Mang Anas
Pendahuluan
Konsep kenabian memiliki peran sentral dalam tiga agama besar—Islam, Yahudi, dan Kristen. Ketiga agama ini berbagi banyak tokoh sejarah yang sama, tetapi dengan perbedaan mendasar dalam status dan peran mereka. Dalam Islam, kenabian bukan sekadar gelar kehormatan, melainkan sebuah amanah suci yang diberikan Allah kepada individu pilihan-Nya untuk menyampaikan wahyu dan membimbing umat. Nabi dalam Islam harus memiliki sifat shiddiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan wahyu), dan fathanah (cerdas).
Namun, jika kita melihat bagaimana nabi-nabi ini diposisikan dalam tradisi Yahudi dan Kristen, kita menemukan perbedaan yang mencolok. Beberapa nabi besar dalam Islam, seperti Nuh, Luth, dan Sulaiman, hanya dianggap sebagai tokoh sejarah atau raja dalam Bibel, bukan sebagai nabi yang menerima wahyu. Bahkan, beberapa di antaranya, seperti Ismail dan Hud, sama sekali tidak diakui dalam tradisi Yahudi dan Kristen.
Lebih dari itu, ada kasus di mana nabi-nabi dalam Islam justru mengalami distorsi karakter dalam Bibel. Kisah-kisah yang terdapat dalam kitab suci Yahudi dan Kristen kerap menggambarkan mereka dengan sifat-sifat yang tidak sesuai dengan standar kenabian dalam Islam. Misalnya, Nabi Luth dalam Bibel diceritakan melakukan perbuatan tercela dengan anak-anaknya, sementara dalam Islam, ia tetap dipandang sebagai manusia suci yang tidak mungkin melakukan dosa besar semacam itu.
Artikel ini akan membahas bagaimana perbedaan perspektif ini muncul, siapa saja nabi yang diterima atau ditolak dalam berbagai tradisi agama, serta bagaimana hal ini mempengaruhi cara pandang umat terhadap sosok nabi dan perannya dalam sejarah keagamaan.
Kriteria Nabi Dan Rasul Dalam Yahudi, Kristen dan Islam
Kriteria seorang nabi dan rasul dalam Islam sudah jelas : Shiddiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan wahyu), dan Fathanah (cerdas). Namun, dalam tradisi Yahudi dan Kristen, kriteria tersebut tidak sepenuhnya berlaku. Berikut adalah pandangan mereka mengenai siapa yang bisa dianggap sebagai nabi dan rasul :
Kriteria Nabi dalam Yahudi (Judaisme)
Dalam Yudaisme, nabi (navi, נָבִיא) adalah seseorang yang berbicara atas nama Tuhan dan sering kali menyampaikan nubuat (ramalan masa depan) atau hukum moral. Kriteria utama yang ditetapkan dalam tradisi Yahudi adalah :
1. Dipilih oleh Tuhan – Seorang nabi harus menerima wahyu langsung dari Tuhan (Ulangan 18:18).
2. Menyampaikan pesan yang benar – Nubuatnya harus sesuai dengan ajaran Taurat (Ulangan 13:1-5).
3. Nubuatnya harus terjadi – Jika seorang nabi bernubuat sesuatu dan tidak terjadi, maka ia adalah nabi palsu (Yeremia 28:9).
4. Harus hidup sesuai dengan hukum Taurat – Nabi tidak boleh mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan Taurat (Ulangan 13:5).
5. Dapat melakukan mukjizat – Meskipun ini bukan syarat utama, beberapa nabi seperti Musa dan Elia menunjukkan tanda-tanda mukjizat.
➡ Kontradiksi dalam Bibel :
Meski ada syarat bahwa nabi harus berakhlak baik dan ajarannya sesuai Taurat, dalam Bibel justru ditemukan kisah para nabi yang melakukan dosa besar, seperti penyembahan berhala (Harun), zina (Daud), atau pemabuk (Nuh).
Kriteria Nabi dalam Kristen
Dalam Kekristenan, konsep nabi agak berbeda. Yesus dianggap sebagai nabi terbesar, tetapi setelahnya, peran nabi dalam arti tradisional berkurang. Kriteria nabi dalam Kristen meliputi :
1. Bernubuat dalam nama Tuhan – Sama seperti dalam Yudaisme, seorang nabi harus berbicara atas nama Tuhan (Matius 7:15-20).
2. Menyampaikan pesan yang sesuai dengan Injil – Nabi tidak boleh menyimpang dari ajaran Yesus (1 Yohanes 4:1-3).
3. Dapat melakukan tanda dan keajaiban – Dalam beberapa kasus, nabi Kristen memiliki tanda mukjizat (Kisah Para Rasul 2:17-18).
4. Dapat menerima penglihatan atau wahyu – Contohnya seperti Yohanes dalam kitab Wahyu.
5. Harus memiliki kehidupan yang saleh – Nabi harus menunjukkan buah-buah kebaikan dalam hidupnya (Matius 7:16).
➡ Kontradiksi dalam Bibel :
Paulus, yang bukan bagian dari 12 murid Yesus, mengklaim sebagai rasul meskipun ia tidak pernah bertemu Yesus secara langsung.
Yesus sendiri memperingatkan akan adanya nabi palsu (Matius 24 : 24), tetapi banyak ajaran dalam Perjanjian Baru justru berasal dari orang-orang yang tidak memenuhi kriteria nabi seperti dalam Perjanjian Lama.
Perbedaan Besar dengan Islam
1. Islam menegaskan bahwa para nabi adalah manusia yang terjaga dari dosa besar, sementara dalam Bibel banyak nabi yang digambarkan dengan kelemahan moral yang mencolok.
2. Islam memiliki kriteria ketat (Shiddiq, Amanah, Tabligh, Fathanah) yang memastikan bahwa seorang nabi tidak mungkin berdusta, khianat, menyembunyikan wahyu, atau bodoh.
3. Bibel sering kali bertentangan dengan kriteria nabi yang mereka tetapkan sendiri, misalnya dengan menggambarkan mereka sebagai pezina, penipu, atau bahkan menyembah berhala.
➡ Kesimpulan :
Dalam Islam, kenabian adalah amanah suci yang dijaga dengan standar moral tertinggi. Sementara dalam Yudaisme dan Kristen, meskipun ada kriteria nabi, teks Bibel justru mencerminkan banyak ketidakkonsistenan, yang menunjukkan bahwa telah terjadi distorsi dalam kisah-kisah nabi mereka.
Nabi yang Diakui dalam Islam tetapi Tidak Dianggap Nabi dalam Yahudi dan Kristen
Dari 25 nabi yang diakui dalam Islam, beberapa di antaranya tidak dianggap sebagai nabi atau rasul dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Berikut ini adalah perbandingannya :
1. Hud (‘Ād)
• Tidak dikenal dalam Bibel, baik dalam tradisi Yahudi maupun Kristen.
• Tidak ada catatan tentang bangsa ‘Ād dalam Bibel.
2. Shalih (Tsamud)
• Tidak disebutkan dalam Bibel.
• Bangsa Tsamud juga tidak ada dalam tradisi Yahudi dan Kristen.
3. Ilyas (Elia dalam Kristen, tetapi kurang penting dalam Yudaisme)
• Dalam Kekristenan, Elia dianggap sebagai nabi besar, tetapi dalam Yudaisme, perannya tidak sekuat Musa atau Samuel.
• Namun, ia tidak membawa kitab dan lebih dianggap sebagai seorang nabi pembawa peringatan.
4. Ilyasa' (Elisha dalam Bibel, tetapi statusnya kurang ditekankan dalam Kekristenan)
Dikenal dalam Bibel sebagai pengikut Elia, tetapi dalam Kekristenan, perannya tidak setinggi nabi lainnya.
5. Dzulkifli
• Tidak ada dalam Bibel Yahudi atau Kristen.
• Sebagian ulama berpendapat bahwa ia mungkin adalah Yehezkiel (Ezekiel), tetapi tidak ada konsensus di kalangan Yahudi dan Kristen bahwa ia adalah seorang nabi.
6. Luth (Lot dalam Bibel, tetapi tidak dianggap nabi dalam Yahudi dan Kristen)
• Dalam Bibel, Lot hanyalah tokoh sejarah, bukan nabi.
• Bahkan, dalam narasi Bibel, Lot digambarkan dengan tindakan tercela (dipaksa mabuk dan berzina dengan anak-anaknya), yang sangat bertentangan dengan Islam.
7. Adam
• Dalam Yudaisme dan Kristen, Adam adalah manusia pertama tetapi bukan nabi.
• Islam menegaskan bahwa Adam adalah nabi pertama yang menerima wahyu dari Allah.
8. Idris (Henokh dalam Bibel, tetapi bukan nabi)
Dalam Bibel, Henokh hanya disebut sebagai orang saleh yang diangkat ke langit, tetapi tidak memiliki peran sebagai nabi.
9. Nuh (Noah, tetapi dalam Yahudi statusnya lebih rendah dibandingkan Abraham dan Musa)
• Dalam Yudaisme, Nuh dianggap sebagai orang saleh tetapi bukan nabi utama.
• Dalam Kekristenan, ia lebih dikenal sebagai tokoh yang membangun bahtera, tetapi bukan nabi yang membawa syariat seperti Musa.
10. Ismail (Tidak diakui sebagai nabi dalam Yahudi, tetapi diakui dalam Islam dan Kristen)
• Dalam Yudaisme, Ismail hanya dianggap sebagai anak Abraham yang "terbuang" dan bukan nabi.
• Dalam Islam, Ismail adalah nabi besar dan leluhur bangsa Arab.
• Dalam Kekristenan, Ismail disebut dalam Perjanjian Lama, tetapi tidak memiliki status kenabian.
Nabi yang Statusnya Berbeda dalam Islam, Yahudi, dan Kristen
1. Isa (Yesus dalam Kristen, tetapi tidak dianggap nabi dalam Kekristenan)
• Dalam Islam, Isa adalah nabi dan rasul.
• Dalam Kekristenan, Yesus dianggap sebagai Anak Tuhan dan Mesias, bukan hanya seorang nabi.
• Dalam Yudaisme, Yesus tidak dianggap sebagai nabi sama sekali, bahkan dianggap sebagai penyesat.
2. Yusuf (Joseph dalam Bibel, tetapi bukan nabi dalam Yahudi dan Kristen)
• Dalam Bibel, Yusuf hanya dianggap sebagai tokoh sejarah yang memiliki kemampuan menafsir mimpi, tetapi bukan nabi.
• Dalam Islam, Yusuf adalah nabi yang diutus kepada bangsa Mesir.
3. Sulaiman (Salomo dalam Bibel, dianggap sebagai raja tetapi bukan nabi dalam Yudaisme dan Kristen)
• Dalam Islam, Sulaiman adalah nabi dan rasul yang memiliki mukjizat.
• Dalam Yudaisme dan Kristen, ia hanya dianggap sebagai raja yang bijaksana tetapi bukan seorang nabi.
4. Daud (David dalam Bibel, dianggap sebagai raja dan nabi dalam Islam, tetapi hanya raja dalam Yudaisme)
• Dalam Islam, Daud adalah nabi dan menerima kitab Zabur.
• Dalam Yudaisme dan Kristen, Daud lebih dikenal sebagai raja Israel, bukan nabi.
Kesimpulan
• Tidak dianggap nabi dalam Yahudi dan Kristen : Hud, Shalih, Dzulkifli, Idris, Adam.
• Dianggap tokoh sejarah tetapi bukan nabi dalam Yahudi dan Kristen : Luth, Nuh, Ismail, Yusuf, Sulaiman.
• Diperlakukan berbeda dalam setiap agama: Isa, Daud, Ilyasa', Ilyas.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa konsep kenabian dalam Islam lebih luas dan mencakup banyak tokoh yang dalam tradisi Yahudi dan Kristen hanya dianggap sebagai orang suci atau pemimpin politik, bukan sebagai pembawa wahyu dari Tuhan.
Beberapa Nabi dan Rasul Yang Namanya Bahkan Dicemarkan Dalam Bibel :
Dalam Bibel (khususnya Perjanjian Lama), ada beberapa nabi yang namanya dicemarkan atau digambarkan dengan cara yang bertentangan dengan sifat kenabian yang luhur. Berikut beberapa contoh utama :
1. Nabi Harun (Aaron)
• Pencemaran : Dalam Keluaran 32, Harun digambarkan sebagai orang yang membuat patung anak lembu emas dan membiarkan Bani Israel menyembahnya. Ini bertentangan dengan posisinya sebagai nabi yang seharusnya menjaga tauhid.
• Koreksi Al-Qur’an : QS. Thaha 20:90-94 menunjukkan bahwa Harun sebenarnya sudah berusaha mencegah mereka, tetapi kaum Israel membangkang.
2. Nabi Luth (Lot)
Cemaran: Dalam Kejadian 19:30-38, disebutkan bahwa dua anak perempuan Luth memabukkan ayah mereka dan melakukan hubungan terlarang dengannya untuk memperoleh keturunan.
Koreksi Al-Qur’an : QS. Al-Anbiya 21:74-75 menyebutkan Luth sebagai sosok yang suci dan beriman, serta dijauhkan dari kejahatan kaumnya.
3. Nabi Nuh (Noah)
Pencemaran : Dalam Kejadian 9:20-25, disebutkan bahwa Nuh menjadi mabuk setelah minum anggur, lalu tertidur telanjang di dalam kemahnya. Salah satu anaknya (Ham) melihatnya dalam keadaan telanjang, dan akibatnya, keturunan Ham dikutuk.
Koreksi Al-Qur’an : QS. Hud 11:42-47 dan QS. Al-Ankabut 29:14-15 menggambarkan Nuh sebagai nabi yang sabar dan penuh perjuangan dalam menyampaikan dakwah selama 950 tahun.
4. Nabi Daud (David)
Pencemaran : Dalam 2 Samuel 11, Daud disebutkan melakukan dosa besar dengan mengambil istri seorang prajuritnya (Batsyeba) dan mengatur agar prajurit itu terbunuh di medan perang.
Koreksi Al-Qur’an : QS. Shad 38:17-26 menggambarkan Daud sebagai hamba Allah yang saleh, kuat dalam ibadah, dan bijaksana dalam memutuskan perkara.
5. Nabi Sulaiman (Solomon)
• Pencemaran : Dalam 1 Raja-raja 11:1-13, Sulaiman disebut memiliki banyak istri yang membuatnya menyembah berhala di masa tuanya.
• Koreksi Al-Qur’an : QS. An-Naml 27:15-40 menggambarkan Sulaiman sebagai nabi yang sangat bijaksana, kuat dalam iman, dan diberi mukjizat yang luar biasa.
6. Nabi Ayub (Job)
• Pencemaran : Dalam Kitab Ayub 3:1-11, Ayub digambarkan sebagai seseorang yang kehilangan kesabaran dan mengutuk hari kelahirannya.
• Koreksi Al-Qur’an : QS. Shad 38:41-44 menunjukkan bahwa Ayub tetap bersabar dalam menghadapi cobaan dan selalu berdoa kepada Allah.
7. Nabi Yakub (Jacob)
Pencemaran : Dalam Kejadian 27:1-29, Yakub digambarkan menipu ayahnya, Ishaq, untuk mendapatkan berkat yang seharusnya diberikan kepada saudaranya, Esau.
Dalam Kejadian 30:37-43, Yakub digambarkan menggunakan trik licik untuk memperbanyak ternaknya dengan manipulasi genetik primitif.
Koreksi Al-Qur’an : QS. Shad 38:45-47 menggambarkan Yakub sebagai sosok pilihan Allah yang memiliki kekuatan dan pandangan tajam.
Tidak ada satu pun ayat dalam Al-Qur’an yang menyebut Yakub sebagai seorang penipu atau licik.
8. Nabi Ishaq (Isaac)
Pencemaran : Dalam Kejadian 26:6-11, Ishaq disebut membohongi Raja Abimelekh dengan mengaku bahwa istrinya (Ribka) adalah saudara perempuannya demi keselamatannya sendiri.
Ini mirip dengan kisah Nabi Ibrahim dalam Kejadian 12:10-20 dan Kejadian 20:1-18, seolah-olah para nabi tidak jujur dalam menghadapi penguasa.
Koreksi Al-Qur’an : QS. Maryam 19:49-50 menunjukkan Ishaq sebagai sosok suci yang diberkahi Allah, tanpa unsur kebohongan dalam kisahnya.
9. Nabi Yunus (Jonah)
Pencemaran : Dalam Kitab Yunus 4:1-11, Yunus digambarkan kecewa dan marah kepada Tuhan karena Allah mengampuni kaum Ninawa, bahkan ia ingin mati karena merasa kesal.
Koreksi Al-Qur’an : QS. Ash-Shaffat 37 : 139-148 menunjukkan bahwa Yunus memang pernah melakukan kesalahan karena meninggalkan kaumnya terlalu cepat, tetapi ia segera bertobat dan Allah mengampuninya.
Tidak ada kisah Yunus yang kecewa kepada Tuhan dalam Al-Qur’an.
10. Nabi Samuel
Pencemaran : Dalam 1 Samuel 15 : 10-35, Samuel digambarkan bersedih karena Tuhan "menyesal" telah menjadikan Saul sebagai raja.
Konsep "penyesalan Tuhan" adalah sesuatu yang bertentangan dengan sifat Ilahi yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Koreksi Al-Qur’an : Tidak ada kisah dalam Al-Qur’an yang menggambarkan Allah "menyesal" atas suatu keputusan.
Nabi tidak digambarkan sebagai orang yang emosional terhadap kehendak Allah.
11. Nabi Yesaya (Isaiah)
Pencemaran : Dalam Yesaya 20:2-4, Yesaya disebut diperintahkan oleh Tuhan untuk berjalan telanjang dan tanpa alas kaki selama tiga tahun sebagai tanda kehinaan bagi Mesir dan Etiopia.
Koreksi Al-Qur’an : Tidak ada konsep dalam Islam bahwa nabi diperintahkan untuk bertelanjang di hadapan umum.
Al-Qur’an selalu menggambarkan nabi sebagai sosok yang terhormat dan bermartabat.
12. Nabi Yehezkiel (Ezekiel)
Pencemaran : Dalam Yehezkiel 4:12-15, Tuhan disebut memerintahkan Yehezkiel memakan roti yang dimasak dengan kotoran manusia sebagai simbol penderitaan Israel.
Setelah protes, akhirnya diperbolehkan menggunakan kotoran sapi sebagai bahan bakar.
Koreksi Al-Qur’an : Tidak ada ajaran dalam Islam yang menunjukkan bahwa nabi diperintahkan melakukan sesuatu yang menjijikkan atau tidak beradab.
Al-Qur’an selalu menggambarkan para nabi sebagai teladan dalam kesucian dan kebersihan.
Kesimpulan
Dari daftar ini, kita melihat pola yang jelas :
1. Banyak nabi dalam Bibel digambarkan dengan cacat moral atau perilaku yang bertentangan dengan kenabian.
2. Al-Qur’an mempertahankan kemurnian dan kehormatan para nabi sebagai utusan Allah yang suci dan terjaga dari dosa besar.
3. Perubahan dalam teks Bibel menunjukkan adanya penyisipan unsur manusiawi yang tidak sesuai dengan ajaran wahyu murni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar