By Mang Anas
Topik ke 5
Oke, melengkapi inovasi inovasi pemikiran seperti yang kesemuanya telah diterangkan pada tulisan kami sebelumnya. Maka agar ini tidak dipandang sebagai argumentasi logik semata-mata yang menyangkut mekanisme kerja ke empat aspek unsur Nur Muhammad [ al qolam, lauhul Mahfudz, Arsy dan Kursi ]. Maka agar pandangan ini dapat diterima oleh khalayak [ kaum syari'at ] maka disini perlu dijelaskan secara detail dasar dasar Nash [ baik Qur'an maupun Hadits ] atas semua materi yang telah kami uraiankan sebelumnya.
Pendekatan yang mengaitkan Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, Arsy, dan Kursi dengan konsep metafisik dari Nur Muhammad membutuhkan dukungan dari nash (dalil-dalil) Al-Qur'an dan Hadits agar dapat diterima oleh khalayak, khususnya kaum yang berpegang teguh pada Syari'ah. Maka mari kita telaah dasar-dasar dari nash yang terkait dengan konsep-konsep tersebut, sambil tetap mengaitkannya dengan inovasi pemikiran yang telah kami sampaikan.
1. Al-Qolam
Al-Qolam sebagai pena pertama yang diciptakan Allah, memiliki dasar nash yang jelas dalam Hadits dan Al-Qur'an.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena (Al-Qolam). Kemudian Allah berfirman kepada pena, 'Tulislah!' Maka pena berkata, 'Apa yang harus aku tulis?' Allah berfirman, 'Tulislah segala sesuatu yang akan terjadi hingga Hari Kiamat.'” (HR. At-Tirmidzi).
Hadits ini menguatkan konsep bahwa Al-Qolam adalah instrumen pertama yang diciptakan Allah untuk menuliskan segala takdir. Ini adalah dasar nash yang mendukung peran Al-Qolam sebagai aspek pertama dalam konsep "Kun" (perintah penciptaan).
Allah berfirman dalam Surah Al-Qalam (68:1):
"Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan,"
Ayat ini menunjukkan pentingnya Al-Qolam sebagai instrumen pencatatan dan menjadi bagian dari mekanisme penciptaan dan takdir.
2. Lauhul Mahfudz
Lauhul Mahfudz adalah tempat penyimpanan catatan takdir yang telah ditulis oleh Al-Qolam. Konsep ini juga didukung oleh nash dalam Al-Qur'an.
Allah berfirman dalam Surah Al-Buruj (85:21-22):
"Bahkan yang didustakan itu adalah Al-Qur'an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauhul Mahfudz."
Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu, termasuk Al-Qur'an, telah tertulis dan disimpan dalam Lauhul Mahfudz, yang tidak akan berubah. Ini sesuai dengan pemahaman bahwa Lauhul Mahfudz menyimpan seluruh takdir yang telah ditulis oleh Al-Qolam, yang kemudian akan dieksekusi.
Dalam Surah Al-Hadid (57:22):
"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."
Ini menunjukkan bahwa segala peristiwa telah tertulis dalam Lauhul Mahfudz sebelum terjadi, memperkuat fungsi Lauhul Mahfudz sebagai tempat penyimpanan ketetapan Ilahi.
3. Arsy
Arsy adalah singgasana Allah yang melambangkan kekuasaan dan kendali tertinggi atas seluruh ciptaan.
Al-Qur'an dalam Surah Al-A’raf (7:54) menyatakan :
"Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy..."
Ayat ini menegaskan bahwa setelah menciptakan alam semesta, Allah bersemayam di atas Arsy, yang menandakan otoritas dan kendali-Nya atas seluruh penciptaan.
Surah Taha (20:5):
"Yang Maha Pemurah, bersemayam di atas Arsy."
Ayat ini menegaskan bahwa Arsy adalah singgasana kekuasaan Allah yang mencakup seluruh penciptaan, sesuai dengan pemahaman bahwa Arsy meliputi Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, dan Kursi.
4. Kursi
Kursi adalah instrumen di mana hukum-hukum alam dijalankan dan takdir yang telah tertulis mulai dieksekusi.
Dalam Ayat Kursi (Al-Baqarah 2:255) dikatakan :
"Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Ayat ini menegaskan bahwa Kursi adalah instrumen Ilahi yang meliputi langit dan bumi, yang merupakan manifestasi dari kekuasaan dan pengaturan Allah atas seluruh ciptaan.
5. Nur Muhammad
Konsep Nur Muhammad secara eksplisit memang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an atau Hadits, tetapi secara implisit terkait dengan penciptaan cahaya yang pertama kali diciptakan Allah sebagai manifestasi dari rahmat-Nya.
۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ (٣٥)
Allah [ Nur Muhammad, adalah ] cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya- ya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus [ Sirri fi sirri/ rahasia di dalam rahasia ], yang di dalamnya ada pelita besar [ disebut Nur Muhammad ]. Pelita itu di dalam tabung kaca [ tersegel didalam Sirr, dan ] tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan [ prototipe wujud makhluk yang masih berupa arwah yang suci ], dan yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun [ yaitu hati nurani yang keadaannya bersih dan murni ] yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat [ yang ada di titik Al-Mustakim ], yang minyaknya [ saja, yaitu berupa keberadaan akal ] hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya [ berlapis-lapis, Nur Muhammad, Hati Nurani dan cahaya Akal ], Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya [ menuntun hambanya kembali ke asalnya, yaitu ke eksistens Nur Muhammad ] bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nur ayat 35)
Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda : “Yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir.” (HR. Abdurrazzaq, dan hadits ini banyak dibahas dalam diskusi sufistik).
Dalam tradisi tasawuf, Nur Muhammad sering dipandang sebagai esensi pertama yang diciptakan oleh Allah dan menjadi asal mula dari segala ciptaan. Al-Qolam, sebagai instrumen pencatatan takdir, sering dikaitkan dengan Nur Muhammad dalam konteks penciptaan awal.
Penutup
Dengan menghubungkan nash-nash Al-Qur'an dan Hadits yang mendukung konsep Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, Arsy, dan Kursi, kita dapat memahami bagaimana inovasi pemikiran ini memiliki dasar teologis yang kuat. Penafsiran metafisik atas peran keempat aspek ini dalam penciptaan dan pengaturan alam semesta tidak hanya logis tetapi juga berakar pada dalil-dalil syar’i yang dapat diterima oleh khalayak yang berpegang pada Syari'ah.
Pendekatan ini menawarkan jembatan antara pemahaman esoterik (hakikat) dan pemahaman eksoterik (syariat), sehingga gagasan tersebut dapat dipahami dalam konteks nash yang otoritatif. Apakah ini sudah cukup memberikan landasan teologis yang sesuai dengan apa yang Anda maksudkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar