By Mang Anas
Tafsir Isyari Surat Al Baqarah 2 : Ayat 122
Pendahuluan
Pernyataan bahwa " Iman adalah anegerah terbesar yang pernah diberikan Tuhan kepada manusia ", sebenarnya bukan sesuatu yang baru, sebab para khotib dan Penceramah telah sering menggembar - gemborkan pernyataan itu dimimbar mimbar mereka, tetapi kenyataannya hanya sedikit sekali orang yang benar benar pernah merasakan arti keberadaan iman itu dihati mereka lewat pengalaman rohani mereka sendiri.
Lalu muncul pertanyaan kenapa kebanyakan orang tidak pernah benar benar bisa merasakan Arti keberadaan Iman itu dihati mereka, dan sangat sedikit sekali orang yang menyadarinya. Nah, Itulah problem utama kehidupan kita dan yang sekaligus menjadi pertanyaan terbesar kita, kenapa fenomena seperti itu yang justru terjadi dalam kehidupan kita.
Akar masalahnya dari fenomena crodit ini sebenarnya sangat sederhana.
Kita sejauh ini telah terlalu banyak memberi perhatian pada akal kita sementara perhatian kita pada hati kita sendiri sangatlah minim, bahkan hampir tidak sama sekali. Dalam keseharian dan bahkan disepanjang waktu kita ini terlalu sibuk dengan urusan uang, materi dan pemuasan nafsu jasmani, energi hidup kita secara total difokuskan untuk itu. Kita terlalu malas untuk merenung dan telah kehilangan semangat untuk berada dekat dengan Tuhan.
Maka wajarlah jika kemudian Iman kita menjadi kurang terpelihara, sebab ia telah kita biarkan tumbuh merana. Sekalipun kita ini mengakui dirinya orang beriman, tetapi jika tetap seperti itu cara kita merawat iman, maka kita akan tetap gagal untuk bisa benar benar mencerna Arti dan Nilai keberadan Iman itu dihati kita ( jika ada ), jadi pernyataan betapa berharganya Iman dan betapa tinggi nilainya tetaplah sekedar bunyi dari sebuah pernyataan. Bagi kebanyakan orang pernyataan itu sulit untuk bisa dicerna dan apalagi dirasakan, oleh karenanya ia akan tetap menjadi sebuah misteri dalam hidup kebanyakan orang.
Ada banyak sekali orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah merasakan apa itu manisnya iman dan bahkan hingga kematianya. Hal itu dikarenakan mereka sepanjang hidupnya tidak pernah mengalami sendiri pengalaman Dzauk ( Sambung Rasa Terhadap Tuhan ). Dan sepanjang pengalaman keberagamaan kita tetap saja datar seperti itu ( semua biasa biasa saja ) maka hampir bisa dipastikan mereka tidak akan bisa merasakannya.
Arti Iman dan Kedudukannya Bagi Manusia
Bahwa ada atau tidak adanya jejak iman didasar hati kita itu sangatlah menentukan bagaimana prospek hidup kita dimasa yang akan datang, apakah kita nanti oleh Allah Swt akan dikatagorikan sebagai golongan kanan ( As Khabul Yamin ), kelompok yang selamat, atau kah kita nanti justru akan bernasib naas, dikatagorikan sebagai golongan kiri ( As Khabul Simal ), kelompok yang celaka.
Dan jika sekarang kita telah tahu seperti itulah arti pentingnya iman dan kedudukanya bagi kita, bukankah Hidayah Iman itu sangatlah berarti, bukankah iman itu berarti hadiah dari Allah kepada kita, hadiah yang paling besar dan anugerah yang sangat menentukan nasib dan masa depan kita ( dinegeri ahirat ).
Apa Yang Membuat Bani Israil Istimewa dimata Allah Swt :
Tafsir Al Baqarah : 122 Berdasar Pengalaman Dzauk.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰبَنِىٓ إِسْرٰٓءِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِىَ الَّتِىٓ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّى فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِينَ
"Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini (pada masa itu)."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 122)
A. Apa Nikmat Yang dimaksud, Hati & Rasaku menjawab : Imam, Iman adalah anugerah Tuhan yang paling besar, nikmat terbesar yang pernah diterima oleh manusia.
Tidak ada anugerah yang kebesarannya melebihi Nikmat Iman, jadi Iman adalah Puncak dari segala Anugerah. Dan karena Anugerah inilah oleh Allah Swt Bani Israil diperintahkan untuk mensyukurinya, yakni dengan terus - menerus merawat, memupuk dan selalu memeliharanya. Serta agar mereka berupaya untuk mewariskanya dari generasi ke gererasi. Itulah makna Rahasia dari ayat ini.
Pertanyaannya, kenapa sebagian besar dari kita justru seperti telah menyia nyiakan ibrah Allah Swt kepada Bani Israil itu, kita yg sejak kecil terlahir sebagai muslim kadang menganggap anugerah ini sepele, menganggap anugerah ini tidak penting, sesuatu yang bahkan seperti tidak ada harganya. Lalu apa sebabnya dan dimana persoalannya.
Rahasia Iman
Ternyata karena Kebesaran Anugerah Iman itu nikmatnya hanya bisa dikenali lewat rasa dan hanya bisa dirasakan adanya dengan Rasa. Akal dan pikiran tidak akan bisa menjejak wilayah ini dan tidak akan bisa mengenali nikmatnya, akal hanya bisa mengendus realitas, sesuatu yang tampak, yang jasmani, sedang iman ada dimensi ghaib, jadi Iman bukanlah realitas, iman itu soal rasa makanya iman hanya bisa dijangkau lewat rasa dan jika kemudian Tuhan berkenan memberikan rasanya kepada kita maka satu satunya media yang digunananya adalah rasa.
Dengan banyak melakukanlah Dzikir Khofi ( dzikir dalam hati ), maka rasa dan hati kita akan terasa seperti diasah, jika hal itu terus kita lakukan maka dari hari ke hari hati dan rasa kita akan menjadi semakin tajam, dan ia nantinya akan bening seperti kaca, dan saat hati kita telah menjadi bening dengan sebening - beningnya maka Nur - pun akan turun, Qalbu kita akan dipenuhi oleh cahayaNya. Dalam kondisi seperti itulah ilham ilham nantinya akan turun, dan saat ilham itu masuk ( Biasanya Bersamaan dengan Hadirnya Rasa Dzauk ) maka kita baru akan bisa merasakan dengan hati dan rasa kita sendiri, betapa lezatnya iman, betapa manisnya, betapa berharganya dan betapa kita harus terus menerus mensyukurinya.
B. Apa yang membuat Bani Israel Istimewa sehingga disebut dalam ayat itu Allah telah melebihkannya atas semua umat yang lain ( pada masa itu ), lagi lagi Hati dan Rasaku menjawab : keimanan Mereka, Iman adalah anugerah terbesar Allah Swt yang hanya diberikan kepada bani Israil pada saat itu.
Jadi Bani Israel itu Allah tinggikan derajatkannya dan menjadi bangsa yang Allah pilih itu disebabkan karena kemurnian nilai Iman dan kepercayaan Tauhidnya kepada Tuhan, jadi bukan karena pertimbangan ras, suku dan keturunannya. Orang yahudi tidak akan menjadi istimewa jika didalamnya tidak ada iman, begitupun orang Arab atau orang Jawa tidak akan lebih rendah derajatnya dibanding orang Yahudi jika ketiganya sama sama mukmin ( orang orang yang beriman ). Semua manusia pada dasarnya sederajat sepanjang tingkatan iman mereka itu sama dan sederajat. Jadi Imanlah yang menentukan tinggi rendahnya derajat seseorang, bukan Ilmu, Nasab, Pangkat dan kedudukan, Jenis kelamin, Kepemilikan Harta benda, Profesi pekerjaan dan rupa fisiknya.
Indramayu, 10 Nopember 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar