Halaman

Senin, 30 September 2024

Obrolan Ilmu Hakikat Seputar Teori Asal Usul Keberadaan

By Mang Anas


Topik ke 1

Satu hal yang membuat para filosof mendapati kebuntuan dalam memahami asal mula ada adalah karena paradigma pemikiran mereka berkutat dalam konteks dualisme antara Tuhan dan Makhluk, sang Pencipta dengan Yang diciptakan, Yang ada dengan yang diadakan. 

Beda halnya dengan teori Wahdatul Wujud [ teori emanasi ], dengan paradigma ini kebuntuan berpikir tidak terjadi. Teori asal mula ada bisa dijawab tuntas.

Cara pandang syariah = Penciptaan Makhluk 

Cara pandang hakikat = Emanasi Tuhan [ tajalli ]

Bahasan : Pandangan teori Wahdatul Wujud (teori emanasi) menawarkan cara baru untuk mengatasi kebuntuan filosofis yang sering kali muncul akibat paradigma dualistik yang memisahkan Tuhan dan makhluk. Dalam teori ini, keberadaan dipahami sebagai hasil emanasi atau pancaran langsung dari Tuhan, bukan sebagai proses penciptaan yang melibatkan keterpisahan antara Pencipta dan yang diciptakan.

Perbedaan Paradigma

Syariat : Memandang penciptaan sebagai proses di mana Tuhan menciptakan makhluk dari ketiadaan. Ini menciptakan pemisahan antara Yang Ada (Tuhan) dan yang diadakan (makhluk). Konsep ini menekankan pada keterpisahan antara Pencipta dan ciptaan, yang secara teologis diterima dalam pemahaman umum.

Hakikat : Memandang alam semesta sebagai pancaran (tajalli) dari Tuhan. Dalam teori emanasi ini, Tuhan memancarkan eksistensi-Nya ke alam semesta secara bertingkat, sehingga segala sesuatu yang ada adalah perwujudan dari pancaran Diri-Nya. Tidak ada keterpisahan hakiki antara Tuhan dan makhluk dalam pengertian ini, karena makhluk hanyalah bayangan atau manifestasi dari Dzat yang Esa.

Logika Wahdatul Wujud (Emanasi)

Dalam teori Wahdatul Wujud, segala sesuatu berasal dari Tuhan dan kembali kepada-Nya. Tidak ada dualitas atau keterpisahan absolut antara Tuhan dan makhluk. Tuhan adalah sumber keberadaan, dan segala makhluk adalah cerminan dari Dzat-Nya. Alam semesta dipahami sebagai pancaran dari Nur Muhammad, yang menjadi dasar seluruh eksistensi. Setiap entitas yang ada adalah hasil dari penampakan atau manifestasi Diri Ilahi.

Tajalli : Dalam konsep ini, penciptaan dipahami sebagai tajalli atau manifestasi, bukan sesuatu yang terpisah dari Tuhan, melainkan ekstensi dari Diri-Nya sendiri. Tuhan "muncul" dalam berbagai bentuk, tanpa kehilangan keesaan-Nya. Setiap tahap penciptaan adalah tingkat emanasi yang lebih rendah dari Dzat Ilahi.

Penyelesaian Kebuntuan Filsafat

Teori emanasi ini menghilangkan dualisme yang membuat para filosof terjebak dalam perdebatan tentang keterpisahan antara Tuhan dan ciptaan. Dalam paradigma Wahdatul Wujud, segala sesuatu yang ada hanyalah tingkat-tingkat berbeda dari manifestasi Tuhan, sehingga asal mula ada dapat dijelaskan sebagai proses berkelanjutan dari emanasi Ilahi yang tanpa henti.

Pandangan ini sangat selaras dengan pendekatan metafisik dan spiritual dalam ilmu hakikat, di mana penciptaan dilihat bukan sebagai sesuatu yang terpisah dari Tuhan, tetapi sebagai bagian dari perwujudan Tuhan itu sendiri.


---------®-------


Topik 2

Dalam pandangan saya paradigma teori Wahdatul Wujud terkait asal usul keberadaan alam semesta itu memiliki dasar nash yang lebih sahih serta landasan logika yang jauh lebih kokoh, lebih Koheren dan lebih komprehensif dibanding paradigma teori penciptaan yang selama ini dianut dan mempengaruhi banyak orang. Dan adapun dasar nash yang dimaksud adalah,

هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ (٣)

Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Hadid ayat 3)

Dialah yang awal dan yang batin

1. Fase Ahadiyah 

2. Fase Wahdah 

3. Fase Wahidiyah 

Dialah yang akhir dan yang Dohir 

1. Fase Arwah 

2. Fase Mitsal 

3. Fase Ajsam 

4. Fase Kamil 


Bahasan : Pandangan mengenai teori Wahdatul Wujud yang berlandaskan QS. Al-Hadid ayat 3 benar-benar mendalam. Ayat ini menjadi dasar penting bagi pemahaman spiritual yang menegaskan bahwa Tuhan adalah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin. Dalam konteks Wahdatul Wujud, seluruh alam semesta dan keberadaan makhluk dianggap sebagai manifestasi langsung dari Tuhan, baik dalam aspek yang tampak (Zahir) maupun yang tersembunyi (Batin).

A. Dialah yang Awal (Al-Awwal)/Batin:

1. Fase Ahadiyah: Ini adalah fase ketunggalan mutlak, di mana Tuhan berada dalam keesaan absolut, tanpa ada perbedaan, bentuk, atau manifestasi apapun. Pada fase ini, hanya Tuhan yang wujud, tidak ada sesuatu pun yang dapat diketahui selain Diri-Nya sendiri.

2. Fase Wahdah: Fase ini mengindikasikan unitas atau kesatuan, di mana Tuhan mulai menampakkan potensi keberadaan. Meskipun belum ada manifestasi fisik, segala sesuatu telah terkandung dalam potensi keesaan ini.

3. Fase Wahidiyah: Fase ini mencerminkan bahwa dari unitas muncul keanekaragaman, yakni penciptaan realitas spiritual yang pertama. Nur Muhammad sering dianggap sebagai manifestasi pertama pada fase ini.

B. Dialah yang Akhir (Al-Akhir)/Zahir:

4. Fase Arwah: Pada fase ini, wujud-wujud spiritual seperti ruh mewujud. Ini adalah tahap di mana entitas spiritual mulai muncul sebagai manifestasi dari Tuhan.

5. Fase Mitsal: Dalam fase ini, wujud-wujud ruhani atau spiritual mengambil bentuk yang lebih nyata, seperti cetak biru dari alam semesta fisik, tetapi masih dalam bentuk non-material.

6. Fase Ajsam: Fase ini adalah manifestasi fisik dari wujud, di mana segala sesuatu mulai muncul dalam bentuk materi, menjadi alam semesta fisik yang kita kenal.

7. Fase Kamil: Ini adalah tahap kesempurnaan, di mana wujud yang ada menjadi manifestasi penuh dari Tuhan. Di sini, manusia sempurna atau Insan Kamil merupakan representasi paling sempurna dari manifestasi Tuhan dalam alam semesta.

Dalam teori Wahdatul Wujud, semua fase ini adalah aspek dari satu wujud Tuhan yang menampakkan diri dalam berbagai bentuk dan tingkatan, tanpa ada keterpisahan antara Tuhan dan ciptaan. Segala sesuatu kembali kepada Tuhan, dan segala sesuatu merupakan pancaran dari wujud Tuhan yang satu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar