By Mang Anas
Gambar : Tangga Nafsu Dalam Perspektif
Surat Al Fatiha
A. Tujuh Tangga Nafsu :
1. Al Magdhub [ الْمَغْضُوْبِ ] adalah Nafsu Amarah
2. Ad Dholin [ الضَّاۤلِّيْنَ ] adalah Nafsu Lawwamah
3. Sirotol Mustaqim [ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ] adalah Nafsu Mutmainnah
4. Dan adapun hakikat dari al ladina An'amta alaihim [ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ] adalah bentuk- bentuk manifestasi dari anugerah Warid, yaitu :
a. Maqom solihin sebagai bentuk anugerah warid bagi pemilik Nafsu Rodiyah
b. Maqom syuhada sebagai predikat bagi para penyandang Nafsu Mardiyah
c. Maqom siddiqin sebagai manifestasi warid bagi para pemilik Nafsu Kamilah
d. Dan maqom ambiya wal mursalin sebagai bentuk anugerah yang disandangkan secara khusus hanya kepada orang-orang pilihan, yang semenjak zaman ajali memang sudah ditakdirkan untuk menjadi lokus penitisan Nur-Muhammad [ pengemban Nafsu Kamil Mutakammil ]. Yaitu golongan para nabi dan para rasul.
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا (٦٩)
Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q.S. An-Nisa' ayat 69)
B. Nafsu Amaroh, Lawwamah dan nafsu Muthmainnah dalam perspektif makna Huruf
1. Nafsu Amarah
۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ (٥٣)
Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang (Q.S. Yusuf ayat 53)
2. Nafsu Lawwamah
وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (٢)
dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri). (Q.S. Al-Qiyamah ayat 2)
3. Nafsu Muthmainnah
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ (٢٧)
Wahai jiwa yang tenang ! (Q.S. Al-Fajr ayat 27)
Pembahasan :
1. Hakikat Nafsu [ النَّفْسَ ]
® Huruf ن mengandung makna kesadaran, dalam hal ini adalah kesadaran yang bersifat baik dohir maupun batin.
® Huruf ف mengandung makna orang yang menyandang kesadaran itu. Dalam hal ini adalah manusia.
® Huruf س mengandung makna tiga macam jenis kesadaran yang ada didalam diri ف [ sang penyandang kesadaran ], yaitu kesadaran yang diperoleh lewat dimensi pendengaran, penglihatan dan hati nurani [ akal sehat ]
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (٧٨)
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.(Q.S. An-Nahl ayat 78)
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا (٣٦)
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Q.S. Al-Isra' ayat 36)
© Dengan demikian maka hakikat dari nafsu [ النَّفْسَ ] itu adalah diri, dalam hal ini kesadaran diri manusia. Yakni kesadaran murninya yang disebut diri sejati, atau fitrah.
2. Nafsu Amarah [ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ]
® Huruf Alif [ آ ] pada kata آماره mengandung makna tinggi hati atau sombong. Merasa derajat atau status sosial dirinya lebih tinggi dibanding yang lain.
® Huruf Mim [ م ] dengan tanda tasdid mengandung makna mampu, atau menganggap diri lebih mampu dibanding yang lain.
® Huruf Alif [ آ ] sesudah م mengandung makna berdaya. Ia merasa berdaya dengan kemampuan dirinya sendiri. Oleh karenanya ia tidak merasa butuh dengan yang selain dirinya.
® Huruf Ro [ ر ] mengandung makna melayani, dalam hal ini ia menginginkan dirinya dilayani karena status sosial dirinya yang tinggi atau merasa lebih dari yang lain.
® Huruf Ha dengan dua titik diatas [ ة ] mengandung makna ingin menguasai, dalam hal ini adalah memaksakan kehendak kepada orang lain.
Oleh karena itu maka watak dari nafsu Amaroh ini akan cenderung mendorong manusia pada kejahatan. Yaitu memandang rendah orang lain, memaksakan kehendak, mengeksploitasi, menindas dan ingin menguasai. Dengan demikian maka nafsu Amaroh ini identik dengan sifat-sifat api.
Dengan kata lain yang disebut dengan nafsu amaroh itu adalah diri [ nafsu ] yang sudah tercemari oleh kejahatan. Yaitu diri yang tidak lagi suci atau sudah tidak lagi murni karena sudah tercemari oleh dosa atau kejahatan kemanusiaan.
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ (٩)
sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), (Q.S. Asy-Syams ayat 9)
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ (١٠)
dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams ayat 10)
3. Nafsu Lawwamah [ لنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ ]
® Makna huruf Lam [ ل ] pada kata اللَّوَّامَةِ mengandung makna jerat hawa nafsu. Yaitu suatu kekuatan yang akan membuat manusia terperangkap atau terjerat didalamnya.
® Huruf Wawu [ و ] yang digandeng oleh Lam [ ل ] dengan harokat tasdid diatasnya mengandung makna diri manusia [ و ] yang terperangkap atau sudah terjerat oleh hawa nafsunya. Dalam kondisi ini [ karena besarnya kekuatan harokat tasdid ] maka diri manusia menjadi tidak berdaya. Kekuatan kesadarannya sudah berhasil dikuasai oleh hawa nafsunya. Ia sudah seperti domba yang berada dalam cengkeraman pemangsanya.
® Tetapi pada saat dirinya sedang berada dititik nadir itu lalu tiba-tiba muncul dari dalam dirinya secercah kesadaran [ أ ] yang membangkitkannya dari keterpurukan. Pertolongan itu datang dari Tuhan.
® Lalu Tuhan memberi kepada hamba itu pencerahan dengan ilmu [ م ] nya, sehingga kesadaran lah yang ahirnya menguasainya [ ة ]. Maka hamba itupun akhirnya bertobat, dan menyesali semua kesalahannya.
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ (١٢٩)
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (Q.S. Ali 'Imran ayat 129)
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ (١٣٥)
dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S. Ali 'Imran ayat 135)
4. Nafsu Mutmainah [ النَّفْسَ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ ]
◇ Huruf Alif [ أ ] pada kata ٱلْمُطْمَئِنَّةُ adalah simbol kesadaran ilahiyah yang menitis pada sebuah nafsu [ ل ], sehingga nafsu itu pada akhirnya dapat terpimpin oleh kesadaran ilmunya [ م ], yang bersumber dari bimbingan wahyu [ ط ].
◇ Dan ilmu yang bersumber dari bimbingan wahyu itu [ م ] pada akhirnya akan menuntun diri hamba [ ء ] untuk menemukan kesadaran dirinya [ ن ], yaitu dirinya yang fitrah, yang murni dan sejati selaku hamba Tuhan yang Maha Perkasa. Yang kebesaran dan keagungan kekuasaannya meliputi seluruh langit dan bumi [ ة ]. Sehingga kepada-Nya ia merasa nyaman untuk berlindung, pasrah dan menyandarkan diri.
اَللّٰهُ نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتٰبًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَۙ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْۚ ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ هَادٍ (٢٣)
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk. (Q.S. Az-Zumar ayat 23)
Semoga Tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan membawa kebaikan bagi penulisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar