] sebagian ujian baginya.
d. Oleh karena itu orang-orang yang saat hidup didunia melulu disibukkan dengan amalan-amalan ibadah makhdoh seperti shalat, dzikir, puasa, membaca quran, menuntut ilmu dan sebangsanya, dan dengan sengaja mengabaikan ibadah sosial yang seharusnya menjadi kewajiban dirinya, maka dalam terminologi al Quran [ lihat: QS. Al-A'raf ayat 46 - 49 ] nanti diahirat orang-orang itu akan menjadi calon para penghuni 'Araf.
Ciri utama dari calon penghuni 'Araf adalah mereka yang saat hidup didunia terlalu menyibukkan dirinya dengan amalan ibadah- ibadah makhdoh [ ibadah yang sifatnya ritual ] seperti shalat, dzikir, berpuasa, menuntut ilmu dan membaca alquran, tetapi melupakan kewajiban kemasyarakatannya. Yaitu pemenuhan hak - hak tetangga dan hak-hak masyarakat yang ada disekitarnya.
Perumpamaan mereka itu adalah seperti sebuah pohon yang meskipun dahan dan daun - daunnya rimbun tetapi tidak dapat menghasilkan buah sama sekali. Jadi manfaat pohon itu hanya sebatas sebagai peneduh, tidak memiliki manfaat lainnya. Maka sebagai manusia orang-orang ini nilai dan fungsinya dianggap tidak sempurna.
Dan begitu pula sebaliknya, mereka yang hanya disibukkan dengan amalan-amalan kebajikan yang sifatnya sosial tetapi lupa mendasari amalannya itu dengan akar keimanan. Maka hakikat amalan mereka itu ibarat putik dari sebuah kembang yang jatuh berserakan dan lalu terbang kesana-kemari ditiup angin. Status amalan mereka seperti sampah. Maka tidak akan dicatat dalam buku catatan amal, dan tidak akan mendapatkan stempel ketuhanan.
Dengan demikian maka hakikat shalat, puasa, dzikir, baca quran dan menuntut ilmu [ semua jenis ibadah yang tujuannya untuk memperteguh dan menguatkan keimanan ] itu adalah ibarat pohon, sedangkan berbuat baik kepada manusia seperti mendermakan harta, waktu, tenaga, pikiran dan jiwa untuk kebajikan serta untuk kemaslahatan orang banyak [ amala saliha ] itu adalah ibarat buah. Maka untuk kedua hal ini semua manusia haruslah dapat membangun dan mengerjakannya secara bersamaan dan dengan bersungguh-sungguh. Tipikal manusia yang seperti inilah yang sebenarnya sangat diharapkan, dan yang disebut sebagai khalifah [ manusia paripurna atau insanul kamil ]. Dan hanya manusia dari jenis inilah yang dalam terminologi al Quran surat At-Tin disebut akan dapat meraih kembali kehormatan dan kejayaan dirinya dan yang akan kembali " mendapatkan kedudukan yang sebaik - baiknya " atau فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ [ lihat QS. At-Tin ayat 4 ].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar