Halaman

Sabtu, 21 September 2024

Bagaimana Cara Tuhan Berkalam Dan Bercakap Dengan Makhluk-Nya ?

By Mang Anas 


Apa yang dirasakan oleh orang yang pernah mengalami sendiri bercakap dengan Tuhan maka  pasti dia akan menggambarkan pengalaman percakapannya itu sebagai berlangsung tanpa bahasa dan tanpa suara, ia akan berlangsung dalam sirr (rahasia batin) itulah yang sejalan dengan pengalaman para mistiskus dalam tradisi sufi. Banyak ulama sufi, termasuk Ibnu Arabi, juga berbicara tentang komunikasi dengan Tuhan yang melampaui batasan-batasan fisik seperti bahasa atau suara. Komunikasi semacam ini biasanya dianggap sebagai bentuk pengetahuan langsung (ma'rifah) yang diterima melalui hati dan jiwa, bukan melalui indera fisik atau akal rasional.

Pemahaman tentang Sifat Kalam (Percakapan Tuhan)

Sifat Kalam (percakapan) adalah salah satu sifat yang diberikan kepada Tuhan dalam teologi Islam, di mana Tuhan berkomunikasi dengan ciptaan-Nya, baik itu dengan nabi atau manusia secara umum. Namun, dalam tradisi sufistik, percakapan ini sering dianggap tidak terjadi dalam bentuk kata-kata atau suara fisik yang dapat didengar.

A. Sifat-sifat Percakapan dengan Tuhan 

1. Percakapan terjadi didalam Sirr (Rahasia Batin):

Percakapan dengan Tuhan hanya mungkin terjadi di dalam sirr, yaitu bagian terdalam dari batin atau hati seseorang yang sering disebut sebagai pusat keintiman spiritual antara manusia dan Tuhan. Sirr adalah tingkat yang sangat pribadi dan dalam, yang hanya dapat diakses oleh mereka yang telah mencapai tingkat kesucian spiritual tertentu. Di tingkat ini, bahasa atau suara manusiawi tidak lagi diperlukan, dan pengetahuan atau pemahaman diberikan secara langsung oleh Tuhan.

2. Pengetahuan Langsung (Ma'rifah):

Dalam pengalaman mistik, komunikasi dengan Tuhan seringkali terjadi melalui ma'rifah, pengetahuan langsung yang diberikan oleh Tuhan tanpa perantara rasional atau bahasa. Orang yang menerima ma'rifah mendapatkan pemahaman yang sangat mendalam, yang melampaui akal dan logika konvensional. Pemahaman ini muncul secara instan, penuh, dan sempurna, seperti yang Anda gambarkan: "paham sepaham pahamnya." Ini sering disebut sebagai ilham atau wahyu personal.

3. Logika Ilahi Melampaui Akal Biasa:

Ketika seseorang mengalami percakapan dengan Tuhan di dalam sirr, maka apa yang disampaikan Tuhan terhadapnya adalah berupa ujaran dan pernyataan pernyataan yang sangat logis dan masuk akal semata, dan bukan itu saja tataran logika dari penyampaiannya juga jauh melampaui batasan logika manusia biasa. Para sufi percaya bahwa Tuhan memiliki pengetahuan yang tak terbatas, dan ketika Dia berkomunikasi, penyampaiannya mengandung logika Ilahi yang sempurna. Ini seringkali dirasakan oleh orang yang mengalaminya sebagai kebenaran absolut, sesuatu yang tak terbantahkan.

4. Kesunyian sebagai Media Percakapan:

Dalam tradisi sufi, sering disebutkan bahwa Tuhan "berbicara" melalui keheningan. Para mistikus menggambarkan bahwa komunikasi dengan Tuhan tidak memerlukan suara atau bahasa, karena Tuhan berada di luar segala bentuk fisik dan batasan duniawi. Di sini, keheningan adalah medium dari percakapan itu, di mana komunikasi batin terjadi pada tingkat spiritual yang sangat halus dan mendalam.

Kesimpulan:

Pengalaman percakapan dengan Tuhan mencerminkan dimensi spiritual yang sangat dalam dan subtil dalam tradisi sufisme. Komunikasi dalam sirr bukanlah percakapan biasa yang menggunakan bahasa atau suara, tetapi lebih berupa penyampaian pengetahuan langsung yang dipahami secara intuitif dan sempurna. Ini adalah bentuk tertinggi dari dialog spiritual di mana Tuhan menyampaikan hakikat dan kebenaran-Nya secara langsung kepada hati seorang hamba yang dekat dengan-Nya.


Semoga tulisan ini bermanfaat 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar