By. Mang Anas
Hadits Nabi ﷺ tentang akhir zaman menyebutkan :
> لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ، فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ، حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ، يَا عَبْدَ اللهِ، هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي، فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ، إِلَّا الْغَرْقَدَ، فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ.
“Tidak akan terjadi kiamat sampai kaum Muslim memerangi orang-orang Yahudi. Lalu orang Yahudi bersembunyi di balik batu atau pohon. Maka batu atau pohon berkata : Wahai Muslim, wahai hamba Allah, di belakangku ada orang Yahudi, kemarilah dan bunuhlah dia. Kecuali pohon gharqad, karena ia adalah pohon orang Yahudi.” (HR. Muslim).
Secara simbolik, hadits ini dapat dibaca dalam kerangka komunikasi dan geopolitik modern. Pohon gharqad adalah Amerika Serikat beserta jaringan media mainstream-nya (CNN, BBC, Fox News, dll) yang selama puluhan tahun menjadi “pelindung narasi” Israel. Sedangkan batu-batu dan pepohonan yang bersuara adalah metafora dari platform medsos – ruang maya yang tidak bisa dibungkam – yang menyingkap kebusukan, penindasan, dan kebohongan. Twitter (X), Facebook, WhatsApp, TikTok, YouTube, hingga forum-forum independen ibarat "batu dan pepohonan" yang menyuarakan kebenaran.
Ya Muslimin dan Ya Abdallah : Dua Kekuatan Dunia
Dalam hadits tadi, dua panggilan unik terdengar : "Yā Muslim, Yā ‘Abdallāh".
> Ya Muslim merujuk pada kekuatan dunia Islam – sebuah kesadaran kolektif umat, yang kini banyak diwakili oleh negara-negara mayoritas Muslim. Dalam sidang umum PBB terakhir [ Senin, 22 September 2025 ], Arab Saudi tampil menjadi salah satu inisiator resolusi gencatan senjata, inilah gema panggilan “Ya Muslimin”.
> Ya ‘Abdallah tidak hanya sekadar Muslim, tetapi siapa pun yang hatinya digerakkan oleh Allah untuk menjadi alat-Nya dalam menegakkan kebenaran. Menariknya, resolusi yang sama diusung juga oleh Prancis, bangsa sekuler Eropa yang tidak identik dengan Islam, tetapi dalam momentum itu menjadi bagian dari “hamba Allah” yang dipakai sebagai instrumen sejarah.
Maka tafsir kontemporer ini melihat bahwa “Ya Muslimin” dan “Ya Abdallah” adalah dua kutub kekuatan moral baru : kekuatan umat Islam yang bangkit, dan kekuatan bangsa-bangsa non-Muslim yang digerakkan hati nuraninya untuk menegakkan keadilan.
Perang Media : Mainstream vs. Medsos
Hari ini, kita menyaksikan pertarungan dua “medan tempur” opini :
1. Media arus utama – dikendalikan Amerika Serikat dan sekutunya, berfungsi sebagai “pohon gharqad” yang selama ini melindungi Israel dari kecaman global.
2. Media sosial – yang tumbuh bak hutan liar, berisi suara-suara rakyat dunia, aktivis, jurnalis independen, dan para pejuang keadilan. Tidak bisa sepenuhnya dikontrol, media ini menjadi “batu dan pepohonan” yang membocorkan kejahatan Israel dan menggugah kesadaran global.
Perbedaan paling mendasar : televisi bersifat satu arah – narasi dikontrol dari pusat. Sementara medsos bersifat interaktif, membuka ruang komentar, kritik, dan diskusi. Maka, kontrol narasi ala Dajjal semakin rapuh di hadapan gelombang medsos yang menjadi medium Al-Mahdi : gerakan rakyat, suara hati yang bangkit dari bawah.
Proyeksi Menuju 2034 :
Jika tren ini berlanjut, maka dalam satu dekade ke depan (2024–2034) dunia akan menyaksikan hal-hal berikut:
1. Krisis kredibilitas Amerika Serikat semakin dalam.
Veto demi veto di PBB akan mempercepat delegitimasi moral AS di mata dunia. Pohon gharqad ini akan makin rapuh, daunnya rontok, dan tak lagi mampu melindungi Israel.
2. Dominasi media mainstream runtuh.
Generasi muda hampir meninggalkan televisi. Di 2034, medsos akan sepenuhnya menjadi sumber utama informasi, dan algoritma akan lebih berpihak pada suara mayoritas rakyat dunia.
3. Koalisi Muslim dan non-Muslim nurani.
“Ya Muslimin” dan “Ya Abdallah” akan bersekutu – dunia Islam dengan kekuatan spiritualnya, dan bangsa-bangsa non-Muslim yang terdorong oleh moralitas universal.
4. Kemenangan opini global.
Batu dan pepohonan akan terus bersuara, hingga kebohongan Israel dan sekutunya tak lagi bisa disembunyikan. Media sosial akan menjadi “senjata profetik” yang mengantar umat pada babak baru sejarah.
Penutup
Dengan demikian, tafsir kontemporer ini melihat bahwa hadits Nabi ﷺ bukanlah sekadar narasi apokaliptik, tetapi peta profetik tentang transisi peradaban. Kita berada di tengah pertarungan narasi – antara pohon gharqad (media mainstream yang melindungi tirani) dan batu serta pepohonan (media rakyat yang menyingkap kebenaran).
Di tahun 2034, titik balik sejarah akan semakin jelas : Dajjal, Al-Mahdi, dan Isa Al-Masih telah hadir bersama-sama – masing-masing menguasai ruang pikiran, jiwa, dan hati nurani manusia. Dan pada akhirnya, bukan senjata nuklir atau veto PBB yang menentukan arah sejarah, melainkan suara hati manusia yang tak bisa dibungkam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar