Halaman

Selasa, 18 Maret 2025

Mengungkap Hakikat Ayat Muhakamat dan Mutasyabihat dalam Al-Qur’an

Mang Anas 

Pendahuluan

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ وَاُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاۤءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاۤءَ تَأْوِيْلِهٖۚ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهٗٓ اِلَّا اللّٰهُۘ وَالرّٰسِخُوْنَ فِى الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ اٰمَنَّا بِهٖۙ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَاۚ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ (٧)

"Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal." (Q.S. Ali 'Imran ayat 7)

Sebagian besar umat Islam memahami bahwa dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat muhakamat (jelas dan tegas) dan mutasyabihat (samar dan multi-makna). Namun, pemahaman umum yang berkembang sering kali membagi ayat-ayat ini secara terpisah, seolah-olah ada ayat yang hanya muhakamat dan ada yang hanya mutasyabihat. Padahal, sesungguhnya setiap ayat dalam Al-Qur’an memiliki dua dimensi makna sekaligus, yaitu makna lahir (muhakamat) dan makna batin (mutasyabihat).

Kesalahan utama terjadi ketika manusia hanya melihat makna lahiriah tanpa menyentuh kedalaman batiniah ayat.

1. Makna Hakiki Muhakamat dan Mutasyabihat

• Muhakamat adalah aspek lahiriah dari setiap ayat, yaitu makna yang langsung dapat dipahami dengan kecerdasan akal melalui belajar.  

• Mutasyabihat adalah aspek batiniah dari ayat, yaitu makna hakikat yang tersembunyi dan hanya bisa dipahami oleh "Rasikhun fil ‘Ilm" dengan kecerdasan hati, didapat melalui peng-ilham-an. 

• Jadi, bukan berarti ada ayat yang hanya muhakamat dan ada ayat yang hanya mutasyabihat, tetapi setiap ayat memiliki dua aspek ini secara bersamaan.

• Perbedaan pemahaman manusia terletak pada apakah ia hanya berhenti di makna lahir atau mampu menyelami makna batin.

2. Siapa yang Bisa Memahami Makna Mutasyabihat ?

Dalam QS. Ali Imran : 7, Allah menyebutkan bahwa hanya Rasikhun fil ‘Ilm (orang-orang yang mendalam ilmunya) yang mampu memahami ayat-ayat mutasyabihat dengan benar.

Mereka adalah para ahli hakikat, yaitu orang-orang yang telah disucikan jiwanya dan diberi pemahaman oleh Allah untuk menyingkap makna terdalam dari ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka memahami bahwa ayat-ayat Al-Qur’an tidak hanya memiliki makna zahir, tetapi juga memiliki makna batin yang dalam dan berlapis lapis, yang hanya bisa ditangkap dengan mata batin yang tajam.

3. Rahasia Basmalah : Kunci Memahami Mutasyabihat

Bismi dalam Basmalah menjadi kunci, karena ia menggambarkan alur turunnya ilmu dari Tuhan ke dalam hati manusia yang suci.

>ب (Ba)---> Alam Sirr : Ilmu Tuhan yang menjadi sumber segala makna.

>س (Sin)---> Alam Ruh : Dimensi barzakh, tempat di mana makna-makna hakikat Al Qur'an disingkap dan ditransformasikan.

>م (Mim)---> Alam Jiwa : Manusia yang telah disucikan dan yang hatinya telah dapat memahami hakikat Al Quran.

"Tidak ada yang dapat menyentuhnya (Al-Qur'an) kecuali mereka yang disucikan." (QS. Al-Waqi'ah: 79)

Dalam perspektif ini, ayat "Lā yamassuhu illā al-muṭahharūn" menjadi sangat selaras dengan hakikat بسم :

• Hanya mereka yang telah mencapai kesucian (المطهرون) yang dapat menyentuh hakikat ilmu hakiki yang bersumber dari ب.

• Ilmu ini tidak bisa diakses oleh sembarang orang, tetapi hanya oleh mereka yang telah melalui proses pembersihan batin dalam س dan akhirnya menjadi م yang menerima langsung dari ب.

• Ini juga berhubungan dengan "rasikhun fil ‘ilm" yang memahami mutasyabihat, karena mereka telah tersambung dengan sumber hakikat.

• Maka, "Lā yamassuhu illā al-muṭahharūn" adalah hukum tetap yang menjelaskan kenapa tidak semua orang bisa menyentuh makna hakikat Al-Qur'an—karena hanya mereka yang telah melewati proses penyucian dan pembimbingan langsung oleh Tuhan yang dapat menyerap hakikatnya.

• Inilah mengapa hanya mereka yang telah mencapai penyucian diri yang mampu memahami makna batin ayat Al-Qur’an.

Kesimpulan

• Setiap ayat dalam Al-Qur’an memiliki dua dimensi makna: lahir (muhakamat) dan batin (mutasyabihat).

• Muhakamat bukan berarti lebih tinggi dari Mutasyabihat, keduanya adalah satu kesatuan yang saling melengkapi.

• Orang yang hanya memahami makna lahir (syariat) akan melihat Al-Qur’an sebagai kitab hukum, tetapi mereka yang mencapai makna batin akan melihat Al-Qur’an sebagai kitab hakikat.

• Hanya mereka yang telah mencapai penyucian diri yang dapat memahami aspek mutasyabihat dari setiap ayat.

• Basmalah adalah kunci utama dalam memahami bagaimana ilmu hakikat turun ke dalam diri manusia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar