Halaman

Jumat, 17 Desember 2021

Proses Penciptaan Alam Raya dan Hukum Kehidupan Yang Tersembunyi Didalamnya

By. Mang Anas


TAFSIR ATAS SURAT AL FURQAN 25 : AYAT 57 - 61 DALAM PERSPEKTIF MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DIMUKA BUMI.

A.  al Furqan ayat 57 : 

قُلْ مَآ أَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِلَّا مَنْ شَآءَ أَنْ يَتَّخِذَ إِلٰى رَبِّهِۦ سَبِيلًا

"Katakanlah, "Aku tidak meminta imbalan apa pun dari kamu dalam menyampaikan itu, melainkan [ hanya agar ] orang-orang mau mengambil jalan kepada Tuhannya." (QS. Al-Furqan 25: Ayat 57)

□  Makna dari kalimat agar manusia mau " mengambil jalan kepada Tuhannya " adalah hendaklah manusia itu dapat berdiri tegak pada garis tugas dan fungsinya selaku khalifah dan selaku kepanjangan tangan Tuhan dimuka bumi. Dengan jalan itu, maka barulah manusia dapat dianggap telah mengambil jalan kepada Tuhannya. Sebab kewajiban utama manusia adalah menegakkan prinsip - prinsip kehidupan, dengan merawat dan memeliharanya serta menfasilitasi tumbuh dan berkembangnya marwah kehidupan itu disemua aspeknya. Dan bukan berlaku sebaliknya, mematikan, merusak dan menghambatnya.


B. al Furqan ayat 58

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَىِّ الَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ  ۚ وَكَفٰى بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا

"Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya," (QS. Al-Furqan 25: Ayat 58)

□ Dan yang dimaksud dengan kalimat " Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya " adalah hendaklah manusia itu senantiasa berusaha menyelaraskan dirinya sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki, itulah yang disebut tawakkal dalam kontek ini. Dan hendaklah  ia tetap berkomitmen dalam menjalankan tugas dan fungsinya, itulah yang dimaksud dengan bertasbih dengan memuji-Nya. Jadi makna hakiki bertasbih dan memuji itu bukanlah semata pekerjaan lidah dan mulut, tetapi haruslah berupa tindakan nyata. "Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya " (QS. Az-Zumar 39: Ayat 67)

□ Adapun yang dimaksud dengan kata dosa pada kalimat " Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya," adalah bahwa Allah itu sangat mengetahui segala perbuatan yang dilakukan oleh hamba - hambaNya yang dampaknya dapat merusak dirinya dan tatanan hukum semesta serta merusak keseimbangannya.

C. al Furqan ayat 59

الَّذِى خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ  ۚ الرَّحْمٰنُ فَسْئَلْ بِهِۦ خَبِيرًا

" [ Dialah [ yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa [ enam tahapan ], kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Yang Maha Pengasih, maka tanyakanlah kepada orang yang lebih mengetahui." (QS. Al-Furqan 25: Ayat 59)




□ Yang dimaksud dengan periode penciptaan dalam enam masa [ enam tahapan ] dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Fase Nur Muhammad [ Alam Sifat ]

□ Pada mulanya Tuhan itu barulah berupa eksistensi اله atau هو atau yang disebut sebagai Sang Maha Hidup [ الْحَىِّ ]. Keberadaan Tuhan pada tahap ini [ dalam eksistensi  هو atau اله ] belumlah dapat dikenali, karena pada fase ini hanya Dia lah satu - satunya keberadaan itu, dan belum ada yang lainnya. Jadi ini adalah fase Allah yang Ahad, atau Allah yang masih ada dalam kesendirianNya.

Lalu Allah yang Ahad dan yang pada mulanya Sendiri itu pada ahirnya berkehendak agar keberadaan diriNya dapat dikenali, maka memancarlah dari Diri-Nya itu Nur yang kemudian kita kenal dengan sebutan Nur Muhammad atau Hakikatul Muhammadiyah yang kemudian dari padanya tercipta 'Arsy, Al Qolam, Kursi dan Lauh Makhfuzh.

Adapun dasar pengambilan istilah Nur Muhammad adalah dari ayat al quran berikut ini,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ

"Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam." (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 2)

اللَّهُ نُورُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ  ۚ مَثَلُ نُورِهِۦ كَمِشْكٰوةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ  ۖ الْمِصْبَاحُ فِى زُجَاجَةٍ  ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّىٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِىٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ  ۚ نُّورٌ عَلٰى نُورٍ  ۗ يَهْدِى اللَّهُ لِنُورِهِۦ مَنْ يَشَآءُ  ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثٰلَ لِلنَّاسِ  ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nur 24: Ayat 35)

□  Kata  الْحَمْدُ [ segala puji ] dan kata Nur pada ayat diatas itulah yang kemudian melahirkan istilah Nur Muhammad. Itulah pangkal segala penciptaan, dan yang menjadi lokus segala pujian seluruh makhluknya. Tetapi Ibnu Arabi dan Abdul Karim al Jaili lebih menyukai menyebut hal ini dengan istilah Akal Pertama.

Penting untuk diketahui bahwa hakikat Nur Muhammad atau Hakikatul Muhammadiyah adalah wujud dari Allah itu sendiri yaitu  [ اللَّهُ نُورُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ]  atau Allah (selaku sumber) cahaya (bagi) langit dan bumi,  oleh karena itu janganlah kita sampai menyamakan atau mencampur- adukan istilah Nur Muhammad itu dengan sosok Nabi Muhammad SAW. Itu adalah dua esensi yang sama sekali berbeda. Sebab yang disebut dengan Nur Muhammad itu adalah hakikat Allah Swt selaku Tuhan Yang Maha Pencipta, dan penyebutan itu sebenarnya hanyalah sekedar istilah. Sedangkan esensi yang kedua yakni Nabi Muhammad SAW adalah hakikat makhluk-Nya, hamba dan utusan-Nya. Jadi sekali lagi jangan saudara dibingungkan oleh dua istilah Muhammad itu, dan janganlah sampai salah dalam memahaminya.

2. Fase Terbentuknya Al Qolam dan Lauh Makhfuzh [ Alam Asma ]

□ Kemudian melalui Al Qolam itu Allah Swt menyusun desain dan rancangan dasar dari Alam semesta. Lalu  diinstalkanlah desain program dan rancangan dasar alam semesta itu kedalam sebuah chip maha canggih yang bernama Lauh Makhfuzh.

فِى لَوْحٍ مَّحْفُوظٍ

"yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuz)." (QS. Al-Buruj 85: Ayat 22)

وَعِنْدَهُۥ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ إِلَّا هُوَ  ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ  ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِى ظُلُمٰتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِى كِتٰبٍ مُّبِينٍ

"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Al-An'am 6: Ayat 59)

وَلَوْ أَنَّمَا فِى الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلٰمٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمٰتُ اللَّهِ  ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS. Luqman 31: Ayat 27)

3. Fase Pembentukan Pusat Energi [ Alam Ruh ].

□ Dan melalui chip maha canggih yang bernama Lauh Makhfuzh itulah kemudian materi pertama diciptakan, yang waktu itu bentuknya masih berupa Energi [ Ruh Universal ]. ----> Kondisi ini mirip dengan fenomena Big Bang dalam teori ilmu fisika quantum, yang dihipotesakan oleh Georges Lemaitre [ 1927 ] sebagai awal mula dari terbentuknya alam semesta.

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوٓا أَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَا  ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ  ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?" (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 30)

4. Fase Pembentukan DNA Alam Semesta [ Alam Mitsal ]

□ Dari Ruh Universal [ materi pertama ] itu lalu terbentuklah garis - garis kecendrungan dari cikal bakal segala alam ciptaan, yang disebut Alam Mitsal  [ itu semacam DNA dari Alam Semesta ]. ----> Kondisi ini mirip dengan fenomena pembentukan sperma atau kumpulan asam amino dalam teori biologi  [ Stanley Miller, 1953 ] tentang asal mula terbentuknya kehidupan dimuka bumi.

هَلْ أَتٰى عَلَى الْإِنْسٰنِ حِينٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَّذْكُورًا

"Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut ? [ masih semacam DNA ] " (QS. Al-Insan 76: Ayat 1)

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسٰنَ مِنْ نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيعًۢا بَصِيرًا

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur [ bergabungannya sel sel DNA itu dengan sebuah Ovum ]  yang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (QS. Al-Insan 76: Ayat 2)

5. Fase Pembentukan Genos atau Embrio Alam Semesta [ Alam Ajsam ]

□ Dari Alam Mitsal yang masih berupa DNA itu lalu mulailah tercipta wujud - wujud nyata yang berupa embrio atau genos dari alam semesta, tetapi pembentukan pada tahap ini sifatnya masihlah tersembunyi [ bersifat Ajsam ] ----> Kondisi ini mirip dengan proses pertumbuhan bayi dalam kandungan atau pertumbuhan Genos dalam sebuah biji. 

يَخْلُقُكُمْ فِى بُطُونِ أُمَّهٰتِكُمْ خَلْقًا مِّنۢ بَعْدِ خَلْقٍ فِى ظُلُمٰتٍ ثَلٰثٍ  ۚ ذٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ  ۖ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ  ۖ فَأَنّٰى تُصْرَفُونَ

" Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan [ tri semestar pertama, kedua dan ketiga _ merujuk pada istilah kebidanan ]. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang memiliki kerajaan. Tidak ada tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan?" (QS. Az-Zumar 39: Ayat 6)

يُخْرِجُ الْحَىَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَىِّ وَيُحْىِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا  ۚ وَكَذٰلِكَ تُخْرَجُونَ

"Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati [ biji yang tumbuh ] dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup [ biji yang jatuh lalu mengering ] dan menghidupkan bumi setelah mati (kering). Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur)." (QS. Ar-Rum 30: Ayat 19)

6. Fase Perwujudan Alam Semesta [ Alam Insan ]

□ Dan dari alam Ajsam itu [ genos atau embrio ] lahir dan mewujudlah kemudian  segala macam makhluk hidup serta segala jenis benda yang ada dialam raya. 

إِنَّ فِى خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلٰفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِى تَجْرِى فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَآءِ مِنْ مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 164)

وَفِى خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَآبَّةٍ ءَايٰتٌ لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ

"Dan pada penciptaan dirimu dan pada makhluk bergerak yang bernyawa yang bertebaran (di bumi) terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) untuk kaum yang meyakini," (QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 4)

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِى هٰذَا الْقُرْءَانِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ  ۚ وَكَانَ الْإِنْسٰنُ أَكْثَرَ شَىْءٍ جَدَلًا

"Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang -ulang kepada manusia dalam Al-Qur'an ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah." (QS. Al-Kahf 18: Ayat 54)

□ Adapun kalimat "  kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Yang Maha Pengasih " maksudnya adalah, setelah Allah Swt menciptakan seluruh tahapan penciptaan itu, maka tidak perlu lagi Allah itu berpayah - payah  untuk terus - menerus mengurus dan memelihara secara langsung makhluk - makhluknya, karena pada Alam semesta yang diciptakan-Nya itu Allah telah meletakkan segala ketentuan dan hukum - hukumNya, yaitu berupa sunnatullah yang hidup dan yang tidak akan pernah berubah. Hukum itulah nantinya yang akan menggerakan secara otomatis proses perkembangan dan pertumbuhan Alam semesta beserta seluruh kehidupan yang ada didalamnya. ----> itulah hakikat dari kata Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan Maha Meliputi serta yang dimaksud dengan makna hakikat dari kalimat "  lalu Allah bersemayam diatas 'Arsy " [ QS. Al-Furqan 25: Ayat 59).

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ  ۗ إِنَّ ذٰلِكَ فِى كِتٰبٍ  ۚ إِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

"Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 70)

Berdasarkan penjelasan ayat itu maka jelaslah bahwa fungsi Lauh Mahfuzh itu adalah mesin otomatis yang memproses pertumbuhan dan perkembangan Alam semesta beserta seluruh kehidupan yang ada didalamnya.


-----@-------

D. al Furqan ayat 60

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمٰنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمٰنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kepada Yang Maha Pengasih," mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Pengasih itu? Apakah kami harus sujud kepada Allah yang engkau (Muhammad) perintahkan kepada kami (bersujud kepada-Nya)?" Dan mereka makin jauh lari (dari kebenaran)." (QS. Al-Furqan 25: Ayat 60)

□ Yang dikatakan dengan "  Sujudlah kepada Yang Maha Pengasih " maka yang dimaksudkan disini adalah hendaklah kamu semua tunduk dan patuh kepada Allah, yaitu kepada segenap hukum dan ketentuan yang melekat di dalam kodratmu dan dengan apa yang menjadi kodrat dari alam semesta. Hanya dengan kepatuhan dan ketundukan inilah hidup kita nantinya akan bisa selaras dengan gerak hidup dan dinamika kehidupan alam semesta.

E. al Furqan ayat 61

تَبَارَكَ الَّذِى جَعَلَ فِى السَّمَآءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرٰجًا وَقَمَرًا مُّنِيرًا

"Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang [ untuk menjaga keseimbangan ] dan Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bersinar [ untuk menjaga kehidupan ]" (QS. Al-Furqan 25: Ayat 61)

□  Penafsiran itu selaras dengan bunyi ayat al Quran berikut ini,

فَقَضَىٰهُنَّ سَبْعَ سَمَٰوَاتٍ فِى يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِى كُلِّ سَمَآءٍ أَمْرَهَاۚ وَزَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِمَصَٰبِيحَ وَحِفْظًاۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ 

Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara [ menjaga keseimbangn ]. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui [ Fushshilat 41:12 ]

Semoga tulisan ini bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar