Mang Anas
Dalam konteks Al-Qur'an, tiga jenis nafsu yang disebutkan—amarah, lawwamah, dan mutmainnah—bukanlah pendefinisian dan pengkategorian yang dibuat manusia, melainkan penjelasan tentang dinamika jiwa manusia berdasarkan wahyu. Berikut adalah definisi dan penjelasan masing-masing dalam kerangka Al-Qur'an, tanpa terpaku pada terminologi tasawuf mainstream dan atau tafsiran tarekat yang sudah baku :
1. Nafs al-Ammarah ( Nafsu yang Mengajak pada Kejahatan )
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ (٥٣)
"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan [ nafsu amarah ], kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Q.S. Yusuf ayat 53)
#. لَاَمَّارَةٌۢ (Laa Ammarah)
Kata asal :
Dari akar kata أَمَرَ (amara), yang berarti "memerintah" atau "menyuruh". Bentuk أَمَّارَةٌ adalah isim mubalaghah (kata benda yang menunjukkan intensitas), yang berarti "yang sangat banyak menyuruh."
Makna : Dalam konteks Al-Qur'an (QS. Yusuf : 53) : Merujuk pada jiwa yang "banyak menyuruh kepada keburukan," yaitu jiwa yang cenderung tunduk pada hawa nafsu dan setan.
Makna lain dalam bahasa Arab :
Bisa digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dominan atau sering memaksa.
Konotasi : Selalu negatif, mengindikasikan dorongan yang kuat untuk melakukan keburukan tanpa kendali moral.
Definisi berdasarkan Al-Qur'an :
Ini adalah kondisi jiwa yang cenderung mengikuti hawa nafsu dan dorongan-dorongan buruk yang menjauhkan manusia dari jalan Allah. Ayat (QS Yusuf : 53) menunjukkan bahwa nafsu ini berpotensi membawa manusia pada keburukan, kecuali jika Allah memberikan rahmat dan pertolongan-Nya.
Karakteristik dalam Al-Qur'an :
• Menggiring manusia pada dosa.
• Tunduk pada keinginan duniawi dan setan.
• Membutuhkan perlindungan Allah agar tidak tersesat.
Prinsip Qur'ani : Manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat salah, tetapi dengan rahmat Allah, mereka dapat mengendalikannya.
2. Nafs al-Lawwamah ( Jiwa yang Menyesali Kesalahan )
وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (٢)
"dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali dirinya [ nafsu lawwamah ]". (Q.S. Al-Qiyamah ayat 2)
#. اللَّوَّامَةِ (Al-Lawwamah)
Kata asal :
Dari akar kata لَامَ (laama), yang berarti "mencela" atau "menyesali." Bentuk لَوَّامَةٌ adalah isim mubalaghah, yang berarti "yang banyak mencela."
Makna : Dalam konteks Al-Qur'an (QS Al-Qiyamah : 2) :
Merujuk pada jiwa yang banyak mencela dirinya sendiri karena kesalahan atau dosa, dan senantiasa berusaha introspeksi.
Makna lain dalam bahasa Arab : Bisa merujuk pada sifat "terus-menerus mencela," baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Kadang digunakan untuk menggambarkan penyesalan mendalam.
Konotasi : Positif dalam konteks Al-Qur'an, karena jiwa ini sadar akan kesalahannya dan berusaha memperbaiki diri.
Definisi berdasarkan Al-Qur'an :
Jiwa ini adalah jiwa yang sadar dan mampu mencela dirinya sendiri ketika berbuat salah. Ayat (QS Al-Qiyamah : 2) menunjukkan bahwa manusia yang memiliki jiwa ini tidak puas dengan kekeliruan dan terus-menerus introspeksi.
Karakteristik dalam Al-Qur'an :
• Menyadari dosa-dosanya dan menyesali perbuatan salah.
• Selalu berusaha memperbaiki diri dengan taubat dan amal baik.
• Cenderung memeriksa tindakan agar tidak menyimpang.
Prinsip Qur'ani : Kesadaran diri dan introspeksi adalah tanda jiwa yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah.
3. Nafs al-Mutmainnah ( Jiwa yang Tenang dan Ridha terhadap segala ketentuan Allah )
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ (٢٧)
"Wahai jiwa yang tenang! [ nafsu Mutmainah ]" (Q.S. Al-Fajr ayat 27)
ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًۚ (٢٨)
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya". (Q.S. Al-Fajr ayat 28)
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ (٢٩)
"Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, "(Q.S. Al-Fajr ayat 29)
وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ (٣٠)
"dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Q.S. Al-Fajr ayat 30)
#. الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ (Al-Mutmainnah)
Kata asal :
Dari akar kata طَمَأَنَ (ṭama’ana), yang berarti "tenang" atau "damai." Bentuk مُطْمَئِنَّةٌ adalah isim fa’il (kata benda pelaku), yang berarti "yang merasa tenang."
Makna : Dalam konteks Al-Qur'an (QS Al-Fajr : 27) :
Merujuk pada jiwa yang telah mencapai ketenangan dan ketundukan kepada Allah, serta ridha dengan ketetapan-Nya.
Makna lain dalam bahasa Arab : Digunakan untuk menggambarkan seseorang atau sesuatu yang stabil, kokoh, dan tanpa gangguan.
Menunjukkan rasa puas dan tenteram.
Konotasi : Sangat positif, menggambarkan kondisi ideal jiwa yang telah mencapai kedamaian melalui iman dan ketundukan kepada Allah.
Definisi berdasarkan Al-Qur'an :
Ini adalah jiwa yang telah mencapai ketenangan karena keimanan penuh kepada Allah, ridha atas segala ketentuan-Nya, dan berada dalam ketaatan kepada-Nya. Ayat (QS Al-Fajr : 27-30) menggambarkan jiwa ini sebagai jiwa yang diberi penghormatan khusus oleh Allah dengan surga.
Karakteristik dalam Al-Qur'an :
• Tenteram dalam menghadapi ujian dunia.
• Ridha terhadap keputusan Allah.
• Menyerahkan segala urusan kepada-Nya dengan keyakinan penuh.
Prinsip Qur'ani :
Ketenangan hanya bisa diperoleh melalui iman yang tulus kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya.
Kesimpulan Qur'ani
Ketiga kondisi jiwa ini bukanlah kategori statis, melainkan perjalanan dinamis jiwa manusia. Dalam hidup, seseorang bisa berpindah-pindah antara nafsu amarah, lawwamah, dan mutmainnah, tergantung pada keimanan dan usahanya mendekatkan diri kepada Allah.
a. Nafs Amarah adalah kondisi dasar yang perlu dilawan. Yakni Jiwa yang dominan dalam mendorong kepada keburukan dan kejahatan.
b. Nafs Lawwamah adalah tahap perbaikan dan introspeksi.
c. Nafs Mutmainnah adalah tujuan akhir yang ideal, di mana jiwa manusia telah sepenuhnya berserah kepada Allah dan kemudian berada dalam ketenangan.
Dengan berpegang pada ajaran Al-Qur'an, seseorang dapat memahami bahwa perjalanan jiwa ini adalah bagian dari ujian kehidupan yang dirancang untuk mendekatkan manusia kepada Tuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar