Halaman

Jumat, 12 November 2021

Menggali 4 Potensi Nafsu dan Mendapatkan Mutiara Yang Ada di Dalamnya.


By. Mang Anas


                              
                Bagan 1 : Potensi Nafsu Manusia 

A. Nafsu : Pengertian, Potensi dan Manfaatnya.

Nafsu itu Ibarat Buah Durian, meski kulitnya tampak garang dan seram tetapi isi yang ada didalam adalah daging buah yang rasanya sangat manis dan lezat.

1. Hakikat Nafsu adalah Jiwa kita sendiri. Dengan demikian Nafsu itu sama dengan Jiwa. Dan sebagaimana Jiwa tidak dapat sepenuhnya kita identikan dengan kebaikan, maka nafsu pun tidak dapat sepenuhnya kita identikan dengan keburukan. Itu semua sangat tergantung dengan bagaimana cara kita memandang dan mengelolanya.

2. Berhubungan dengan pengelolaan nafsu atau jiwa, maka bila kita sudah merasa nyaman dengan hanya berada diluar [ yakni beragama hanya secara dohir dan dengan cara pandang yang matrialistik ] maka yang akan kita dapatkan hanyalah tajamnya kulit buah durian itu [ yakni hidup kita selamanya akan terkungkung dalam jebakan hawa nafsu ].

Tetapi manakala kita berlaku sebaliknya [ masuk lebih kedalam serta beragama dengan sepenuh hati ] maka kita bukan saja akan dapat memecahkan kulitnya tetapi juga sekaligus bisa mendapatkan isinya, yakni isi buah durian yang sangat manis dan lezat itu  [ meraih derajat wushul dan maqom musyahadah ].

3. Angkara murka [ Nafsu Amarah ] , Keserakahan [ Nafsu Lawwamah ]  pemanjaan Syahwat [ Nafsu  Sufiyah ] dan asik dengan diri sendiri serta  tidak peduli dengan orang lain [ Nafsu Mutmainnah ] adalah kulit dari Nafsu. Sedangkan kemurnian Ruh, Rahsa, Nur dan Dzat adalah esensinya [ isinya ].

4. Ketahuilah bahwa : 

a. Esensi dari Nafsu Amarah lah yang dapat mengantarkan  kita menggapai Martabat Alam Ruh. 

b. Esensi dari Nafsu Sufiyah lah yang dapat mengantarkan kita menggapai Martabat Alam Rahsa [ Siir ]

c. Esensi dari Nafsu Mutmainnah lah yang dapat mengantarkan kita menggapai Martabat Alam Nur.

d. Dan esensi dari Nafsu Lawwamah lah yang dapat mengantarkan kita menggapai Martabat Alam Dzat.



Bagan 2 : Empat Butir Mutiara Rohani Yang Terpendam di Dalam Nafsu



           Tabel 3 :  Potensi Nafsu didalam Diri Manusia


Ke - empat capaian Itulah yang dimaksud dengan Isi [ esensi ] dari buah Durian. Dan itulah Hakikat yang terpendam [ potensi ] yang ada didalam setiap jenis nafsu, jika saja kita mampu menggalinya dengan benar.

Lalu bagaimanakah caranya agar kita dapat menggapai itu semua ? 

1. Maka mulai sekarang marilah kita beragama itu dengan lebih banyak mendayagunakan potensi hati. Dan tidak mencukupkan diri dengan hanya mendayagunakan Potensi Kecerdasan Akal semata.

Beragamalah dengan sepenuh hati [  lebih merohani ] agar bisa mencapai derajat tinggi dan menjadi Mukmin Sejati. Jangan lah kita merasa puas dengan aktivitas ibadah lahiriyah semata [ melakukan shalat, puasa dan membayar zakat dan berhaji hanya pada lahirnya ].  Beribadah dengan cara seperti itu sama sekali tidak bermanfaat, karena tidak ada akan bisa mengubah apa pun dalam hidup kita dan tidak akan membuat kita menjadi lebih baik. Itu hanya membuang - buang waktu, tenaga, uang dan pikiran. Sia - sia belaka.

Maka beribadahlah karena kita memang merasa sangat membutuhkan kehadiran Tuhan. Karena ingin selalu merasa dekat serta karena ingin senantiasa berada bersamanya [ menciptakan kondisi ikhsan ]. Dan bukan semata karena niat hendak menggugurkan kewajiban.

Jadilah Mukmin dan jangan merasa cukup dengan hanya menjadi Islam. Sebab tiket untuk bisa masuk Surga adalah dengan KTP Mukmin dan bukan dengan KTP Islam.

2. Lakukan shalat, dzikir, puasa, zakat, infak dan haji dengan sepenuh hati. Jadilah manusia yang merohani dan jangan menjadi manusia yang men-jasmani. 

3. Lakukan shalat, dzikir, puasa dan haji itu semata atas dasar rasa cinta kita yang besar kepada Tuhan dan sebagai pemuas rindu kita kepada- Nya.  Bayarlah infak dan zakat itu semata atas dasar kesadaran dan penghambaan diri kepada Tuhan. Jadilah khalifah Tuhan dimuka bumi dan bertindaklah atas nama- Nya. Bungkuslah tindakan kita itu dengan semangat " Rahmatal lil alamin " dan substansi " Bismillahi romnanir rahim ". Dengan melakukan semua itu maka insya Allah, semua aktivitas ibadah kita akan menemukan arti, bermanfaat dan tidak akan sia - sia, serta  dapat menjadi wasilah [ penunjuk jalan ] bagi kita untuk bisa sampai kepada Allah.

B. Kita lah yang sangat membutuhkan Allah dan bukan Allah yang butuh kita.

Ketahuilah bahwa Allah itu semenjak azali sudah Maha Besar dan Dia itu sudah Mutlak dalam Kebesarannya, Allah itu Maha Tinggi dan Dia itu sudah Mutlak dalam Ketinggiannya, Allah Itu Maha Agung dan Dia itu bersifat Mutlak dalam Keagungannya, Allah itu Maha Kaya dan Dia itu Kekal dalam Kemahakayaannya dan Allah itu Maha Terpuji dan Dia itu Mutlak dalam sifat Kemahaterpujiannya. 

Oleh karenanya itu Allah itu tidak butuh terhadap apapun dari selain Diri - Nya dan Allah itu tidak membutuhkan siapapun. 

Allah tidak membutuhkan shalat - shalat kita, Allah juga tidak merasa berkepentingan dengan dzikir dan tasbih - tasbih kita.  Allah tidak butuh dengan puasa kita, juga terhadap zakat dan haji kita. Jadi Kita lah yang sesungguhnya membutuhkan itu semua, dan bila itu dilakukan maka manfaatnya semata - mata justru untuk kebaikan dan kemaslahatan diri kita sendiri. Sebab kitalah yang sebenarnya sangat berkepentingan untuk bisa sampai kepada Allah [ mulaku robbihim ] dan bukan sebaliknya. Berbahagialah orang - orang yang sampai, yaitu mereka yang menemukan sirotol mustaqim dan mencapai derajat wushul. Dan celakalah mereka tidak sampai, yaitu mereka yang mati dalam kondisi masih terbelenggu oleh gelapnya jasad dan hawa nafsu.

Ingatlah bahwa berpuluh - puluh milyar malaikat yang ada dilangit dan dibumi semuanya bertasbih kepada Allah siang dan malam.

Langit, bumi, gunung, hewan - hewan dan tumbuhan yang ada diatasnya semuanya bertasbih kepada Allah disetiap pagi dan sore.

Maka jika dibanding dengan itu semua apalah artinya shalat kita, puasa kita, zakat kita dan haji kita dimata-Nya. Maka sekali lagi kitalah yang seharusnya berkepentingan dan bukannya Allah.

C. Menembus Alam Ketuhanan dengan Empat Potensi Nafsu.

Sebagai manusia maka kita ini diciptakan terdiri atas Jasad dan Jiwa. Jasad diciptakan dari tanah dan dari sedikit unsur api sementara jiwa diciptakan dari air dan dari sedikit unsur angin. Allah kemudian membenamkan jiwa itu kedalam jasad yang pada keduanya perangkap kulit dari Nafsu itu ditempelkan. Yaitu nafsu yang bersifat dohir [ dari unsur tanah dan api ] serta nafsu yang bersifat batin [ dari unsur air dan angin ].  Itu semua dilakukan adalah semata - mata untuk mengujinya. Maka PR kita  yang utama selaku pemilik dan sekaligus penguasa jiwa itu adalah :

" Dapatkah kita mengupas kulit itu dengan cepat, mudah, tepat dan aman. Supaya kita dapat mengambil isinya yang rasanya manis, lezat, bersih dan murni itu ?  Serta bagaimana caranya ? "

Berikut inilah jawabannya,

□ Hakikat dzikir, shalat dan meditasi yang dilakukan dengan sepenuh jiwa dan penghayatan yang tinggi adalah merupakan sarana bagi kita untuk dapat memurnikan nafsu Amaroh, sehingga dengan pemurnian itu maka pancaran cahaya yang berasal dari jiwa kita akan dapat menembus Alam Ruh.

□ Hakikat puasa dan usaha menahan diri yang dilakukan dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga adalah sebuah sarana bagi kita untuk dapat memurnikan nafsu Sufiyah, sehingga dengan pemurnian itu maka pancaran cahaya yang berasal dari jiwa kita akan dapat menembus Alam Rahsa.

□ Hakikat mengeluarkan zakat, infak, serta mengembangkan rasa peduli dan sifat loman yang dilakukan atas dasar kasih yang murni dan ketulusan hati adalah sebuah sarana bagi kita untuk dapat memurnikan nafsu Mutmainnah, sehingga dengan pemurnian itu maka pancaran cahaya yang berasal dari jiwa kita akan dapat menembus Alam Nur.

□ Hakikat pergi haji ke Baitullah, mengembangkan persamaan,  kebersamaan dan persaudaraan, bersikap adil dan rela berkorban serta menyambung tali silaturahim terhadap karib kerabat, teman, serta para tetangga baik yang dekat maupun yang jauh, yang dilakukan atas dasar cinta yang mutlak dan universal serta pengabdian penuh kepada Tuhan adalah sebuah sarana bagi kita untuk dapat memurnikan nafsu Lawwamah, sehingga dengan pemurnian itu maka pancaran cahaya yang berasal dari jiwa kita akan dapat menembus Alam Dzat.

Itulah sederet manfaat dari berbagai jenis ibadah yang biasa kita lakukan. Maka lakukan itu semua dengan sepenuh jiwa dan dengan penghayatan total dan sempurna serta bersandarlah sepenuhnya hanya kepada Allah. Bersyukur dan berterimakasihlah terhadap  semua kebaikan dan kemurahan yang telah diberikan- Nya,  serta  pasrah dan percayalah terhadap apa yang sudah ditentukan dan kepada yang sedang terjadi serta terhadap apa yang akan dirancangan-Nya untuk kita.

Tanamkan kesadaran itu kedalam hati, mudahan - mudahan Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang segera menolong kita dan menarik kita bersama-Nya. Yaitu membawa jiwa kita menembus Alam Ruh, Alam Rahsa, Alam Nur hingga ke Alam Dzat - Nya. Amin ya robbal alamin.


Semoga Tulisan ini bermanfaat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar