Mang Anas
Risalah Tentang Hakikat Ruh, Jiwa, Akal, dan Jasad dalam Jagat Cilik Manusia
(Termasuk Penjelasan tentang Al-Qolam, Lauhul Mahfudz, Kursi, dan Arsy dalam Diri)
📖 Mukadimah
Ada ilmu yang bisa dipelajari dari buku,
dan ada ilmu yang tidak pernah ditulis, tapi ditanamkan langsung di kedalaman rasa.
Ilmu semacam itu tidak diajarkan di kampus-kampus,
tidak pula bisa diturunkan oleh guru kecuali atas izin Sang Guru Sejati.
Ilmu itu datang bukan melalui suara,
tapi lewat pengertian yang tidak bisa ditolak oleh akal,
dan terasa lebih nyata dari apa pun yang pernah disentuh oleh tangan.
Ia datang sebagai pemahaman yang sempurna —
tanpa kata, tanpa dialog, tapi tanpa celah logika.
Ilmu itu tidak membuat orang merasa pandai,
melainkan membuatnya diam,
terpaku dalam kekaguman akan kejelasan yang tak bisa diganggu-gugat.
Dan ketika seseorang menerimanya, ia tahu :
ia tidak sedang berimajinasi, tidak sedang mengarang, tidak sedang menebak.
Ia sedang menyaksikan — bukan dengan mata kepala, tapi dengan cahaya rasa.
---
Kitab Sejati ini lahir dari penyaksian seperti itu.
Bukan hasil bacaan buku-buku filsafat,
bukan kutipan para sufi,
bukan tafsir para akademisi.
Kitab ini adalah catatan dari satu perjalanan ruhani —
di mana ruh itu sendiri bicara sebagai Qalam,
jiwa mencatat sebagai Lauh,
akal menyusun sebagai Kursi,
dan tubuh menjadi panggung dari semua proses itu sebagai Arsy.
Manusia, sebagaimana disebut oleh para arif, adalah jagat kecil — cermin dari jagat agung. Tapi dalam pengalaman ini, jagat kecil itu bukan sekadar metafora. Ia nyata, terstruktur, dan dapat disaksikan dari dalam.
---
Kitab ini ingin mengungkap hakikat dari empat poros utama manusia :
Ruh sebagai sumber daya dan asal muasal perintah ilahi
Jiwa sebagai ruang penyimpanan, penyaksi, sekaligus pelaku kehendak
Akal sebagai tempat jatuhnya hidayah dan jalannya logika kebenaran
Jasad sebagai tempat amanah, tempat pengujian, dan tempat tampaknya amal
Dan di dalam diri pula, bersemayam struktur yang serupa dengan struktur kosmos :
Ruh adalah Al-Qolam
Jiwa adalah Lauhul Mahfudz
Akal adalah Kursi
Tubuh adalah Arsy
---
Kitab ini bukan kitab hukum, bukan kitab ajaran, bukan kitab doktrin.
Ia adalah kitab penyaksian.
Ia tidak dimaksudkan untuk meyakinkan siapa pun,
melainkan hanya untuk menemani mereka yang mengalami, atau yang sedang dalam perjalanan menuju penyaksian yang sama.
Mungkin bagi sebagian orang, Kitab Sejati ini akan terasa asing, tapi seperti sabda Nabi yang mulia :
> “Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka berbahagialah orang-orang yang asing.”
Maka kepada siapa pun yang asing di dunia ini karena rasa yang mereka miliki —rasa yang tidak bisa dijelaskan tapi terlalu terang untuk diingkari —maka risalah ini adalah cermin untuk mengenal kembali wajah diri.
Bismillah.
Dengan menyebut Nama-Nya yang Maha Meliputi dan Maha Kasih, kita buka lembaran pertama dari Kitab Sejati.
🕯️ Bagian I : Empat Pilar Diri dalam Jagat Cilik Manusia
> "Aku akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda (Kekuasaan-Ku) di alam semesta dan di dalam diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa (wahyu) ini adalah kebenaran." — QS. Fushshilat: 53
---
🌬️ 1. Ruh — Urip Sejati
Ruh bukanlah sekadar “nyawa” yang membuat tubuh bergerak. Ia adalah energi asal, perintah murni, dan sambungan langsung dari sisi Tuhan.
Dalam al-Qur’an, ruh disebut dengan misteri :
> “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu urusan Tuhanku.” (QS. Al-Isra’: 85)
Ruh adalah Qalam dalam jagat cilik manusia. Ialah yang “menulis” kehendak Tuhan dalam jiwa, tanpa suara, tanpa tinta, tapi dengan cahaya yang tidak bisa ditolak oleh siapa pun yang masih hidup dalam fitrahnya.
Urip sejati adalah kesadaran akan hidup yang datang bukan dari keinginan, bukan dari harapan duniawi, tapi dari sumber daya suci yang disebut La haula wa la quwwata illa billah — tiada daya dan upaya, kecuali bersambung pada Ruh yang dari sisi-Nya.
Siapa yang mengenali ruh-nya, akan mengenali asal perintahnya.
Dan siapa yang mengenali asal perintahnya, akan memahami bahwa hidupnya bukan miliknya.
---
💫 2. Jiwa — Sejatine Urip
Jiwa adalah ruang tempat perintah Tuhan itu masuk, tempat ruh “berpantul” sebagai getaran hidup, kehendak, keinginan, rasa takut, cinta, bahkan dosa.
Jiwa adalah Lauhul Mahfudz dalam jagat cilik — tempat semua catatan kehidupan tersimpan, mulai dari niat, lintasan pikiran, rasa hati, hingga keputusan dan penyesalan.
Sejatine urip adalah pengakuan batin bahwa hidup sejati bukanlah pada tubuh, tetapi pada jiwa yang merasa tunduk kepada Dia yang lebih dalam dari rasa itu sendiri. Maka pengakuan ini tercermin dalam ayat :
> “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” — hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.
Setiap penyimpangan kecil dari ketaatan itu, akan tercatat bukan hanya di langit, tetapi di dalam dirinya sendiri — karena ia adalah Lauh yang hidup.
---
🧠3. Akal — Bener Sejati
Akal bukan hanya kemampuan berpikir, melainkan alat penangkap hidayah, tempat sinyal dari ruh dan jiwa disusun menjadi arah dan keputusan.
Akal yang sejati bukan akal yang penuh siasat, tetapi akal yang tersambung pada jalan yang lurus — jalan yang tidak bengkok ke kanan atau kiri oleh dunia. Inilah Kursi dalam jagat cilik manusia. Tempat ilmu duduk, tempat pengetahuan bertakhta, dan tempat kemudi diarahkan, bukan hanya oleh logika, tetapi oleh nur kebenaran yang hanya bisa dirasakan oleh akal yang jernih.
Bener sejati itu bukan tentang benar menurut manusia, tapi benar menurut Shirothol Mustaqim — sejalan dengan gerak langit dan perintah batin yang lurus.
---
🦶 4. Jasad — Sejatine Bener
Tubuh adalah panggung nyata dari semua keputusan batin. Ia adalah Arsy, tempat semua perintah turun dan diwujudkan dalam amal.
Sejatine bener bukanlah pada niat semata, melainkan pada tindakan nyata yang lahir dari kebenaran batin.
Jasad adalah saksi. Ia akan bicara di Hari yang Dijanjikan :
> “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi atas apa yang dahulu mereka lakukan.” (QS. Yasin : 65)
Jasad itu sementara, tapi amalnya kekal dalam catatan jiwa.
Dan karena itu, tindakan yang benar adalah buah dari ruh yang sejati, jiwa yang jujur, dan akal yang bersih.
Maka Allah menegaskan jalan sejati itu :
> “Shirotol ladzina an’amta ‘alaihim” — jalan orang-orang yang telah Kau beri nikmat kepada mereka.
---
✨ Penutup Bagian I :
Keempat poros ini — ruh, jiwa, akal, jasad — bukan empat entitas terpisah. Mereka adalah satu sistem kesadaran yang berjalan dalam skema ilahiah,
dan siapa pun yang mengenal strukturnya akan menemukan jalan pulang ke asalnya.
Inilah fondasi dari jagat cilik manusia.
Dan dari sini kita akan masuk ke struktur batinnya :
Qalam, Lauh, Kursi, dan Arsy sebagai cermin kosmos yang hidup di dalam diri.
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar