Halaman

Senin, 14 April 2025

Cepat Kaya : Ilusi "Sukses" dalam Budaya Kapitalisme

Mang Anas 


Membongkar Mekanisme Kotor di Balik Akumulasi Kekayaan Supercepat

Dalam sistem kapitalisme modern, menjadi kaya dengan cepat telah diangkat menjadi standar kesuksesan utama. Narasi yang berkembang menanamkan anggapan bahwa kekayaan instan adalah simbol kepintaran, kerja keras, dan keberanian mengambil risiko. Namun narasi ini menutupi sisi gelap yang jarang dibuka ke publik : bahwa kekayaan supercepat sering kali dibangun di atas fondasi eksploitasi, manipulasi, dan ketidakadilan. 

Tidak banyak orang yang bertanya: bagaimana kekayaan itu diraih ? Apakah melalui kerja keras jujur dan keunggulan inovatif, atau melalui monopoli akses, permainan kotor informasi, kolusi kekuasaan, dan penindasan terhadap yang lemah ? Ruhama sebagai prinsip etika Qur'ani hadir untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini dan membongkar tabir ilusi yang diciptakan oleh sistem yang cenderung memuja hasil, bukan proses.

Skema Kaya Cepat : Jalur Licin yang Tak Terlihat

Orang-orang yang kaya secara mendadak umumnya memanfaatkan sejumlah jalur tersembunyi yang sulit dilacak :

1. Informasi Asimetris : Mereka memiliki akses ke informasi strategis yang tidak tersedia untuk publik—seperti terhadap rencana proyek infrastruktur rahasia baik oleh pemerintah maupun swasta, perubahan regulasi, atau nilai pasar masa depan. Ini adalah bentuk penguasaan atas ketidaktahuan orang lain.

2. Penjualan Janji Semu dan Mimpi : Dalam banyak kasus, produk atau layanan yang dijual bukanlah kebutuhan nyata, melainkan persepsi gaya hidup, prestise, atau rasa takut ketinggalan (FOMO). Ini terjadi pada sektor properti, startup, hingga crypto dan investasi bodong.

3. Eksploitasi Ketidaktahuan Publik : Mereka memasarkan produk dengan harga tinggi kepada konsumen yang tidak tahu menahu soal nilai sebenarnya, sering kali melalui strategi pemasaran agresif dan manipulatif.

4. Kolusi dan Aliansi Kekuasaan : Banyak pengusaha superkaya memperoleh proyek dan izin melalui kedekatan dengan penguasa, bukan kompetensi. Hubungan gelap antara pengusaha dan politisi membuka pintu bagi keuntungan abnormal dan rente kekuasaan.

5. Penindasan Terhadap Buruh dan Pemasok : Dalam rangka memangkas biaya dan memaksimalkan margin, buruh dibayar rendah, pemasok ditekan, dan outsourcing dijadikan dalih penghilangan tanggung jawab moral terhadap kesejahteraan pekerja.

Yang Dikorbankan : Buruh, Lingkungan, dan Kebenaran

Kekayaan supercepat ini hampir selalu mengorbankan tiga hal :

- Manusia : Buruh menerima upah yang tak layak, pekerja kehilangan pekerjaan karena otomatisasi tanpa jaminan transisi, dan produsen kecil tersingkir oleh jaringan raksasa.

- Alam : Eksploitasi lingkungan dilakukan secara besar-besaran tanpa izin komunitas lokal, tanpa rencana pemulihan, dan hanya berorientasi pada laba.

- Kebenaran : Publik dicekoki narasi palsu tentang sukses, kerja keras, dan meritokrasi, padahal sistem telah dimanipulasi untuk memenangkan mereka yang berada di lingkaran dalam kekuasaan.

Standar Qur'ani : Mengapa Cepat Kaya Sulit Sekali Tanpa Menginjak Moral

Jika diukur dengan standar Qur'ani, proses kaya supercepat seperti ini hampir mustahil lolos :

- QS Al-Baqarah 188 melarang memakan harta orang lain secara batil.

- QS Al-A’raf 85 memerintahkan menimbang dan menakar dengan adil.

- QS Al-Mutaffifin 1-3 mengecam pedagang yang curang.

- Hadis-hadis Nabi mengecam penimbun, pembohong, dan pengambil untung berlebihan.

Maka jika seseorang memperoleh kekayaan dalam hitungan bulan atau tahun dengan lonjakan tidak wajar, sangat besar kemungkinan standar etik Qur’ani telah dilanggar di suatu titik dalam prosesnya.

Lebih dari itu, menjadikan ketidaktahuan orang lain sebagai celah untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya adalah bentuk manipulasi dan perampokan yang dibungkus dengan legalitas. Menjual sesuatu jauh di atas nilai wajarnya, hanya karena pembeli tidak tahu harga sebenarnya, adalah bentuk ketidakadilan yang sama seperti mencuri secara halus. Ia tidak hanya mencederai akal dan martabat manusia, tapi juga merampas hasil kerja keras mereka. Prinsip ruhama tidak akan pernah membenarkan keuntungan yang lahir dari kebohongan tersembunyi dan eksploitasi atas kelemahan sesama.

Ruhama sebagai Kritik dan Jalan Alternatif

Ruhama bukan sekadar belas kasih. Ia adalah sistem nilai yang menolak menjadikan efisiensi sebagai alasan untuk memangkas hak-hak dasar manusia, dan menolak menjadikan efektivitas sebagai dalih untuk menjustifikasi manipulasi. Dalam prinsip ruhama :

- Kekayaan adalah amanah, bukan hak absolut.

- Pertumbuhan ekonomi dinilai dari keberkahan, bukan sekadar angka.

- Etika lebih utama dari kecepatan.

- Nilai manusia tidak boleh dikalahkan oleh logika laba.

Penutup : Jangan Iri pada Orang Yang Kaya Cepat, Selidiki Cara Mereka Menjadi Kaya

Dalam dunia yang memuja pencapaian materi, ruhama hadir untuk menyalakan kesadaran. Bahwa tidak semua kesuksesan adalah keberkahan. Tidak semua kekayaan adalah hadiah. Banyak dari mereka yang tampak berhasil sesungguhnya sedang menggali jurang kehancuran batin dan sosial.

"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta orang lain dengan cara batil, sesungguhnya mereka memasukkan api ke dalam perut mereka…" (QS. An-Nisa : 10)

Maka jangan hanya melihat hasil. Selidikilah proses. Karena dalam jalan ruhama, cara lebih penting dari capaian. Dan kekayaan sejati adalah yang membawa kebaikan, bukan kesenjangan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar