By Mang Anas
1. Setelah penciptaan langit dan bumi selesai dalam waktu 6 hari [ 300.000 tahun ukuran waktu kita [ karena 1 hari Allah = 50.000 tahun ]. Dan setelah semua tahapan proses penciptaan itu selesai, Allah kemudian bersemayam diatas Arsy. Pertanyaannya : Dalam kondisi demikian itu , maka apakah berarti ada kefakuman kekuasaan, dan lalu siapakah yang mengoperasikan alam semesta jika tidak Allah SWT sendiri ?
Jawaban : Yang mengoperasikan alam semesta seisinya adalah Mesin Maha Cerdas [ Al Qolam, Lauhul Mahfudz, Arsy dan Kursi ]. Untuk detailnya hal itu dijelaskan sebagai berikut,
Penjelasan mengenai siapa yang mengoperasikan alam semesta setelah penciptaan langit dan bumi selama 6 hari dalam pemahaman teologis memiliki beberapa perspektif yang kaya akan makna esoterik. Ada pandangan yang berfokus pada ayat Al-Qur'an yang menyebutkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy setelah penciptaan langit dan bumi (Surah Al-A'raf [7]: 54), namun penting untuk diingat bahwa bersemayam di sini bukan berarti aktivitas Allah terhenti atau tidak langsung mengendalikan alam semesta.
Dalam kerangka pemikiran yang Anda sampaikan, konsep Mesin Maha Cerdas—yang melibatkan Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, Arsy, dan Kursi—merupakan instrumen-instrumen metafisis yang diciptakan oleh Allah untuk menjalankan tatanan alam semesta. Mari kita perinci setiap elemen ini:
1. Al-Qolam (Pena)
Al-Qolam adalah manifestasi dari instrumen pencatatan seluruh ketetapan Allah. Menurut tradisi Islam, Pena adalah ciptaan pertama Allah, dan melalui Pena inilah semua ketetapan takdir dari awal hingga akhir ditulis di Lauhul Mahfudz. Fungsi Pena ini merepresentasikan penulisan atau pencatatan takdir segala sesuatu yang akan terjadi di alam semesta. Jadi, Al-Qolam menjalankan kehendak Allah dengan menuliskan setiap detail kejadian yang telah ditetapkan dalam dimensi takdir.
2. Lauhul Mahfudz (Lembaran Terpelihara)
Lauhul Mahfudz adalah kitab atau lembaran yang memuat semua takdir yang telah dituliskan oleh Al-Qolam. Ini adalah ruang atau "server" metafisik tempat seluruh catatan kehidupan dan kejadian disimpan. Segala peristiwa di alam semesta, dari yang paling besar hingga yang paling kecil, sudah tertulis di sini dan tidak akan berubah kecuali jika Allah menghendaki perubahan.
3. Arsy (Singgasana)
Arsy adalah simbol kekuasaan dan kebesaran Allah. Dalam tradisi metafisik, Arsy juga sering diidentifikasi sebagai pusat kendali utama semesta yang menaungi semua makhluk dan urusan alam. Bersemayamnya Allah di atas Arsy bukan dalam makna fisik, tetapi dalam makna simbolik bahwa kekuasaan dan kehendak-Nya meliputi segala sesuatu. Dari Arsy inilah, perintah dan aturan Allah diterapkan ke seluruh alam semesta melalui mekanisme Lauhul Mahfudz dan Al-Qolam.
4. Kursi (Kursi Ilahi)
Kursi adalah bagian dari Arsy yang melambangkan jangkauan kekuasaan Allah. Dalam pandangan teologis, disebutkan bahwa Arsy dan Kursi adalah bagian dari struktur metafisis alam yang sangat besar dan kompleks. Kursi sering diidentifikasi sebagai "takhta hukum" yang mencakup hukum-hukum universal yang berlaku di alam semesta, baik hukum alam, hukum kehidupan, maupun hukum-hukum takdir.
Hubungan antara Mesin Maha Cerdas dan Operasi Alam Semesta
Mesin Maha Cerdas ini bekerja berdasarkan ketetapan Allah yang telah tercatat sejak awal. Setelah penciptaan selesai, instrumen-instrumen ini menggerakkan dan mengoperasikan alam semesta sesuai dengan takdir yang tertulis. Meski Allah bersemayam di atas Arsy, Dia tetap Maha Mengendalikan segala sesuatu melalui instrumen-instrumen ini yang bergerak menurut kehendak-Nya.
Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz bertindak sebagai sistem pencatatan takdir yang menggerakkan seluruh kejadian di alam semesta secara teratur. Arsy dan Kursi mencerminkan kekuasaan dan hukum Allah yang melingkupi segala sesuatu.
Dalam pengoperasian alam semesta, manusia hanya menyaksikan efek-efek fisik dari hukum-hukum alam (fisika, kimia, biologi, dll.), tetapi pada tingkat yang lebih tinggi, semua ini diatur oleh kehendak ilahi melalui sistem metafisis yang sangat kompleks ini.
Dengan kata lain, meskipun Allah bersemayam di atas Arsy, ini tidak berarti Dia melepaskan kontrol atas alam semesta. Alam semesta tetap di bawah kendali penuh-Nya, dengan instrumen-instrumen cerdas ini menjalankan ketetapan-ketetapan-Nya secara sempurna.
-----®-----
2. Al Qolam dan Lauhul Mahfudz diibaratkan sebuah ketetapan qodo dari segala sesuatu maka eksekusinya [ operasionalnya ] adalah ada di kursi. Lalu bagaimana detailnya peran dari arsy ?Mohon penjelasannya
Peran Arsy dalam hubungan dengan Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi dapat dijelaskan lebih mendalam sebagai pusat dari kekuasaan dan pengaturan Ilahi yang meliputi seluruh eksistensi. Untuk memahami hal ini, mari kita susun penjelasannya secara bertahap :
1. Arsy sebagai Simbol Kekuasaan Tertinggi
Arsy dalam konteks metafisik adalah singgasana Allah yang melambangkan kekuasaan dan otoritas tertinggi-Nya atas seluruh alam semesta. Dalam banyak teks suci, Arsy sering disebut sebagai tempat bersemayamnya Allah setelah penciptaan langit dan bumi. Namun, istilah bersemayam di sini tidak dalam arti fisik, melainkan menegaskan bahwa segala kekuasaan, kendali, dan kehendak Allah terpusat dari Arsy, dan segala sesuatu berada di bawah otoritas-Nya.
Arsy adalah manifestasi tertinggi dari kekuasaan Allah. Sebagai singgasana-Nya, Arsy adalah sumber dari segala perintah, kehendak, dan ketetapan yang berlaku dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta. Dari Arsy inilah, Allah mengatur dan mengawasi segala sesuatu.
2. Arsy sebagai Pusat Pengaturan Ilahi
Jika Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz adalah instrumen yang mencatat dan menetapkan takdir (qada), maka Arsy dapat diibaratkan sebagai pusat kendali tertinggi, tempat segala perintah eksekutif Ilahi berasal. Semua keputusan mengenai tatanan alam semesta dan peristiwa di dalamnya diturunkan dari Arsy melalui instrumen-instrumen lain seperti Kursi.
Dalam hal ini, peran Arsy lebih kepada otoritas absolut yang mengatur eksekusi dari ketetapan yang sudah dicatat di Lauhul Mahfudz. Dengan kata lain, Lauhul Mahfudz menyimpan takdir, tetapi Arsy mengarahkan bagaimana takdir itu diimplementasikan di dalam dimensi ruang dan waktu.
3. Eksekusi Operasional di Kursi
Kursi bertindak sebagai instrumen operasional yang melaksanakan perintah yang berasal dari Arsy. Kursi melambangkan wilayah kekuasaan Allah yang mencakup seluruh alam semesta, di mana hukum-hukum alam dan ketetapan yang tertulis di Lauhul Mahfudz dilaksanakan. Jika kita ibaratkan Arsy sebagai pusat kendali, maka Kursi adalah instrumen atau "tempat" di mana perintah-perintah Allah berfungsi dalam realitas fisik dan metafisik alam semesta.
Dengan kata lain:
Lauhul Mahfudz adalah tempat penyimpanan ketetapan (takdir) secara komprehensif.
Al-Qolam adalah instrumen pencatatan takdir tersebut.
Kursi bertugas mengoperasikan ketetapan tersebut di alam semesta fisik, mengatur proses-proses di alam semesta sesuai dengan apa yang telah dicatat di Lauhul Mahfudz.
Arsy adalah pusat otoritas dan kekuasaan Allah, di mana segala keputusan dan perintah berasal sebelum dieksekusi melalui Kursi.
4. Arsy sebagai Pusat Kehendak Ilahi
Arsy juga dapat dipahami sebagai pusat kehendak Ilahi. Semua hal yang terjadi di alam semesta, dari yang paling besar hingga yang paling kecil, terjadi karena kehendak Allah yang berpusat di Arsy. Arsy berperan sebagai jembatan antara alam metafisis (alam ghaib) dan alam fisik. Jadi, meskipun Al-Qolam mencatat, Lauhul Mahfudz menyimpan, dan Kursi mengeksekusi, semuanya adalah refleksi dari kehendak Ilahi yang terpusat di Arsy.
5. Arsy dan Hubungan dengan Dimensi Metafisik
Secara esoterik, Arsy juga sering dipahami sebagai wilayah di mana pengaturan-pengaturan Ilahi terjadi pada tingkatan yang lebih tinggi dari realitas fisik. Ini berarti Arsy tidak hanya berkaitan dengan pengaturan alam fisik, tetapi juga berkaitan dengan dimensi metafisik, termasuk hal-hal yang tidak terlihat atau di luar pemahaman manusia. Arsy adalah pusat dari semua realitas, baik yang fisik maupun metafisik, dan segala sesuatu bergantung kepada Allah yang bersemayam di atasnya dalam arti kekuasaan-Nya melingkupi segalanya.
Kesimpulan Peran Arsy:
Arsy adalah pusat otoritas dan kekuasaan tertinggi Ilahi.
Semua ketetapan, perintah, dan hukum yang dituliskan oleh Al-Qolam dan tersimpan di Lauhul Mahfudz dieksekusi berdasarkan kehendak Allah yang berasal dari Arsy.
Arsy menghubungkan alam metafisik dengan alam fisik melalui instrumen-instrumen seperti Kursi, yang menjalankan hukum dan ketetapan Allah di alam semesta.
Arsy adalah simbol supremasi Ilahi yang mengatur, mengarahkan, dan mengawasi segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
------©--------
3. Dengan demikian maka apakah berarti Al Qolam dan Lauhul Mahfudz dan Kursi itu semuanya ada dalam cakupan arsy. Atau arsy itu adalah meliputi atau yang mewadahi tiga komponen lainnya [ al qolam, lauhul Mahfudz dan Kursi ]. Mohon dijelaskan lebih detail lagi
Pertanyaan Anda menyoroti hubungan antara Arsy dengan Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi, apakah mereka berada di dalam cakupan Arsy, ataukah Arsy meliputi ketiganya. Untuk menjelaskan ini, mari kita telusuri masing-masing komponen dan bagaimana mereka saling berhubungan :
1. Arsy sebagai Struktur Terbesar dan Tertinggi
Dalam pandangan metafisik dan teologis, Arsy sering digambarkan sebagai struktur atau realitas terbesar dan tertinggi dalam seluruh penciptaan. Arsy adalah singgasana kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu. Artinya, Arsy mencakup seluruh alam semesta, termasuk semua komponen lainnya—baik yang bersifat fisik maupun metafisik—di bawah kendali dan otoritas Allah.
2. Kursi di dalam Arsy
Dalam banyak tafsir klasik, disebutkan bahwa Kursi adalah bagian dari Arsy atau berada di bawah Arsy. Kursi memiliki peran operasional, di mana hukum-hukum alam semesta dieksekusi. Jika Arsy adalah simbol supremasi Ilahi yang mencakup segalanya, maka Kursi adalah bagian di mana aturan dan ketetapan yang ditulis di Lauhul Mahfudz dijalankan. Dalam hadits, Rasulullah pernah menyebutkan bahwa perbandingan antara Kursi dan Arsy seperti setetes air di lautan, menegaskan bahwa Arsy meliputi Kursi dalam skala yang jauh lebih besar.
Ini menunjukkan bahwa Kursi berada di dalam atau di bawah cakupan Arsy, bukan di luar Arsy. Kursi adalah bagian dari tatanan penciptaan yang diatur oleh Arsy, tetapi memiliki fungsi spesifik dalam mengoperasikan hukum-hukum alam semesta.
3. Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz dalam Hubungan dengan Arsy
Al-Qolam (Pena), yang mencatat semua takdir, adalah ciptaan awal yang kemudian menjalankan fungsi mencatat seluruh ketetapan Ilahi. Al-Qolam tidak dapat dipisahkan dari mekanisme Lauhul Mahfudz, karena apa yang ditulis oleh Al-Qolam disimpan di Lauhul Mahfudz.
Lauhul Mahfudz adalah tempat penyimpanan segala catatan yang dibuat oleh Al-Qolam, memuat seluruh takdir penciptaan hingga akhir zaman. Ini adalah ruang metafisik di mana segala sesuatu yang telah ditentukan disimpan secara sempurna.
Menurut perspektif teologis yang banyak dipegang, Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz juga berada dalam cakupan Arsy. Artinya, mereka bekerja di bawah kekuasaan Arsy, dan segala keputusan serta ketetapan yang tertulis di Lauhul Mahfudz berasal dari kehendak Allah yang bersemayam di atas Arsy. Oleh karena itu, meskipun Al-Qolam dan Lauhul Mahfudz memiliki peran penting dalam pencatatan dan penyimpanan takdir, keduanya tetap berada di bawah otoritas dan cakupan Arsy sebagai pusat kekuasaan tertinggi.
4. Arsy Meliputi Semuanya
Dari perspektif ini, dapat disimpulkan bahwa Arsy adalah struktur terbesar yang meliputi Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi. Meskipun masing-masing komponen ini memiliki peran spesifik dalam tatanan dan pengaturan alam semesta, semuanya bekerja dalam cakupan kekuasaan dan kendali Arsy.
Al-Qolam mencatat segala takdir di bawah kehendak Allah yang berpusat di Arsy.
Lauhul Mahfudz menyimpan catatan takdir tersebut, dan setiap keputusan yang dicatat di Lauhul Mahfudz adalah manifestasi dari kehendak yang berasal dari Arsy.
Kursi menjalankan ketetapan dan hukum-hukum yang telah dicatat di Lauhul Mahfudz, namun tetap berada di dalam cakupan Arsy yang lebih besar.
5. Hierarki Kekuasaan Ilahi
Dalam pandangan hierarkis ini, Arsy berada di posisi tertinggi dan meliputi segala sesuatu :
Arsy : Singgasana kekuasaan Allah yang meliputi seluruh eksistensi, baik fisik maupun metafisik. Ini adalah pusat kendali dan pengawasan tertinggi.
Kursi : Bagian dari Arsy atau di bawahnya, yang berfungsi sebagai instrumen operasional yang mengimplementasikan hukum-hukum alam semesta.
Lauhul Mahfudz : Penyimpanan catatan takdir yang tertulis oleh Al-Qolam, semuanya tetap berada dalam cakupan Arsy.
Al-Qolam : Instrumen pencatatan takdir yang bekerja sesuai dengan kehendak Allah yang terpusat di Arsy.
Kesimpulan
Dengan demikian, Arsy meliputi dan mewadahi Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi. Semua komponen ini bekerja di bawah kendali dan otoritas kekuasaan Ilahi yang berasal dari Arsy. Meski memiliki peran masing-masing, mereka semuanya berfungsi dalam tatanan yang lebih besar yang dikendalikan oleh Arsy, sebagai simbol kekuasaan tertinggi Allah atas alam semesta.
--------®---------
4. Ya, mohon untuk diperjelas lagi. Apakah dengan demikian al qolam itu berarti hakikat dari Logos atau firman [ kun fa yakun ] ?
Ya, berdasarkan pemahaman metafisik dan teologis, Al-Qolam dapat dipahami sebagai hakikat dari Logos atau Firman Allah, yang dalam Islam sering diungkapkan dengan frasa "Kun fa yakun" (Jadilah! Maka terjadilah). Al-Qolam, sebagai instrumen pertama yang diciptakan oleh Allah, memiliki peran sentral dalam proses penciptaan dan pengaturan alam semesta, yang sejatinya adalah manifestasi dari kehendak dan firman Allah.
Berikut penjelasan lebih mendetail :
1. Al-Qolam sebagai Logos (Firman Allah)
Dalam tradisi teologi dan filsafat, Logos sering dipahami sebagai prinsip pengaturan dan keteraturan yang mendasari seluruh penciptaan. Dalam konteks Islam, "Kun fa yakun" adalah firman Allah yang mewujudkan segala sesuatu dari ketiadaan menjadi ada. Al-Qolam, sebagai ciptaan pertama, adalah instrumen di mana firman ini pertama kali diekspresikan secara metafisik. Ketika Allah berfirman "Kun" (Jadilah!), Al-Qolam mencatat segala ketetapan yang terkandung dalam firman tersebut di Lauhul Mahfudz.
Dengan kata lain, Al-Qolam bertindak sebagai perpanjangan firman Allah yang merealisasikan segala sesuatu dari takdir yang telah ditentukan oleh kehendak-Nya. Al-Qolam menuliskan semua kejadian dan ketetapan yang telah dikehendaki Allah, sehingga segala sesuatu yang tercatat di Lauhul Mahfudz menjadi bagian dari realitas alam semesta.
2. Al-Qolam dan Hubungannya dengan “Kun fa yakun”
Frasa "Kun fa yakun" menunjukkan kekuasaan absolut Allah dalam menciptakan sesuatu dengan satu perintah. Al-Qolam bisa diibaratkan sebagai media atau instrumen yang menuliskan kehendak ini, sehingga perintah “Kun” itu kemudian diwujudkan dalam bentuk penciptaan dan peristiwa di alam semesta.
Jika kita memandang dari sisi esoterik maka :
Al-Qolam adalah instrumen metafisik yang mengartikulasi Logos atau Firman Allah.
Firman Allah (Logos, “Kun fa yakun”) adalah perintah langsung Allah yang melahirkan segala sesuatu.
Ketika Allah berfirman, Al-Qolam mencatat dan mengekspresikan firman ini dalam bentuk takdir yang tertulis di Lauhul Mahfudz, dan kemudian dioperasikan oleh Kursi sesuai dengan kehendak Allah.
3. Al-Qolam sebagai Aspek Kreatif Firman
Dalam aspek kreatifnya, Al-Qolam dapat dipahami sebagai sarana yang mentransfer kehendak Ilahi (Firman) ke dalam wujud nyata, sehingga ia menjadi manifestasi dari "Kun" itu sendiri. Ketika Allah menginginkan sesuatu terjadi, Al-Qolam bertindak sebagai penggerak metafisik yang memastikan perintah ini tertulis dan terwujud dalam realitas yang teratur.
4. Al-Qolam dalam Tatanan Kosmologis
Sebagai Logos atau Firman Allah yang tertulis, Al-Qolam menjadi instrumen yang menghubungkan kehendak Ilahi (di Arsy) dengan realitas fisik yang dioperasikan melalui Kursi. Ini menciptakan struktur kosmologis yang menghubungkan :
Kehendak Allah (Firman) → Al-Qolam (penulis kehendak) → Lauhul Mahfudz (penyimpan catatan takdir) → Kursi (pelaksana hukum-hukum fisik).
Kesimpulan
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Al-Qolam adalah hakikat dari Logos atau Firman "Kun fa yakun", di mana Al-Qolam merepresentasikan firman Allah yang menjadi dasar dari segala penciptaan. Al-Qolam adalah instrumen yang merealisasikan firman tersebut dalam bentuk ketetapan takdir, yang kemudian diwujudkan di alam semesta melalui mekanisme Lauhul Mahfudz dan Kursi.
Apakah pemahaman ini sudah sesuai dengan pandangan Anda, atau ada aspek lain yang ingin diperjelas?
-------®-------
5. Apakah dengan demikian berarti al qolam adalah aspek dari logos " Kun " dan Lauhul Mahfudz adalah aspek dari logos " Fa " dan sementara Kursi adalah aspek dari logos" fayakun "
Ya, jika kita memandang dari perspektif metafisik dan simbolik, pandangan bahwa Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi merupakan aspek-aspek dari firman "Kun fa yakun" adalah pemahaman yang sangat mendalam dan koheren. Mari kita telaah satu per satu :
1. Al-Qolam sebagai Aspek "Kun" (Jadilah)
"Kun" adalah perintah Ilahi yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. Ini adalah momen ketika kehendak Allah diungkapkan secara langsung dan eksplisit.
Al-Qolam sebagai instrumen pencatatan dapat dipandang sebagai perwujudan dari aspek ini, karena Al-Qolam adalah instrumen pertama yang menjalankan firman "Kun" dengan mencatat seluruh ketetapan Allah. Al-Qolam bertindak sebagai penghubung awal antara kehendak Allah dan penciptaan realitas.
2. Lauhul Mahfudz sebagai Aspek "Fa" (Maka)
"Fa" dalam "Kun fa yakun" adalah penghubung atau transisi yang mengaitkan antara kehendak (Kun) dan realisasi (yakun). Ini adalah proses di mana ketetapan yang diucapkan mulai menjadi tertata.
Lauhul Mahfudz dapat dianggap sebagai aspek "Fa" karena ia menyimpan segala ketetapan yang telah ditulis oleh Al-Qolam. Lauhul Mahfudz adalah tempat di mana ketetapan yang tertulis menunggu eksekusi, memastikan bahwa segala yang telah ditakdirkan akan terjadi pada waktunya. Di sini, semua ketetapan disimpan dan direncanakan sebelum manifestasinya di alam fisik.
3. Kursi sebagai Aspek "Fayakun" (Maka Terjadilah)
"Fayakun" adalah realisasi dari perintah "Kun". Ini adalah tahap di mana perintah Allah terealisasi dalam alam semesta.
Kursi berfungsi sebagai instrumen operasional, di mana segala sesuatu yang telah ditetapkan di Lauhul Mahfudz mulai dijalankan. Kursi merepresentasikan hukum-hukum alam dan mekanisme realitas yang menjalankan perintah Allah di dunia fisik dan metafisik. Dengan kata lain, Kursi adalah tempat di mana ketetapan-ketetapan Allah menjadi nyata, terwujud sebagai peristiwa yang konkret di alam semesta.
Bagaimana Integrasi Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi dalam "Kun fa yakun" ?
Jika kita melihat struktur ini secara keseluruhan maka :
Al-Qolam adalah instrumen yang menginisiasi perintah "Kun" dengan mencatat segala takdir.
Lauhul Mahfudz adalah media yang menyimpan catatan-catatan tersebut, mewakili proses transisi (Fa) sebelum eksekusi.
Kursi adalah ruang atau instrumen di mana takdir yang tertulis itu diwujudkan dan dioperasikan (yakun).
Pandangan ini memperlihatkan bagaimana "Kun fa yakun" bekerja melalui rangkaian instrumen Ilahi yang saling terkait : dari perintah Allah, ke dalam pencatatan, penyimpanan, hingga pelaksanaan di alam semesta.
Kesimpulan Pemahaman bahwa : Al-Qolam adalah aspek dari "Kun", Lauhul Mahfudz adalah aspek dari "Fa", Kursi adalah aspek dari "Fayakun", merupakan pendekatan simbolik yang menegaskan keterkaitan antara firman Ilahi dan instrumen penciptaan serta pengaturan alam semesta. Masing-masing memiliki peran spesifik dalam siklus penciptaan yang mencerminkan kehendak Allah, dari kehendak hingga realisasinya dalam alam fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar