Halaman

Jumat, 03 Oktober 2025

Menggugat Teori “Out of Africa” : Benarkah Manusia Berawal dari Afrika ?

By. Mang Anas 


Selama beberapa dekade, teori “Out of Africa” menjadi semacam dogma sains modern. Homo sapiens diyakini lahir di Afrika sekitar 200.000 tahun lalu, lalu bermigrasi ke seluruh dunia. Bukti yang diajukan: fosil tertua di Afrika dan keragaman DNA yang lebih tinggi di sana.

Namun, bila kita tinjau secara logis, fondasi teori ini rapuh. Justru logika sederhana menunjukkan alternatif lain: asal-usul manusia mungkin berakar di Asia, khususnya India dan Tiongkok.

---

1. Keragaman bukan berarti asal-usul

Keragaman DNA yang tinggi tidak otomatis membuktikan asal-usul. Amerika Serikat adalah negara paling multiras, tetapi bukan tempat lahir manusia. Jakarta adalah kota paling majemuk di Indonesia, tetapi bukan asal suku-suku bangsa.

Keragaman bisa muncul karena arus masuk dan percampuran populasi. Dengan logika ini, keragaman DNA Afrika bisa dipahami sebagai hasil lalu lintas manusia yang panjang, bukan titik lahir.

---

2. Fosil adalah bukti rapuh

Fosil tertua memang ditemukan di Afrika. Tapi fosil hanyalah bukti parsial, bergantung pada di mana kebetulan ditemukan. Jika besok ada fosil Homo sapiens yang lebih tua di India atau Tiongkok, seluruh teori “Out of Africa” akan goyah. Fondasi yang tergantung pada kebetulan temuan tidak bisa dianggap mutlak.

---

3. Desa induk selalu lebih besar

Secara sosial, desa induk cenderung lebih ramai daripada desa rantau. Migrasi memang menyebarkan populasi, tetapi pusat tetap lebih besar dan berakar.

Jika benar manusia lahir di Afrika, mengapa benua itu relatif jarang penduduknya? Sebaliknya, India dan Tiongkok justru menjadi pusat manusia terbesar sejak dulu hingga kini. Secara logika, inilah yang lebih sesuai sebagai “desa induk”.

---

4. Ikatan manusia pada tanah asal

Manusia memiliki kecenderungan bertahan di tanah leluhur, meski sulit. Warga desa di pegunungan Tiongkok enggan pindah meski harus mendaki ribuan tangga. Warga Gunung Kidul tetap tinggal meski kekurangan air.

Artinya, pusat asal manusia seharusnya tetap padat sampai kini. Fakta ini lagi-lagi lebih cocok dengan Asia daripada Afrika.

---

5. Dua jenis tengkorak : dua garis asal ?

Dalam antropologi fisik dikenal dua pola dasar :

> Tengkorak lonjong (dolichocephalic) – umum di Asia Selatan (India).

> Tengkorak bulat (brachycephalic) – umum di Asia Timur (Tiongkok).

Perbedaan ini bisa dibaca bukan sekadar variasi regional, melainkan dua garis awal manusia yang sejak mula sudah ada. Dari India dan Tiongkok, kedua garis ini menyebar ke seluruh dunia, melahirkan keragaman ras yang kita lihat sekarang.

---

Penutup : Saatnya Membuka Ruang Alternatif

Teori “Out of Africa” dibangun di atas fondasi yang mudah goyah: keragaman DNA dan fosil kebetulan. Sebaliknya, India–Tiongkok menawarkan kerangka logis yang lebih konsisten: populasi besar, berkesinambungan, dengan dua garis tengkorak dasar yang bisa menjelaskan variasi manusia global.

Sains seharusnya terbuka pada kemungkinan ini. Barangkali suatu hari nanti, ketika narasi ditulis ulang, kita akan sadar: manusia bukan hanya “anak Afrika”, melainkan “anak Asia” yang lahir di tanah India dan Tiongkok, lalu menyebar ke seluruh bumi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar