Halaman

Rabu, 18 Agustus 2021

Urip Sejati, Sejatine Urip dan Kebenaran Sejati

By Mang Anas

Seri Pengetahuan Ilmu Hakikat : 

" Yang disebut dengan Urip Sejati adalah sejatinya Allah Swt, dan yang disebut dengan Sejatine Urip adalah menjalani Takdir [ jalani lakone urip ]. Adapun yang disebut dengan Kebenaran Sejati adalah Hakikat dari pesan-pesan dan substansi isi yang terkandung didalam al - Qur'an ".

a. Mengetahui Urip Sejati atau Sejatinya Allah Swt hanya bisa dicapai lewat jalan Makrifat dan Musyahadah.

b. Sejatine Urip hanya akan dapat dijalani dengan baik jika yang bersangkutan memiliki dasar keimanan yang kuat, shalat yang sambung kepada Allah, serta mampu bersabar dan bertawakal.

c. Adapun Kebenaran Sejati hanya bisa disingkap lewat jalan kasyaf atau lewat proses peng-ilhaman setelah yang bersangkutan terlebih dahulu pernah menerima pengajaran langsung dari Allah Swt [ mencapai Derajat Wushul ] atau setidaknya melalui pengajaran yang disampaikan sendiri oleh Jibril Alaihi salam, baik dalam keadaan jaga atau melalui mimpi [ ru’ya ash shalihah atau ru’ya ash shadiqah ]. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri pernah bersabda bahwa :

الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ

“Mimpi yang benar adalah salah satu dari 46 tanda kenabian” (HR. Muslim no. 2263).


Laku Sejatine Urip :

1. Kondisikan selalu agar Hati anda senantiasa sambung kepada Allah

2. Sadari selalu bahwa kapasitas keberadaan diri anda dimuka bumi adalah merupakan kepanjangan dari tangan-Nya, mengingat hakikat diri anda adalah wakil-Nya dan karena anda adalah Citra dari Diri-Nya.

3. Bertindaklah seolah-olah diri anda adalah Allah itu sendiri yang hadir dimuka bumi, yang dengannya anda ditugaskan untuk menebarkan sifat kasih dan sayang-Nya, memelihara hidup dan kehidupan makhluk-Nya, menciptakan damai dan kesejahteraan bagi mereka, memperbaiki apa apa yang rusak darinya, menyempurnakan apa apa yang belum sempurna dan adalah menjadi kewajiban anda untuk senantiasa menata serta menjaga keseimbangan atas apa yang ada dibumi dan atas apa yang terhampar dialam semesta.

4. Bentuk dan kembangkan selalu diri anda hingga mencapai maqom sempurna dan jadikan diri anda manusia yang paling bisa diandalkan diantara sesama. Jadikan setiap detik dari waktu dan umur anda yang tersisa untuk sebanyak mungkin melakukan kebaikan. Penuhi waktu waktu anda dengan bekerja, berkarya dan melakukan amalan-amalan yang berguna. Ingat, bahwa sebaik - baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

5. Lakukan tugas dan pekerjaan anda berdasarkan sekala prioritas, mengingat ketersediaan sumber daya dan kemampuan anda yang terbatas,  maka kerjakan dulu apa yang paling penting dan yang paling darurat untuk segera diselesaikan. Jadikan variabel kemanfaatan sebagai dasar pertimbangan anda dalam bekerja dan disaat anda mengambil keputusan.

6. Ketahuilah bahwa hakikat dari shalat, puasa dan haji itu hanyalah media atau alat, agar dengannya anda dapat mengasah diri, agar dengannya hati anda menjadi lebih lembut, menjadi lebih peka, menjadi lebih penyayang dan menjadi lebih peduli kepada nasib dan penderitaan sesama. Dengan demikian maka jika di suatu saat Tuhan berkehendak untuk menjadikan hati anda sebagai tempat persemaian dari sifat-sifat- Nya, saat itu kondisi dohir dan batin anda sudah siap. 

7. Ketahuilah bahwa tujuan ahir dari semua ritus ibadah, seperti shalat, puasa dan haji itu adalah agar kita semua bisa berbakti kepada makhluk dan kepada semua yang hidup. Mohon camkan ini baik baik, supaya anda tidak lagi salah dan tidak menyesal dikemudian hari [ di Pengadilan Ahirat ], karena saat hidup didunia anda mungkin kurang ilmu dan kurang pengetahuan. Atau karena para Ustad, para Kyai dan guru - guru anda tidak menyampaikan hal ini kepada anda karena mereka lupa atau mungkin karena mereka juga sama seperti pada umumnya kebanyakan manusia, jarang merenung, kurang tafakur dan kurang memahami hakikat hidup.

Ingat sekali lagi bahwa :  shalat anda, puasa anda dan haji anda adalah untuk diri anda sendiri dan bukan untuk Allah. Allah sama - sekali tidak butuh dan tidak mengambil manfaat apapun dari ritus - ritus ibadah yang anda lakukan itu. Sebab semua manfaat dari ibadah - ibadah yang anda lakukan itu seluruhnya akan kembali kepada diri anda sendiri. 

Allah Yang Maha Agung, Maha Kaya dan Maha Berkuasa itu tidak membutuhkan apapun dari kita, Ia tidak butuh disembah, tidak butuh dipuja dan tidak butuh dengan ketaatan kita.  Sebab hakikat diri kita ini dimata-Nya dan bahkan jika bumi dan seisinya ini dihadapan kepada kebesaraan dan keagungan kekuasaan- Nya, tidaklah ber-arti apa-apa. Sebab baginya bumi kita ini hanyalah sebutir debu, maka apalah artinya kita, dan betapa kecilnya nilai kita dihadapan-Nya. " Oleh karena itu jika anda merasa telah berbuat suatu kebaikan maka janganlah kebaikan yang anda lakukan itu anda nisbatkan sebagai persembahan kepada Tuhan. Tetapi nisbatkanlah perbuatan baik anda itu untuk kebaikan diri anda sendiri dan untuk kebaikan makhluk - Nya ". Dengan begitu maka mudah-mudahan Tuhan akan rida dengan kita karena kita dapat menempatkan kapasitas diri kita dihadapan-Nya dengan benar, dan karena kita telah mengabdi kepada-Nya lewat perbuatan baik kita kepada makhluk-Nya.

Pahami ini baik-baik, bahwa Tugas kita yang sesungguhnya adalah bagaimana menata hidup dan kehidupan dibumi kita sendiri. Bagaimana agar seluruh gerak kehidupan yang berlangsung dibumi kita ini bisa berjalan tertib, selaras dan harmonis. Dengan demikian mudah-mudah itu dapat menyelamatkan kita dan makhluk Tuhan lainnya dari potensi terjadinya bencana, datangnya musibah dan bahaya serangan wabah penyakit  yang sewaktu - waktu bisa menimpa kita. Itulah sesungguhnya makna sejati dari printah Allah, dan rahasia yang ada dibalik perintahnya : " Wahai orang-orang yang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, " - (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)


وَالْعَصْرِ

"Demi masa." -

( QS. Al-'Asr 103: Ayat 1)

إِنَّ الْإِنْسٰنَ لَفِى خُسْرٍ

"Sungguh, manusia berada dalam kerugian,"

 (QS. Al-'Asr 103: Ayat 2)

إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."

(QS. Al-'Asr 103: Ayat 3)


Semoga tulisan pendek ini dapat bermanfaat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar