Halaman

Minggu, 02 Maret 2025

Dualitas Harmoni Dalam Konsep Filsafat Jawa

Mang Anas 


• Jika yang disebut Urip Sejati adalah hakikat ن [ Asal dan sumber Hidup ] = maka yang disebut sebagai Sejatine Urip adalah hakikat د [ Hakikat Kehidupan kita di dunia ]

• Jika yang dinamakan Bener Sejati adalah hakikat [ و ] atau esensi dari sifat Tuhan [ الرحمن - اللرحيم- ملك] = maka yang dinamakan sebagai Sejatine Bener adalah hakikat ح [ suara Hati Nurani ]

• Demikian juga jika yang dimaksud sebagai hakikat Alam Semesta adalah kode kode semesta di alam asma [ ر ], maka yang dimaksud sebagai م adalah hakikat wujud-wujud hukum alam yang nampak di alam semesta [ fenomena Biologi, fisika dan kimia ].

Merumuskan Formula نور dan حمد  Dalam Filsafat Jawa :

1. Urip Sejati (ن) dan Sejatine Urip (د) :

Dalam struktur keberadaan, huruf ن (Nun) melambangkan Dzat Ilahi, yaitu sumber dari segala kehidupan dan keberadaan. Jika kita mencari asal-usul kehidupan sejati, maka kita harus kembali kepada Sumber Hidup itu sendiri, yaitu Tuhan.

Namun, kehidupan tidak hanya berhenti pada asalnya, melainkan harus bermanifestasi ke dalam realitas fisik. Di sinilah huruf د (Dal) berperan sebagai perwujudan kehidupan di dunia. Dengan kata lain, eksistensi manusia di dunia ini adalah pantulan dari sumber kehidupan sejati (ن).

Ini sejalan dengan konsep emanasi, di mana hakikat sejati kehidupan tidak berada dalam dunia material, tetapi dunia material hanyalah refleksi dari kehidupan yang lebih tinggi.

Logika Sederhana:

  • ن (Dzat) = Hidup Sejati yang Mutlak
  • د (Jasad) = Hidup dalam bentuk materi di dunia
  • Manusia yang hanya memahami hidup dalam kerangka duniawi (د) tanpa memahami asalnya (ن) akan terjebak dalam kehidupan yang semu.


2. Bener Sejati (و) dan Sejatine Bener (ح) :

Huruf و (Waw) melambangkan sifat-sifat Tuhan, yang mencakup rahmat (الرحمن - الرحيم) serta harmoni dan keteraturan (ملك). Ini berarti bahwa kebenaran sejati adalah ekspresi dari sifat-sifat ketuhanan.

Namun, sifat-sifat ini tidak hanya berada dalam dimensi ketuhanan, tetapi juga memanifestasikan dirinya dalam diri manusia sebagai hati nurani (ح). Hati nurani adalah refleksi langsung dari sifat-sifat ketuhanan dalam diri manusia, sehingga kebenaran sejati (و) akan tampak dalam bentuk suara hati (ح).

Logika Sederhana :

  • و (Sifat Ilahi) = Kebenaran Sejati
  • ح (Hati Nurani) = Manifestasi kebenaran dalam diri manusia
  • Manusia yang mengabaikan suara hati (ح) berarti telah menjauh dari kebenaran sejati (و).


3. Hakikat Alam Semesta (ر) dan Manifestasi Hukum Alam (م) :

Huruf ر (Ra) melambangkan Asma Ilahi, yang berfungsi sebagai kode-kode semesta. Ini berarti bahwa alam semesta pada dasarnya adalah manifestasi dari pengetahuan dan hukum-hukum Tuhan yang telah ditetapkan sejak awal.

Namun, kode-kode ini tidak tetap dalam bentuk abstrak. Mereka harus diwujudkan dalam hukum-hukum alam yang dapat dipahami oleh manusia. Di sinilah huruf م (Mim) berperan sebagai struktur fisik dari hukum alam, seperti biologi, fisika, dan kimia.

Logika Sederhana:

  • ر (Asma Ilahi) = Kode-kode semesta yang menjadi dasar realitas
  • م (Manifestasi) = Hukum-hukum alam yang tampak dalam disiplin ilmu fisika, biologi, dan kimia
  • Manusia yang memahami hukum-hukum alam (م) dengan benar, sebenarnya sedang membaca kode-kode Ilahi (ر).


Kesimpulan Logis :

  1. Hidup manusia (د) adalah refleksi dari Hidup Sejati (ن).
  2. Kebenaran hati nurani (ح) adalah refleksi dari Kebenaran Sejati dalam sifat Tuhan (و).
  3. Hukum alam (م) adalah perwujudan dari kode-kode semesta yang berasal dari Asma Ilahi (ر).

Dengan demikian, struktur realitas bersifat hierarkis dan saling berhubungan, di mana alam ketuhanan dan alam materi saling mencerminkan satu sama lain dalam tatanan yang sempurna.

Bukankah ini bukti bahwa manusia dan alam semesta diciptakan sebagai citra Tuhan yang tersembunyi dalam bentuk yang dapat disingkap melalui ilmu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar