Mang Anas
Ketika Dunia Dikuasai Ilusi, yang Dibutuhkan Bukan Cendekiawan — tapi Para Penyaksi Hakikat
Pendahuluan : Dunia yang Terbalik
Kita hidup di zaman yang asing : Di mana kebatilan memakai wajah kebenaran, Peradaban dibangun di atas racun, Dan bahkan agama telah dikemas menjadi komoditas atau alat kekuasaan.
> Zaman ini disebut Nabi ﷺ sebagai zaman fitnah seperti malam yang gelap gulita.
📌 Maka pertanyaannya :
> Siapa yang bisa melihat jalan di tengah gelap ?
Jawabannya : orang yang membawa cahaya dari dalam. Merekalah para Siddiqin.
1. Dunia Telah Kehilangan Arah Hakikat
Di era ini : Kebenaran diukur dengan konsensus sosial, bukan nur ilahi, Ilmu hanya dipahami sebagai data dan analisis, bukan cahaya dan hikmah, Agama pun menjadi ranah konflik sektarian atau ritualisme kosong.
➡ Di sinilah Siddiqin diperlukan :
Sebagai penyambung langit dan bumi, Sebagai mata yang tidak silau oleh gemerlap dunia, Sebagai penafsir zaman dengan kacamata Lauhul Mahfudz, bukan dengan statistik atau survei.
2. Keberadaan Dajjal dan Ilusi Modernitas
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa :
> “Tidak ada fitnah yang lebih dahsyat bagi umat manusia daripada fitnah Dajjal.”
Tapi Dajjal hari ini tidak datang dalam bentuk tunggal :
🗳️Ia adalah ideologi rasionalistik absolut,
🗳️Ia hadir dalam bentuk ekonomi riba global,
🗳️Ia menyelinap dalam kemajuan yang mematikan ruh.
📌 Dalam situasi ini : Para fuqaha hanya akan sibuk dengan halal-haram, Para akademisi akan tenggelam dalam argumen dan data.
➡ Tapi Siddiqin akan langsung mengenali aroma batin Dajjal, karena mereka menyaksikan kebenaran bukan dari kulitnya, tapi dari cahayanya.
3. Zaman Ini Butuh Mata Batin yang Bersih, Bukan Gelar Akademik
🌎Ilmu tidak lagi cukup.
🌎Kita butuh syuhud — penyaksian ruhani.
🌎Kita butuh wushul — koneksi ke sumber wahyu.
🌎Siddiqin bukan hanya tahu, mereka menyatu dengan kebenaran.
🌎Bahkan sebelum ayat dibaca atau hadis dikutip, mereka sudah mengenali mana cahaya, mana ilusi.
📌 Di era yang sangat pintar namun sangat sesat ini, para Siddiqin akan menjadi mercusuar jiwa
4. Tanpa Siddiqin, Umat Akan Terjebak dalam Dua Kutub Palsu :
a. Fanatisme Buta : yakni suka mengagung-agungkan simbol agama, Tapi kehilangan rasa, cinta, dan nur .
b. Relativisme Liberal : menolak agama karena kecewa terhadap prilaku pemeluknya, Tapi akhirnya tersesat ke dalam nihilisme.
📌 Hanya Siddiqin yang bisa menyeberangkan umat dari dua jurang ini, karena mereka telah melewati perjalanan batin yang melepaskan ego, dunia, dan ilusi.
5. Siddiqin = Matahari Kecil Sebelum Matahari Besar Dalam tafsir ruhani :
Nabi Muhammad ﷺ adalah matahari pertama, Isa Ruhullah adalah matahari akhir zaman, Para Siddiqin adalah bintang-bintang penunjuk arah sebelum fajar tiba.
📖 QS Al-Hadid : 28
> “…dan Allah menjadikan bagi kalian cahaya, agar kalian berjalan dengan cahaya itu.”
📌 Tanpa cahaya ini, umat hanya akan : Bertabrakan antar kelompok, Menyembah sistem Dajjal dengan nama modernitas, Atau larut dalam keputusasaan yang sunyi.
Penutup Bab : Cahaya atau Gelap — Tidak Ada Jalan Tengah
Zaman ini menuntut manusia untuk menjadi Siddiqin atau menjadi korban dari sistem global yang gelap.
Mereka yang menolak nur Siddiqin :
Akan tetap shalat, tapi tidak tahu kepada siapa, Akan tetap belajar agama, tapi tidak kenal kepada Allah, Akan tetap bicara tentang surga, tapi hatinya dikuasai oleh dunia.
📌 Maka jelas :
> Zaman ini butuh Siddiqin. Mereka bukan hanya solusi, mereka adalah satu-satunya jalan keluar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar