By Mang Anas
Rukun Islam :
1. Syahadat
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa
5. Haji
[ HR. Muslim ]
1. Ketuhanan Yang Maha Esa [ Syahadat ].
® Syahadat atau munculnya rasa berkebutuhan terhadap Tuhan adalah pembawaan mutlak dari jiwa manusia.
Hal itu terjadi karena jiwa pada dasarnya bersifat lemah, suka berkeluh - kesah dan mudah berputus asa. Maka secara kodrat manusia sesungguhnya sangat membutuhkan kehadiran Tuhan sebagai sandaran hidupnya. Itulah mengapa saat dulu masih berada di alam mitsal [ alam bapak ] jiwa manusia dengan suka rela dan senang hati mengangkat syahadat kepada Tuhannya.
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَاۛ اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ (١٧٢)
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.” (Q.S. Al-A'raf ayat 172)
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab [ Shalat ].
® Shalat adalah kebutuhan ruh, sedangan kodrat dari ruh adalah hidup bergerombol dan senang hidup berkelompok. Maka hakikat shalat adalah pengejawantahan insting dasar manusia, yaitu insting ingin senantiasa hidup bergerombol, berkelompok, dan urip bebrayan dengan membentuk sebuah komunitas yang prinsip dasarnya adalah, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Tatanan yang berprikemanusiaan, adil dan beradab.
Disamping itu fungsi shalat secara spiritual adalah sebagai media untuk mengasah hati, dan berfungsi untuk melembutkan jiwa. Dengan demikian maka setelah hati manusia itu ribuan kali diasah lewat shalat. Diharapkan hati itu akan menjadi semakin lembut, semakin peka, semakin tajam, dan menjadi lebih mudah tersentuh. Dengan begitu manusia tidak akan tega berbuat menyakiti orang lain, atau berbuat hal-hal lainnya yang sifatnya dapat menciderai keadilan dan atau melukai martabat kemanusiaannya sendiri,
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ (٤٥)
Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji [ perbuatan yang sifatnya merusak martabat dan harkat kemanusiaan ] dan mungkar [ perbuatan yang melanggar hukum dan sifatnya mengganggu ketertiban umum ]. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-'Ankabut ayat 45)
3. Persatuan Indonesia [ Zakat ]
® Hakikat dari ibadah zakat adalah aktualisasi dari potensi sirr yang ada didalam diri manusia, yaitu implementasi dari hasrat, rasa cinta, rasa ingin berkasih sayang, rasa ingin saling berbagi dan kesediaan untuk berkorban. Potensi - potensi itu pada ahirnya akan merajut persatuan, menumbuhkan kesadaran saling memiliki dan akan semakin meningkatkan rasa solidaritas antara sesama.
۞ اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعٰمِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغٰرِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ (٦٠)
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (Q.S. At-Taubah ayat 60)
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan / Perwakilan [ Puasa ].
® Hakikat Puasa adalah sabar, tabah, istiqomah dan tawakal, serta kemampuan dalam menahan diri. Yang kesemuanya merupakan elemen dari hikmat- kebijaksanaan, yaitu hakikat dari watak dan karakter seseorang yang telah tersinari oleh pancaran ilmu yang bersumber dari nur. Sebagai buah warid dari laku istiqomah, sabar dan ketawakalannya.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ (١٥٩)
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (Q.S. Ali 'Imran ayat 159)
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia [ Haji ]
® Hakikat haji adalah upaya peleburan diri manusia kedalam dzat dirinya yang sejati, yaitu esensi dirinya yang tunggal, yang universal dan yang semesta. Tunggal raga, tunggal jiwa, tunggal rasa dan bhinneka tunggal ika. Maka hakikat dari para penyandang haji mabrur adalah predikat manusia global -universal. Yaitu segolongan manusia yang tidak lagi mengikat dirinya dengan ras, suku, agama dan kelas sosial tertentu.
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِۗ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِۗ ذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَۗ وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ (٢٩)
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir [ yang zalim dan menindas ], tetapi berkasih sayang sesama mereka [ yang menghendaki keadilan dan kesetaraan ]. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al-Fath ayat 29)
---------♤----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar