By. Mang Anas
Pendahuluan
Mayoritas umat Kristen meyakini bahwa semua penulis Injil menulis di bawah ilham penuh Roh Kudus. Keyakinan ini membuat seluruh isi Injil — baik narasi, komentar, maupun sabda Yesus — dianggap memiliki otoritas setara wahyu.
Namun, jika kita uji klaim ini secara logis dan forensik teks, akan muncul masalah yang tak bisa diabaikan. Dan di sinilah Al-Qur’an masuk sebagai koreksi sejarah dan teologi.
---
1. Klaim Ilham dan Konsekuensinya
Jika semua penulis Injil benar-benar menulis dengan bimbingan penuh Tuhan yang tidak mungkin salah, maka :
>Tidak boleh ada kontradiksi kronologis atau perbedaan fakta.
>Gaya penulisan dan isi tidak boleh dipengaruhi subjektivitas manusia.
>Semua ucapan Yesus harus akurat secara historis dan utuh.
Masalahnya : realitas teks Injil saat ini menunjukkan sebaliknya.
---
2. Bukti Forensik : Kontradiksi Internal
a. Kasus "Tiga Hari Tiga Malam" (Matius 12:40)
Yesus berkata : "Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam..."
Namun, kronologi Injil menunjukkan Yesus wafat Jumat sore dan bangkit Minggu subuh — durasi hanya ±36 jam, jauh dari 72 jam literal.
Jika ini diilhamkan Tuhan, mengapa fakta dan ucapan tidak cocok?
b. Perbedaan Catatan Kebangkitan
>Markus 16:8 (versi teks awal) berakhir tanpa penampakan Yesus.
>Matius 28 dan Yohanes 20 mencatat penampakan detail.
Perbedaan ini terlalu besar untuk sekadar variasi sudut pandang.
---
3. Gaya Penulisan yang Terlalu Manusiawi
💧Matius menulis dengan tujuan membuktikan Yesus sebagai penggenapan nubuat Yahudi — penuh kutipan PL.
💧Lukas mengaku menulis setelah “menyelidiki dengan seksama” (Lukas 1:3) — ini metode sejarawan, bukan transkripsi wahyu langsung.
💧Yohanes memuat dialog panjang dan teologis yang berbeda gaya dari Yesus di Injil sinoptik.
Kesemuanya menunjukkan dominasi sudut pandang penulis, bukan bimbingan ilahi kata demi kata.
---
4. Standar Qur’ani : QS 4:82
> "Sekiranya Al-Qur’an ini bukan dari sisi Allah, niscaya kamu akan dapati di dalamnya banyak pertentangan."
Ketika prinsip ini diuji pada Injil versi sekarang :
🗳️Terbukti ada pertentangan kronologis dan teologis.
🗳️Ada tanda editorial manusia yang jelas.
Artinya, dari perspektif Qur’an, teks ini tidak lagi murni dari sisi Allah.
---
5. Posisi Korektif Al-Qur’an
Al-Qur’an menyatakan :
Isa (Yesus) memang menerima wahyu murni (Injil) dari Allah (QS 3:3–4).
Wahyu itu berisi petunjuk dan cahaya, namun telah ditinggalkan atau diganti sebagian oleh manusia.
Peristiwa penyaliban sebagaimana diceritakan dalam Injil adalah keliru (QS 4 :157–158).
Al-Qur’an hadir untuk meluruskan yang diperselisihkan (QS 16:64).
Dengan demikian, Al-Qur’an memposisikan diri sebagai “standar emas” yang menjaga konsistensi kebenaran wahyu dari distorsi manusia.
---
Kesimpulan
Keyakinan bahwa penulis Injil menulis seluruhnya dalam ilham penuh Tuhan tidak sejalan dengan fakta teks yang ada.
Bukti kontradiksi, perbedaan sudut pandang, dan editorial manusia menunjukkan bahwa Injil yang beredar sekarang bukan naskah wahyu murni sebagaimana diturunkan kepada Isa Al-Masih.
Al-Qur’an datang sebagai koreksi, bukan penolakan total, untuk mengembalikan pesan asli Yesus: tauhid, petunjuk hidup, dan kebenaran yang konsisten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar