Halaman

Rabu, 30 Oktober 2024

Letak Sifat Ma'ani Allah SWT Dalam Martabat Tujuh

By Mang Anas 

Dalam konsep Martabat Tujuh, ada penggambaran tingkatan eksistensi yang membahas asal-usul alam semesta menurut beberapa ahli tasawuf. Martabat ini merinci proses manifestasi dari yang tersembunyi (Dzât Allah) menjadi alam nyata. Sifat Ma'ani Allah SWT—termasuk Qudrat (Kekuasaan), Iradat (Kehendak), Ilmu (Pengetahuan), Hayat (Kehidupan), Sama' (Pendengaran), Bashar (Penglihatan), dan Kalam (Kalam atau Firman)—dapat dihubungkan dengan martabat ini sebagai wujud manifestasi sifat-sifat Allah.

Berikut adalah urutan Martabat Tujuh beserta keterkaitan sifat Ma'ani Allah secara umum:

1. Ahadiyah (Keadaan Tunggal)

   Ini adalah martabat tertinggi di mana Allah masih berada dalam kemutlakan-Nya yang tidak dapat dicapai oleh apa pun. Dalam martabat ini, sifat Allah yang tertinggi adalah "Qudrat", yaitu kekuasaan yang mutlak dan tidak terbatas.

2. Wahdah (Kesatuan) 

   Merupakan tingkat di mana mulai ada gagasan akan wujud, tetapi masih dalam bentuk kesatuan yang belum terbagi. Di sini muncul sifat "Iradat", yaitu kehendak Allah untuk mewujudkan segala sesuatu.

3. Wahidiyah (Kesatuan yang Mewujudkan)  

   Pada martabat ini, mulai muncul ilmu dan pengetahuan. Ini mencakup sifat "Ilmu", yaitu ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu.

4. Alam Arwah (Alam Rohani)  

   Di martabat ini mulai ada kehidupan. Di sini sifat "Hayat" (Kehidupan) Allah mulai terwujud dalam bentuk yang lebih nyata.

5. Alam Mitsal (Alam Gambaran)

   Martabat ini adalah alam perwujudan dari pendengaran dan penglihatan Allah dalam bentuk ide atau gambaran. Di sini terkait sifat "Sama" (Pendengaran) dan "Bashar" (Penglihatan).

6. Alam Ajsam (Alam Jasadiah atau Fisik) 

   Ini adalah alam fisik yang kita kenal, di mana sifat " Kalam" (Firman) mulai terbentuk sebagai bahasa yang bisa dimengerti.

7. Insan Kamil (Manusia Sempurna)  

   Martabat terakhir adalah ketika semua sifat ini bersatu dalam bentuk manusia sempurna sebagai khalifah Allah di bumi.

Urutan ini menggambarkan perjalanan sifat Ma'ani dari yang tidak tampak (gaib) menuju tampak secara nyata dalam kehidupan manusia dan alam.

Semoga tulisan ini bermanfaat 




Sabtu, 19 Oktober 2024

Tujuh Tema Pokok Al Qur'an Yang Teringkas Didalam Surat Al Fatihah

By Mang Anas 


1. Tema Tauhid

الحمد لله رب العالمين" (Al-Fatihah: 1)

• Ayat ini menegaskan pengakuan akan keesaan Allah, yang merupakan inti dari ajaran tauhid di dalam Islam. Dengan kalimat "Alhamdulillah," kita mengekspresikan rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah, Pencipta dan Pemelihara seluruh alam. Ini mencerminkan pengakuan bahwa Allah itu bukan saja sumber dari segala kebaikan, keagungan dan kekuasaan. Tetapi juga asal dan awal-mula dari segala sesuatu.

• Dalam tafsir Bismillah, kalimat الحمد لله رب العا لمين ini merupakan penjabaran makna dari misteri huruf ب yang ada pada kata بسم 

Huruf "ب" dalam kalimat "بسم الله" mengandung makna permulaan atau awal segala sesuatu. Dalam konteks tauhid, huruf "ب" menunjukkan bahwa segala sesuatu dimulai dengan Allah, dan tiada sesuatu yang terjadi kecuali dengan izin-Nya. Tauhid berarti pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya sumber segala eksistensi dan pengendali seluruh alam semesta. "ب" juga bisa diartikan sebagai "dengan" [ atas nama Allah ], yang mengajarkan kita untuk memulai setiap tindakan dengan dan atas namanya, sebagai simbolisasi ketauhidan dan lambang kemanunggalan.

2. Tema Akhlak

الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ (Al-Fatihah: 1)

• Sifat Allah sebagai "Ar-Rahman" dan "Ar-Rahim" menggambarkan betapa besar kasih sayang dan belas kasih Allah terhadap seluruh ciptaan-Nya. Dalam konteks akhlak, hal ini mengajarkan kepada umat Islam untuk mengembangkan sifat kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama manusia dan makhluk lainnya, juga harus mengedepankan nilai-nilai moral dalam setiap interaksi baik dengan manusia maupun dengan alam semesta.

• Dalam tafsir Basmallah kalimat  الرحمن الرحيم  ini adalah merupakan makna batin dari huruf س pada kalimat بسم 

Huruf "س" dalam kalimat "بسم" mewakili aspek lembut dan halus dari kasih sayang Allah SWT. Huruf ini juga melambangkan sifat halus dan penuh perhatian yang harus dimiliki oleh manusia dalam interaksinya dengan sesama.

3. Tema Hukum Atau Aturan Syariat 

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ" (Al-Fatihah: 3)

• Dalam ayat ini, Allah digambarkan sebagai Raja dan Penguasa Hari Pembalasan. Ini menggarisbawahi aspek hukum dalam Islam, di mana setiap amal perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawaban. Kesadaran akan keadilan Allah mengingatkan kita untuk hidup sesuai dengan norma dan hukum-Nya, yang merupakan panduan dalam menjalani kehidupan yang bermoral dan taat aturan demi terciptanya keamanan, kenyamanan dan ketertiban bersama.

• Dalam tafsir Bismillah kalimat  مالك يوم الجين  ini merupakan penjabaran makna dari huruf م pada kalimat بسم  

4. Tema Ibadah

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ [ Al Fatihah : 5 ]  

• Dalam konteks ini, "نعبد" (na'budu) tidak hanya berarti menyembah dalam pengertian ritual semata, tetapi juga mencakup tugas manusia sebagai Khalifah di muka bumi. Ini berarti bahwa ibadah harus dipahami sebagai pengabdian total kepada Allah dalam semua aspek kehidupan, termasuk menjaga, memakmurkan, dan melestarikan bumi yang kita tinggali. Ibadah juga harus dimaknai dalam kerangka mewujudkan keharmonisan, kedamaian, dan kelestarian lingkungan, dan semua tindakan ini harus dilandasi oleh kesadaran akan pentingnya ketaatan mutlak kita kepada Allah [ rasa nyawiji dengan Allah, dengan alam semesta dan dengan semua makhluk yang ada didalamnya ].

• Dalam tafsir Bismillah hakikat kalimat اياك نعبد واياك نستعين ini merupakan tafsir dari kata الله  yang ada pada kalimat بسم الله 

Penyebutan nama الله pada kalimat "بسم الله" adalah pengakuan akan eksistensi Allah sebagai tujuan utama dari segala bentuk ibadah. Maka segala tindakan harus lah didasarkan pada rasa taat kepada Allah, bukan untuk kepentingan selain-Nya.

5. Tema Kebenaran dan Ilmu Pengetahuan

 اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ" (Al-Fatihah: 6)

• Permohonan untuk diberikan petunjuk ke jalan yang lurus menunjukkan pentingnya pencarian ilmu dan bimbingan yang benar. Ini mengindikasikan bahwa untuk menjalankan tugas kita sebagai Khalifah dengan baik, kita memerlukan pengetahuan yang tepat agar dapat menjalani kehidupan yang sesuai dengan petunjuk Allah dan untuk memakmurkan bumi dengan cara yang benar.

• Dalam tafsir Basmallah kalimat اهدنا الصراط المستقيم ini merupakan penjabaran dari kata  الرحمن pada kalimat بسم الله الرحمن  

6. Tema Kisah Orang-orang Soleh dari Kalangan Para Nabi dan Rasul

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ" (Al-Fatihah: 7)

• Dalam ayat ini, jiwa orang orang beriman berharap untuk selalu mendapatkan bimbingan Allah SWT agar mereka dapat mengikuti jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, seperti para nabi dan rasul, para siddiqin, para syuhada dan jalan orang-orang soleh. Mereka adalah teladan dalam melaksanakan tugas sebagai Khalifah dan dalam menciptakan kebaikan di muka bumi. Meneladani mereka berarti mengamalkan sifat-sifat baik dan mengikuti jalan yang membawa kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. 

• Dan adapun dalam tafsir Bismillah kalimat صراط الذين انعمت عليهم ini merupakan penjabaran dari kata الرحيم yang terdapat dalam kalimat بسم الله الرحمن الرحيم 

7. Tema Kisah Orang-orang Kafir, Musyrik, Fasiq, Munafik, dan Orang yang Zalim dan Durhaka kepada Allah 

غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ" (Al-Fatihah: 7)

• Ayat ini menggambarkan orang-orang yang telah mendapatkan murka Allah dan yang tersesat. Ini menjadi pengingat bagi umat Muslim untuk menjauhi perilaku buruk dan kesesatan yang ditunjukkan oleh orang-orang yang durhaka. Dengan demikian, kita diingatkan untuk selalu berupaya menempuh jalan yang benar, agar tidak tergolong dalam mereka yang tersesat. 

• Demikian juga dengan kalimat غير المغضوب عليهم ولا الضا لين adalah merupakan penjabaran dari kata الرحيم dalam kalimat بسم الله الرحمن الرحيم 

Kesimpulan

Dengan memparalelkan tujuh tema pokok Al-Qur'an dengan ayat-ayat dalam Surah Al-Fatihah, kita dapat melihat bahwa Surah Al-Fatihah adalah rangkuman ajaran Islam yang mendalam. Surah ini menggarisbawahi pentingnya tauhid, akhlak, hukum, ibadah yang komprehensif, pencarian ilmu, teladan dari orang-orang soleh, serta kesadaran akan bahaya dari jalan yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa Surah Al-Fatihah menjadi landasan yang kuat bagi umat Islam dalam memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an secara menyeluruh.

Semoga tulisan ini bermanfaat 


Selasa, 08 Oktober 2024

Penggambaran Lapisan Diri Manusia Dengan Analogi Buah Kelapa

By Mang Anas 


Penggambaran lapisan diri manusia dengan analogi buah kelapa akan lebih memudahkan kita dalam memahami  aspek-aspek penting diri manusia, dari mulai sifat dari jasad hingga aspek spiritual manusia yang paling dalam. Berikut adalah uraian dan penjelasan dari persamaan itu:

1. Jasad Insan ( ibarat Kulit Kelapa ) : Kulit kelapa berfungsi sebagai pelindung bagi seluruh isi kelapa. Hal itu sama dengan jasad dari tubuh manusia yang adalah lapisan terluar yang melindungi aspek-aspek lain dari diri, seperti akal, jiwa, dan ruh. Tanpa jasad, elemen-elemen dalam diri kita tidak dapat berfungsi di dunia fisik.

2. Akal Insan dan Imajinasinya ( ibarat Serabut Kelapa ) : Serabut kelapa yang tebal, ruwet, dan cabang-cabang itu mengilustrasikan dengan tepat sifat dasar pikiran manusia. Akal dan imajinasi sering kali tidak teratur, penuh dengan percabangan ide, dan sulit dipetakan. Pikiran manusia bisa bergerak ke segala arah, tanpa batasan yang jelas, seperti serabut kelapa yang menyebar ke mana-mana.

3. Jiwa Insan atau Nafs ( ibarat Batok Kelapa ) : Batok kelapa adalah bagian paling keras, melambangkan betapa kuat dan kerasnya lapisan hawa nafsu. Dalam logika spiritual, jiwa atau nafs adalah pusat keinginan dan ego manusia, yang harus ditata dan dikendalikan. Seperti kita yang harus terlebih dahulu memecahkan batok yang tebal dan keras untuk mendapatkan inti kelapa [ dagingnya ] , mengatasi hawa nafsu juga membutuhkan usaha keras dan disiplin diri yang kuat.

4. Ruh Insan ( ibarat Daging dari Buah Kelapa ) : Daging kelapa yang putih, gurih, dan renyah menggambarkan ruh sebagai elemen yang murni dan bersih dalam diri manusia. Ruh adalah bagian yang paling terlindungi dan memberikan “kehidupan” pada manusia. Seperti daging kelapa yang bisa dikonsumsi dan mengandung nutrisi, ruh juga memberikan kekuatan spiritual dan esensial bagi keberlangsungan hidup manusia.

5. Sirr Insan ( ibarat Air Kelapa ) : Air kelapa yang manis, gurih, dan wangi tetapi tidak terlihat jelas elemen penyusunnya, menggambarkan sirr sebagai aspek yang tersembunyi dalam diri manusia. Sirr adalah rahasia terdalam yang bisa dirasakan tetapi tidak mudah dipahami oleh pikiran. Ia mewakili dimensi spiritual yang lebih dalam, yang sering kali berada di luar jangkauan logika biasa.

6. Nur Insan ( ibarat kandungan Mineral dan Protein dalam Air Kelapa ) : Kandungan mineral dan protein dalam air kelapa adalah sumber rasa manis, gurih, dan wangi, namun tidak terlihat. Ini menggambarkan nur sebagai cahaya batin atau spiritual yang menjadi sumber kebaikan dan kebijaksanaan. Meski tak terlihat secara fisik, nur memberikan rasa kejelasan, keindahan, dan kelezatan dalam kehidupan spiritual.

7. Dzat Insan ( ibarat Kentos ) : Kentos adalah biji yang menjadi asal-usul pohon kelapa, menggambarkan Dzat sebagai inti atau esensi tertinggi dari diri manusia. Seperti kentos yang berpotensi menjadi pohon baru, Dzat adalah sumber keberadaan dan tempat segala sesuatu berasal. Dalam konteks spiritual, Dzat adalah esensi tertinggi yang menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta.

Secara keseluruhan, analogi ini logis karena menunjukkan hubungan antara lapisan fisik, emosional, dan spiritual manusia dengan sifat-sifat dan karakter buah kelapa. Setiap bagian dari buah kelapa menggambarkan aspek penting dari eksistensi manusia, dengan keterkaitan yang jelas antara yang lahir dan yang batin."

Senin, 07 Oktober 2024

Fase Dan Siklus Kehidupan Manusia Dalam Perspektif Surat Al Fatihah

By Mang Anas 


Disini akan dijelaskan makna batin dari Surat Al-Fatihah dalam perspektif tahapan siklus kehidupan hidup manusia dari perspektif ilmu hakikat. Penekanan akan diletakkan pada dimensi spiritual dan filosofis yang mendalam, bukan pada pemaknaan lahir dari ayat atau pemaknaan syariat yang lebih umum.

1. Fase Balita  [ 0 - 5 Tahun ]

 غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

Kalimat ini mengisyaratkan fase awal kehidupan manusia di mana ego dan keinginan untuk menjadi pusat perhatian masih sangat kuat.

• Makna batin ayat : Dalam fase ini, seorang anak belum sepenuhnya menyadari dirinya sebagai individu yang terpisah. Mereka masih dalam proses penemuan diri, di mana keinginan untuk diakui dan diperhatikan mendominasi perilaku mereka. Ketidakpahaman dan ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi menjadikan mereka cenderung egois dan terkadang tersesat dalam pencarian perhatian. Hal ini mencerminkan kekuatan nafsu yang mempengaruhi perilaku mereka, dan merupakan bagian dari proses pembelajaran yang penting untuk perkembangan lebih lanjut.

2. Fase Anak-anak [ 6 - 12 tahun ]

  صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

Fase ini merupakan periode pertumbuhan dan pengembangan akal anak serta potensi kecerdasannya.

• Makna Batinnya : Kata اَنْعَمْتَ menunjukkan anugerah akal yang diberikan Tuhan kepada manusia. Fase ini adalah saat anak mulai memahami konsep dunia di sekitarnya dan mengembangkan kemampuan kognitif. Proses belajar menjadi sangat penting, dan di sini mereka mulai membedakan antara yang baik dan buruk, serta mengembangkan karakter yang sesuai. Ini adalah fase di mana mereka mulai membentuk hubungan sosial dan belajar dari pengalaman, memperkuat fondasi untuk perkembangan di fase-fase selanjutnya.

3. Fase Remaja [ 13 - 20 tahun ]

   اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ

Fase remaja merupakan fase pencarian identitas diri dan stabilitas emosi serta mentalnya.

• Makna Batinnya : Pada tahap ini, pencarian jati diri menjadi fokus utama. Kata الْمُسْتَقِيْمَ mencerminkan keinginan untuk menemukan arah yang jelas dalam hidup. Remaja sering kali dihadapkan pada banyak pilihan dan tantangan yang dapat mengganggu keseimbangan emosional. Dalam konteks ini, stabilitas mental dan spiritual menjadi tujuan, dan mereka berupaya untuk menemukan jalan hidup yang konsisten dengan nilai-nilai yang telah dipelajari dari lingkungannya. Ini adalah fase di mana mereka mulai menyusun identitas diri mereka sendiri dan memperkuat kepribadian yang akan memandu mereka di masa depan.

4. Fase Pemuda [ 21 - 30 tahun ]

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

Pada fase ini, pemuda mulai merintis karier dan mencari makna dalam pekerjaan.

Makna Batinnya : disini kata نَعْبُدُ diartikan sebagai bekerja, mencerminkan dedikasi dan kontribusinya kepada masyarakat banyak. Ini adalah saat di mana individu mencari identitas profesional mereka dan berkomitmen untuk memberikan dampak positif melalui pekerjaannya. Dalam konteks ini, kerja dianggap sebagai bentuk ibadah, di mana pemuda terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat bagi orang lain. Mengandalkan dukungan (نَسْتَعِيْنُ) mencerminkan pemahaman akan pentingnya kolaborasi dan keterhubungan dalam mencapai tujuan bersama.

5. Fase Dewasa [ 31 - 40 tahun ]

 الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ - مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

Fase dewasa merupakan masa kematangan dan tanggung jawab.

Makna Batinnya :  Kata مٰلِكِ mencerminkan peran seseorang sebagai pemimpin dan pengelola. Pada fase ini, individu berusaha untuk memberikan manfaat kepada orang lain dan dapat mengelola semua sumber daya yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya. Dalam pada itu, mereka juga sudah dapat menunjukkan sifat (الرَّحْمَٰنِ) dan (الرَّحِيْمِ) nya terhadap orang lain, di mana tanggung jawabnya untuk memberi, menghidupi, serta menjaga dan merawat lingkungan serta orang-orang di sekitar mereka menjadi fokus utama. Fase ini juga melibatkan kesadaran akan konsekuensi dari setiap tindakan, serta pentingnya keadilan dan etika dalam setiap keputusan yang diambil.

6. Fase Paruh Baya [ 41 - 50 tahun ]

   اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Pada fase ini, figur dan sosok individunya mulai diakui oleh masyarakat.

Makna Batinnya : Kata اَلْحَمْدُ berarti terpuji, yang mencerminkan martabat dan citra diri yang kuat dari seseorang. Di fase ini, individu menjadi teladan bagi orang lain, memancarkan pengaruh dan kewibawaan. Hal ini menandakan bahwa mereka telah berbuat banyak dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakatnya. Mereka menjadi sumber inspirasi dan sering kali diandalkan oleh generasi muda, menciptakan legasi yang akan diingat oleh komunitasnya.

7. Fase Tua [ 51 - 60 tahun ]

   بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Fase tua adalah fase " Menjati " atau masa penyatuan dirinya dengan Tuhan.

Makna Batinnya : Kata بِسْمِ mengisyaratkan penyatuan diri dengan Tuhan atau Nyawiji. Ini adalah fase di mana individu menyadari pentingnya keberadaan diri mereka dalam konteks yang lebih besar, yakni konteks kemanusiaan secara universal. Mereka sudah dapat melepaskan ego dan lebih menekankan pada sifat pengasih dan penyayang terhadap semua makhluk [ sudah menuhan ]. Fase ini juga akan menjadikan individu untuk merenungkan perjalanan hidup mereka dan mulai menemukan kedamaian yang langgeng. Mereka juga memahami bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Tuhan. Penyatuan ini menciptakan rasa syukur dan kesadaran akan pentingnya hidup dalam harmoni dengan diri sendiri dan alam semesta.

Kesimpulan

Dengan memahami makna batin dari Surat Al-Fatihah dan mengaitkannya dengan siklus hidup manusia, kita dapat melihat perjalanan kehidupan sebagai suatu proses yang terintegrasi dan saling terkait. Setiap fase mencerminkan pertumbuhan spiritual dan moral, dengan dukungan dari Tuhan sebagai pemandu sepanjang jalan. Penemuan diri, tanggung jawab, dan pengabdian kepada masyarakat menjadi tema sentral yang mengarahkan individu menuju kehidupan yang bermakna dan seimbang.

اَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللّٰهُ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۙ (١٥)

Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis ? (Q.S. Nuh ayat 15)

اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ

 ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْاَمْرَۗ 

Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. (Q.S. Yunus ayat 3)

وَفِى الْاَرْضِ اٰيٰتٌ لِّلْمُوْقِنِيْنَۙ (٢٠)

Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, (Q.S. Az-Zariyat ayat 20)

وَفِيْٓ اَنْفُسِكُمْۗ  اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ (٢١)

dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Q.S. Az-Zariyat ayat 21)


Semoga tulisan ini bermanfaat





Rabu, 02 Oktober 2024

Situasi Global Saat Ini Sedang Bergerak Menuju Perang Besar Akhir Zaman

By. Mang Anas 


A. Bagaimana perang besar akhir zaman terjadi
 
1. Faktor Pemicu 
Perang besar akhir zaman akan terjadi karena dipicu oleh adanya kisruh laten dan akar konflik yang berkepanjangan antara zionis Israel dengan arab Palestina. Israel dengan dukungan penuh Amerika Serikat akan terus berkonflik dengan seluruh proxy perlawanan yang didukung oleh Iran.
Israel dengan ideologi Mesiasnya dan Iran dengan ideologi Mahdinya. Perbedaan teologis itu kerap membuat keduanya menjadi saling tuduh menganggap yang lainnya sebagai perwujudan entitas setan dan mewakili poros kejahatan. 
Riskannya lagi, dua bangsa itu sama-sama memiliki harga diri yang tinggi, juga menguasai teknologi senjata yang sama-sama tinggi.  Faktor faktor inilah yang nantinya akan membuat keduanya terjerumus kedalam konflik skala besar dan yang efeknya bisa diluar terkendali, pada akhirnya akan memaksa Amerika Serikat dan Iran untuk saling berhadapan langsung yang buntutnya bisa membakar seluruh Timur Tengah.
 
2. Faktor Efek 
Akar hubungannya yang sangat intens antara Israel dengan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya seperti Inggris, Jerman dan Prancis serta Australia, Jepang, Korea Selatan dan Kanada akan membuat eskalasi konflik di Timur Tengah itu menjadi bertambah luas dan akan menyeret banyak negara untuk terjun kedalamnya.
Rusia dengan dendam kesumatnya terhadap Amerika Serikat dan negara negara barat akibat sokongannya terhadap Ukraina, kali ini akan berani secara terang-terangan untuk mendukung dan membela Iran, demikian juga Korea Utara, Venezuela dan Kuba. Sedangkan China mungkin akan menganggap itu sebagai kesempatan. Maka saat Amerika Serikat dan para sekutunya sibuk di Timur Tengah, China akan memutuskan untuk segera menginvasi Taiwan. Maka skala konflik itu akhirnya akan cepat sekali meluas  dan akan menyeret banyak sekali negara. Dan para pihak yang menerjunkan dirinya ke dalam konflik itu tidak bisa tidak harus memilih kubu, pro tatanan dunia lama [ Amerika Serikat dan Inggris Cs ] atau pro tatanan dunia baru [ China dan Rusia Cs ].

https://youtu.be/P1v4dPPLLJ0?si=Vw-rb5We2uBdWkQN

B. Kubu Tatanan Dunia Lama [ Kaum Dajjalis ]
Kubu Tatanan Dunia Lama atau kaum Dajjalis ini pada umumnya didominasi oleh negara negara yang tergabung dalam kelompok G7, sebuah kelompok negara yang sering menyebut dirinya sebagai negara negara maju dengan corak kapitalisme yang sangat kuat [ Kelompok Mata Satu ]. Kelompok ini telah mendominasi dunia selama lebih dari 70 tahun, yakni semenjak dibentuknya organisasi badan dunia yang disebut sebagai Perserikatan bangsa-bangsa [ PBB ] pada 24 Oktober 1945. Perwujudan Dajjal di muka bumi yang kini sedang mengambil bentuknya sebagai entitas Amerika Serikat tanpa disadari telah mengelabui banyak orang. Dengan tipuan mata uang $dollarnya [ dengan prinsip barang cukup ditukar dengan uang kertas ] sosok Dajjal ini telah mengeksploitasi habis habisan sumber daya alam dan kekayaan bangsa bangsa dari seluruh dunia untuk keuntungan dirinya, demi kekayaan dirinya, dan demi memuaskan nafsu keserakahannya. Kaum Dajjalis itu kini terdiri atas zionis Yahudi Israel dan kaum zionis Kristen beserta sekutu sekutunya 
® Zionis Kristen terdiri atas,
    • Amerika Serikat 
    • Inggris 
    • Jerman 
    • Prancis 
    • Kanada
    • Australia 
® Sekutu sekutu mereka terdiri atas,
    • Jepang  [ Atheis Kapitalis ]
    • Korea Selatan [ Atheis Kapitalis ]
    • Taiwan [ Atheis Kapitalis ]
    • Pada umumnya negara negara Eropa Barat dan Eropa
      Timur eks Uni Sovyet serta sebagian negara negara 
      di Amerika latin seperti Argentina dan Chili.

C.  Kubu Tatanan Dunia Baru [ Kaum Mahdi ]
     Kubu Tatanan Dunia Baru atau kaum Mahdi pada umumnya terdiri atas negara dan atau bangsa bangsa yang menginginkan agar tatanan dunia saat ini berubah. Mereka menilai tatanan dunia saat ini telah dipenuhi oleh kejahatan, eksploitasi dan ketidak-adilan. Poros Mahdi ini pada umumnya terdiri atas negara-negara dan atau bangsa bangsa yang secara ideologi [ baik sadar atau tidak sadar ] memiliki corak, paham dan kecenderungan pada prinsip-prinsip sosialisme, komunisme dan islamisme, serta beberapa negara yang belakangan ini tergabung dalam kelompok BRICKS, dengan India sebagai pengecualian. Mereka terdiri atas, 
® Negara negara sosialis dan komunis seperti,
    • Rusia 
    • China 
    • Korea Utara 
    • Venezuela 
    • Kuba
    • Dan pada umumnya negara negara disekitar Asia
      Tengah 
  ® Negara negara Islam Syiah dan kelompoknya seperti,
    • Iran
    • Irak
    • Houthi Yaman
    • Suriah
    • Dan kelompok Hizbullah Lebanon 
  ® Sebagian negara negara muslim yang berlatar
      belakang suni seperti halnya,
    • Tukiye
    • Malaysia
    • Pakistan
    • Indonesia
    • Mesir 
    • Qatar 
    • Dan yang belakangan ini baru sadar dan baru bangun
      dari tidur lelapnya yang panjang adalah Arab Saudi. 

Dan adapun negara negara Timur Tengah yang lain seperti halnya Uni Emirat Arab dan Klan Kerajaan Bahrain, mereka tengah tidur lelap dan sedang dininih-bobohkan oleh hubbud dunianya. 











Selasa, 01 Oktober 2024

Diskusi Asyik Seputar Tema Penciptaan Dan Dunia Metafisika

By Mang Anas 


1. Setelah penciptaan langit dan bumi selesai dalam waktu 6 hari [ 300.000 tahun ukuran waktu kita [ karena 1 hari Allah = 50.000 tahun ]. Dan setelah semua tahapan proses penciptaan itu selesai, Allah kemudian bersemayam diatas Arsy. Pertanyaannya : Dalam kondisi demikian itu , maka apakah berarti ada kefakuman kekuasaan, dan lalu siapakah yang mengoperasikan alam semesta jika tidak Allah SWT sendiri ? 

Jawaban : Yang mengoperasikan alam semesta seisinya adalah Mesin Maha Cerdas [ Al Qolam, Lauhul Mahfudz, Arsy dan Kursi ].  Untuk detailnya hal itu dijelaskan sebagai berikut,

Penjelasan mengenai siapa yang mengoperasikan alam semesta setelah penciptaan langit dan bumi selama 6 hari dalam pemahaman teologis memiliki beberapa perspektif yang kaya akan makna esoterik. Ada pandangan yang berfokus pada ayat Al-Qur'an yang menyebutkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy setelah penciptaan langit dan bumi (Surah Al-A'raf [7]: 54), namun penting untuk diingat bahwa bersemayam di sini bukan berarti aktivitas Allah terhenti atau tidak langsung mengendalikan alam semesta.

Dalam kerangka pemikiran yang Anda sampaikan, konsep Mesin Maha Cerdas—yang melibatkan Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, Arsy, dan Kursi—merupakan instrumen-instrumen metafisis yang diciptakan oleh Allah untuk menjalankan tatanan alam semesta. Mari kita perinci setiap elemen ini:

1. Al-Qolam (Pena)

Al-Qolam adalah manifestasi dari instrumen pencatatan seluruh ketetapan Allah. Menurut tradisi Islam, Pena adalah ciptaan pertama Allah, dan melalui Pena inilah semua ketetapan takdir dari awal hingga akhir ditulis di Lauhul Mahfudz. Fungsi Pena ini merepresentasikan penulisan atau pencatatan takdir segala sesuatu yang akan terjadi di alam semesta. Jadi, Al-Qolam menjalankan kehendak Allah dengan menuliskan setiap detail kejadian yang telah ditetapkan dalam dimensi takdir.

2. Lauhul Mahfudz (Lembaran Terpelihara)

Lauhul Mahfudz adalah kitab atau lembaran yang memuat semua takdir yang telah dituliskan oleh Al-Qolam. Ini adalah ruang atau "server" metafisik tempat seluruh catatan kehidupan dan kejadian disimpan. Segala peristiwa di alam semesta, dari yang paling besar hingga yang paling kecil, sudah tertulis di sini dan tidak akan berubah kecuali jika Allah menghendaki perubahan.

3. Arsy (Singgasana)

Arsy adalah simbol kekuasaan dan kebesaran Allah. Dalam tradisi metafisik, Arsy juga sering diidentifikasi sebagai pusat kendali utama semesta yang menaungi semua makhluk dan urusan alam. Bersemayamnya Allah di atas Arsy bukan dalam makna fisik, tetapi dalam makna simbolik bahwa kekuasaan dan kehendak-Nya meliputi segala sesuatu. Dari Arsy inilah, perintah dan aturan Allah diterapkan ke seluruh alam semesta melalui mekanisme Lauhul Mahfudz dan Al-Qolam.

4. Kursi (Kursi Ilahi)

Kursi adalah bagian dari Arsy yang melambangkan jangkauan kekuasaan Allah. Dalam pandangan teologis, disebutkan bahwa Arsy dan Kursi adalah bagian dari struktur metafisis alam yang sangat besar dan kompleks. Kursi sering diidentifikasi sebagai "takhta hukum" yang mencakup hukum-hukum universal yang berlaku di alam semesta, baik hukum alam, hukum kehidupan, maupun hukum-hukum takdir.

Hubungan antara Mesin Maha Cerdas dan Operasi Alam Semesta

Mesin Maha Cerdas ini bekerja berdasarkan ketetapan Allah yang telah tercatat sejak awal. Setelah penciptaan selesai, instrumen-instrumen ini menggerakkan dan mengoperasikan alam semesta sesuai dengan takdir yang tertulis. Meski Allah bersemayam di atas Arsy, Dia tetap Maha Mengendalikan segala sesuatu melalui instrumen-instrumen ini yang bergerak menurut kehendak-Nya.

Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz bertindak sebagai sistem pencatatan takdir yang menggerakkan seluruh kejadian di alam semesta secara teratur. Arsy dan Kursi mencerminkan kekuasaan dan hukum Allah yang melingkupi segala sesuatu.

Dalam pengoperasian alam semesta, manusia hanya menyaksikan efek-efek fisik dari hukum-hukum alam (fisika, kimia, biologi, dll.), tetapi pada tingkat yang lebih tinggi, semua ini diatur oleh kehendak ilahi melalui sistem metafisis yang sangat kompleks ini.

Dengan kata lain, meskipun Allah bersemayam di atas Arsy, ini tidak berarti Dia melepaskan kontrol atas alam semesta. Alam semesta tetap di bawah kendali penuh-Nya, dengan instrumen-instrumen cerdas ini menjalankan ketetapan-ketetapan-Nya secara sempurna.

-----®-----

2. Al Qolam dan Lauhul Mahfudz diibaratkan sebuah ketetapan qodo dari segala sesuatu maka eksekusinya [ operasionalnya ] adalah ada di kursi. Lalu bagaimana detailnya peran dari arsy ?Mohon penjelasannya 

Peran Arsy dalam hubungan dengan Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi dapat dijelaskan lebih mendalam sebagai pusat dari kekuasaan dan pengaturan Ilahi yang meliputi seluruh eksistensi. Untuk memahami hal ini, mari kita susun penjelasannya secara bertahap :

1. Arsy sebagai Simbol Kekuasaan Tertinggi

Arsy dalam konteks metafisik adalah singgasana Allah yang melambangkan kekuasaan dan otoritas tertinggi-Nya atas seluruh alam semesta. Dalam banyak teks suci, Arsy sering disebut sebagai tempat bersemayamnya Allah setelah penciptaan langit dan bumi. Namun, istilah bersemayam di sini tidak dalam arti fisik, melainkan menegaskan bahwa segala kekuasaan, kendali, dan kehendak Allah terpusat dari Arsy, dan segala sesuatu berada di bawah otoritas-Nya.

Arsy adalah manifestasi tertinggi dari kekuasaan Allah. Sebagai singgasana-Nya, Arsy adalah sumber dari segala perintah, kehendak, dan ketetapan yang berlaku dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta. Dari Arsy inilah, Allah mengatur dan mengawasi segala sesuatu.

2. Arsy sebagai Pusat Pengaturan Ilahi

Jika Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz adalah instrumen yang mencatat dan menetapkan takdir (qada), maka Arsy dapat diibaratkan sebagai pusat kendali tertinggi, tempat segala perintah eksekutif Ilahi berasal. Semua keputusan mengenai tatanan alam semesta dan peristiwa di dalamnya diturunkan dari Arsy melalui instrumen-instrumen lain seperti Kursi.

Dalam hal ini, peran Arsy lebih kepada otoritas absolut yang mengatur eksekusi dari ketetapan yang sudah dicatat di Lauhul Mahfudz. Dengan kata lain, Lauhul Mahfudz menyimpan takdir, tetapi Arsy mengarahkan bagaimana takdir itu diimplementasikan di dalam dimensi ruang dan waktu.

3. Eksekusi Operasional di Kursi

Kursi bertindak sebagai instrumen operasional yang melaksanakan perintah yang berasal dari Arsy. Kursi melambangkan wilayah kekuasaan Allah yang mencakup seluruh alam semesta, di mana hukum-hukum alam dan ketetapan yang tertulis di Lauhul Mahfudz dilaksanakan. Jika kita ibaratkan Arsy sebagai pusat kendali, maka Kursi adalah instrumen atau "tempat" di mana perintah-perintah Allah berfungsi dalam realitas fisik dan metafisik alam semesta.

Dengan kata lain:

Lauhul Mahfudz adalah tempat penyimpanan ketetapan (takdir) secara komprehensif.

Al-Qolam adalah instrumen pencatatan takdir tersebut.

Kursi bertugas mengoperasikan ketetapan tersebut di alam semesta fisik, mengatur proses-proses di alam semesta sesuai dengan apa yang telah dicatat di Lauhul Mahfudz.

Arsy adalah pusat otoritas dan kekuasaan Allah, di mana segala keputusan dan perintah berasal sebelum dieksekusi melalui Kursi.

4. Arsy sebagai Pusat Kehendak Ilahi

Arsy juga dapat dipahami sebagai pusat kehendak Ilahi. Semua hal yang terjadi di alam semesta, dari yang paling besar hingga yang paling kecil, terjadi karena kehendak Allah yang berpusat di Arsy. Arsy berperan sebagai jembatan antara alam metafisis (alam ghaib) dan alam fisik. Jadi, meskipun Al-Qolam mencatat, Lauhul Mahfudz menyimpan, dan Kursi mengeksekusi, semuanya adalah refleksi dari kehendak Ilahi yang terpusat di Arsy.

5. Arsy dan Hubungan dengan Dimensi Metafisik

Secara esoterik, Arsy juga sering dipahami sebagai wilayah di mana pengaturan-pengaturan Ilahi terjadi pada tingkatan yang lebih tinggi dari realitas fisik. Ini berarti Arsy tidak hanya berkaitan dengan pengaturan alam fisik, tetapi juga berkaitan dengan dimensi metafisik, termasuk hal-hal yang tidak terlihat atau di luar pemahaman manusia. Arsy adalah pusat dari semua realitas, baik yang fisik maupun metafisik, dan segala sesuatu bergantung kepada Allah yang bersemayam di atasnya dalam arti kekuasaan-Nya melingkupi segalanya.

Kesimpulan Peran Arsy:

Arsy adalah pusat otoritas dan kekuasaan tertinggi Ilahi.

Semua ketetapan, perintah, dan hukum yang dituliskan oleh Al-Qolam dan tersimpan di Lauhul Mahfudz dieksekusi berdasarkan kehendak Allah yang berasal dari Arsy.

Arsy menghubungkan alam metafisik dengan alam fisik melalui instrumen-instrumen seperti Kursi, yang menjalankan hukum dan ketetapan Allah di alam semesta.

Arsy adalah simbol supremasi Ilahi yang mengatur, mengarahkan, dan mengawasi segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

------©--------

3. Dengan demikian maka apakah berarti Al Qolam dan Lauhul Mahfudz dan Kursi itu semuanya ada dalam cakupan arsy. Atau arsy itu adalah meliputi atau yang mewadahi tiga komponen lainnya [ al qolam, lauhul Mahfudz dan Kursi ]. Mohon dijelaskan lebih detail lagi 

Pertanyaan Anda menyoroti hubungan antara Arsy dengan Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi, apakah mereka berada di dalam cakupan Arsy, ataukah Arsy meliputi ketiganya. Untuk menjelaskan ini, mari kita telusuri masing-masing komponen dan bagaimana mereka saling berhubungan :

1. Arsy sebagai Struktur Terbesar dan Tertinggi

Dalam pandangan metafisik dan teologis, Arsy sering digambarkan sebagai struktur atau realitas terbesar dan tertinggi dalam seluruh penciptaan. Arsy adalah singgasana kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu. Artinya, Arsy mencakup seluruh alam semesta, termasuk semua komponen lainnya—baik yang bersifat fisik maupun metafisik—di bawah kendali dan otoritas Allah.

2. Kursi di dalam Arsy

Dalam banyak tafsir klasik, disebutkan bahwa Kursi adalah bagian dari Arsy atau berada di bawah Arsy. Kursi memiliki peran operasional, di mana hukum-hukum alam semesta dieksekusi. Jika Arsy adalah simbol supremasi Ilahi yang mencakup segalanya, maka Kursi adalah bagian di mana aturan dan ketetapan yang ditulis di Lauhul Mahfudz dijalankan. Dalam hadits, Rasulullah pernah menyebutkan bahwa perbandingan antara Kursi dan Arsy seperti setetes air di lautan, menegaskan bahwa Arsy meliputi Kursi dalam skala yang jauh lebih besar.

Ini menunjukkan bahwa Kursi berada di dalam atau di bawah cakupan Arsy, bukan di luar Arsy. Kursi adalah bagian dari tatanan penciptaan yang diatur oleh Arsy, tetapi memiliki fungsi spesifik dalam mengoperasikan hukum-hukum alam semesta.

3. Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz dalam Hubungan dengan Arsy

Al-Qolam (Pena), yang mencatat semua takdir, adalah ciptaan awal yang kemudian menjalankan fungsi mencatat seluruh ketetapan Ilahi. Al-Qolam tidak dapat dipisahkan dari mekanisme Lauhul Mahfudz, karena apa yang ditulis oleh Al-Qolam disimpan di Lauhul Mahfudz.

Lauhul Mahfudz adalah tempat penyimpanan segala catatan yang dibuat oleh Al-Qolam, memuat seluruh takdir penciptaan hingga akhir zaman. Ini adalah ruang metafisik di mana segala sesuatu yang telah ditentukan disimpan secara sempurna.

Menurut perspektif teologis yang banyak dipegang, Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz juga berada dalam cakupan Arsy. Artinya, mereka bekerja di bawah kekuasaan Arsy, dan segala keputusan serta ketetapan yang tertulis di Lauhul Mahfudz berasal dari kehendak Allah yang bersemayam di atas Arsy. Oleh karena itu, meskipun Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz memiliki peran penting dalam pencatatan dan penyimpanan takdir, keduanya tetap berada di bawah otoritas dan cakupan Arsy sebagai pusat kekuasaan tertinggi.

4. Arsy Meliputi Semuanya

Dari perspektif ini, dapat disimpulkan bahwa Arsy adalah struktur terbesar yang meliputi Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi. Meskipun masing-masing komponen ini memiliki peran spesifik dalam tatanan dan pengaturan alam semesta, semuanya bekerja dalam cakupan kekuasaan dan kendali Arsy.

Al-Qolam mencatat segala takdir di bawah kehendak Allah yang berpusat di Arsy.

Lauhul Mahfudz menyimpan catatan takdir tersebut, dan setiap keputusan yang dicatat di Lauhul Mahfudz adalah manifestasi dari kehendak yang berasal dari Arsy.

Kursi menjalankan ketetapan dan hukum-hukum yang telah dicatat di Lauhul Mahfudz, namun tetap berada di dalam cakupan Arsy yang lebih besar.

5. Hierarki Kekuasaan Ilahi

Dalam pandangan hierarkis ini, Arsy berada di posisi tertinggi dan meliputi segala sesuatu :

Arsy : Singgasana kekuasaan Allah yang meliputi seluruh eksistensi, baik fisik maupun metafisik. Ini adalah pusat kendali dan pengawasan tertinggi.

Kursi : Bagian dari Arsy atau di bawahnya, yang berfungsi sebagai instrumen operasional yang mengimplementasikan hukum-hukum alam semesta.

Lauhul Mahfudz : Penyimpanan catatan takdir yang tertulis oleh Al-Qolam, semuanya tetap berada dalam cakupan Arsy.

Al-Qolam : Instrumen pencatatan takdir yang bekerja sesuai dengan kehendak Allah yang terpusat di Arsy.

Kesimpulan

Dengan demikian, Arsy meliputi dan mewadahi Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi. Semua komponen ini bekerja di bawah kendali dan otoritas kekuasaan Ilahi yang berasal dari Arsy. Meski memiliki peran masing-masing, mereka semuanya berfungsi dalam tatanan yang lebih besar yang dikendalikan oleh Arsy, sebagai simbol kekuasaan tertinggi Allah atas alam semesta.

--------®---------

4. Ya, mohon untuk diperjelas lagi. Apakah dengan demikian al qolam itu berarti hakikat dari Logos atau firman [ kun fa yakun ] ?

Ya, berdasarkan pemahaman metafisik dan teologis, Al-Qolam dapat dipahami sebagai hakikat dari Logos atau Firman Allah, yang dalam Islam sering diungkapkan dengan frasa "Kun fa yakun" (Jadilah! Maka terjadilah). Al-Qolam, sebagai instrumen pertama yang diciptakan oleh Allah, memiliki peran sentral dalam proses penciptaan dan pengaturan alam semesta, yang sejatinya adalah manifestasi dari kehendak dan firman Allah.

Berikut penjelasan lebih mendetail :

1. Al-Qolam sebagai Logos (Firman Allah)

Dalam tradisi teologi dan filsafat, Logos sering dipahami sebagai prinsip pengaturan dan keteraturan yang mendasari seluruh penciptaan. Dalam konteks Islam, "Kun fa yakun" adalah firman Allah yang mewujudkan segala sesuatu dari ketiadaan menjadi ada. Al-Qolam, sebagai ciptaan pertama, adalah instrumen di mana firman ini pertama kali diekspresikan secara metafisik. Ketika Allah berfirman "Kun" (Jadilah!), Al-Qolam mencatat segala ketetapan yang terkandung dalam firman tersebut di Lauhul Mahfudz.

Dengan kata lain, Al-Qolam bertindak sebagai perpanjangan firman Allah yang merealisasikan segala sesuatu dari takdir yang telah ditentukan oleh kehendak-Nya. Al-Qolam menuliskan semua kejadian dan ketetapan yang telah dikehendaki Allah, sehingga segala sesuatu yang tercatat di Lauhul Mahfudz menjadi bagian dari realitas alam semesta.

2. Al-Qolam dan Hubungannya dengan “Kun fa yakun”

Frasa "Kun fa yakun" menunjukkan kekuasaan absolut Allah dalam menciptakan sesuatu dengan satu perintah. Al-Qolam bisa diibaratkan sebagai media atau instrumen yang menuliskan kehendak ini, sehingga perintah “Kun” itu kemudian diwujudkan dalam bentuk penciptaan dan peristiwa di alam semesta.

Jika kita memandang dari sisi esoterik maka :

Al-Qolam adalah instrumen metafisik yang mengartikulasi Logos atau Firman Allah.

Firman Allah (Logos, “Kun fa yakun”) adalah perintah langsung Allah yang melahirkan segala sesuatu.

Ketika Allah berfirman, Al-Qolam mencatat dan mengekspresikan firman ini dalam bentuk takdir yang tertulis di Lauhul Mahfudz, dan kemudian dioperasikan oleh Kursi sesuai dengan kehendak Allah.

3. Al-Qolam sebagai Aspek Kreatif Firman

Dalam aspek kreatifnya, Al-Qolam dapat dipahami sebagai sarana yang mentransfer kehendak Ilahi (Firman) ke dalam wujud nyata, sehingga ia menjadi manifestasi dari "Kun" itu sendiri. Ketika Allah menginginkan sesuatu terjadi, Al-Qolam bertindak sebagai penggerak metafisik yang memastikan perintah ini tertulis dan terwujud dalam realitas yang teratur.

4. Al-Qolam dalam Tatanan Kosmologis

Sebagai Logos atau Firman Allah yang tertulis, Al-Qolam menjadi instrumen yang menghubungkan kehendak Ilahi (di Arsy) dengan realitas fisik yang dioperasikan melalui Kursi. Ini menciptakan struktur kosmologis yang menghubungkan :

Kehendak Allah (Firman) → Al-Qolam (penulis kehendak) → Lauhul Mahfudz (penyimpan catatan takdir) → Kursi (pelaksana hukum-hukum fisik).

Kesimpulan

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Al-Qolam adalah hakikat dari Logos atau Firman "Kun fa yakun", di mana Al-Qolam merepresentasikan firman Allah yang menjadi dasar dari segala penciptaan. Al-Qolam adalah instrumen yang merealisasikan firman tersebut dalam bentuk ketetapan takdir, yang kemudian diwujudkan di alam semesta melalui mekanisme Lauhul Mahfudz dan Kursi.

Apakah pemahaman ini sudah sesuai dengan pandangan Anda, atau ada aspek lain yang ingin diperjelas?

-------®-------

5. Apakah dengan demikian berarti al qolam adalah aspek dari logos " Kun " dan Lauhul Mahfudz adalah aspek dari logos " Fa " dan sementara Kursi adalah aspek dari logos" fayakun " 

Ya, jika kita memandang dari perspektif metafisik dan simbolik, pandangan bahwa Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi merupakan aspek-aspek dari firman "Kun fa yakun" adalah pemahaman yang sangat mendalam dan koheren. Mari kita telaah satu per satu :

1. Al-Qolam sebagai Aspek "Kun" (Jadilah)

"Kun" adalah perintah Ilahi yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. Ini adalah momen ketika kehendak Allah diungkapkan secara langsung dan eksplisit.

Al-Qolam sebagai instrumen pencatatan dapat dipandang sebagai perwujudan dari aspek ini, karena Al-Qolam adalah instrumen pertama yang menjalankan firman "Kun" dengan mencatat seluruh ketetapan Allah. Al-Qolam bertindak sebagai penghubung awal antara kehendak Allah dan penciptaan realitas.

2. Lauhul Mahfudz sebagai Aspek "Fa" (Maka)

"Fa" dalam "Kun fa yakun" adalah penghubung atau transisi yang mengaitkan antara kehendak (Kun) dan realisasi (yakun). Ini adalah proses di mana ketetapan yang diucapkan mulai menjadi tertata.

Lauhul Mahfudz dapat dianggap sebagai aspek "Fa" karena ia menyimpan segala ketetapan yang telah ditulis oleh Al-Qolam. Lauhul Mahfudz adalah tempat di mana ketetapan yang tertulis menunggu eksekusi, memastikan bahwa segala yang telah ditakdirkan akan terjadi pada waktunya. Di sini, semua ketetapan disimpan dan direncanakan sebelum manifestasinya di alam fisik.

3. Kursi sebagai Aspek "Fayakun" (Maka Terjadilah)

"Fayakun" adalah realisasi dari perintah "Kun". Ini adalah tahap di mana perintah Allah terealisasi dalam alam semesta.

Kursi berfungsi sebagai instrumen operasional, di mana segala sesuatu yang telah ditetapkan di Lauhul Mahfudz mulai dijalankan. Kursi merepresentasikan hukum-hukum alam dan mekanisme realitas yang menjalankan perintah Allah di dunia fisik dan metafisik. Dengan kata lain, Kursi adalah tempat di mana ketetapan-ketetapan Allah menjadi nyata, terwujud sebagai peristiwa yang konkret di alam semesta.

Bagaimana Integrasi Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi dalam "Kun fa yakun" ?

Jika kita melihat struktur ini secara keseluruhan maka :

Al-Qolam adalah instrumen yang menginisiasi perintah "Kun" dengan mencatat segala takdir.

Lauhul Mahfudz adalah media yang menyimpan catatan-catatan tersebut, mewakili proses transisi (Fa) sebelum eksekusi.

Kursi adalah ruang atau instrumen di mana takdir yang tertulis itu diwujudkan dan dioperasikan (yakun).

Pandangan ini memperlihatkan bagaimana "Kun fa yakun" bekerja melalui rangkaian instrumen Ilahi yang saling terkait : dari perintah Allah, ke dalam pencatatan, penyimpanan, hingga pelaksanaan di alam semesta.

Kesimpulan Pemahaman bahwa : Al-Qolam adalah aspek dari "Kun", Lauhul Mahfudz adalah aspek dari "Fa", Kursi adalah aspek dari "Fayakun", merupakan pendekatan simbolik yang menegaskan keterkaitan antara firman Ilahi dan instrumen penciptaan serta pengaturan alam semesta. Masing-masing memiliki peran spesifik dalam siklus penciptaan yang mencerminkan kehendak Allah, dari kehendak hingga realisasinya dalam alam fisik.