Halaman

Kamis, 13 Februari 2025

Baitul Ma’mur, Baitul Maqoddas, dan Baitul Muharram : Peta Spiritual dan Geopolitik Dunia

Mang Anas 

Pendahuluan : Sejarah adalah Cerminan Dari Realitas Kesadaran Manusia 

QS. Al-A'raf: 96:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Terjemahan:
"Dan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka perbuat." (QS. Al-A'raf: 96)

Kerangka Pikir :

1. Baitul Muqoddas [ simbolisasi Perut dan Kelamin ] ---> 2. Baitul Muharram [ Simbolisasi dari Dada ] ---> 3. Baitul Makmur [ simbolisasi dari Kepala ].

Sejarah peradaban manusia bukan sekadar peristiwa politik dan ekonomi, tetapi juga refleksi dari tingkat kesadaran spiritual suatu bangsa. Konflik yang terjadi di Timur Tengah—antara Arab dan Israel—bukan hanya tentang perebutan wilayah atau ideologi, tetapi tentang ketidakseimbangan dalam perjalanan kesadaran umat manusia.

Konsep Baitul Ma’mur, Baitul Maqoddas, dan Baitul Muharram bukan hanya sekadar tempat fisik dalam Islam dan dunia tasawuf, tetapi juga simbol dari tiga tahapan transformasi kesadaran manusia dan peradaban. Jika pola ini dipahami dengan benar, maka kita akan bisa melihat peta dan akar masalahnya dengan jelas, mengapa dunia [ khususnya Timur Tengah ] terus berkonflik dan bagaimana stabilitas bisa dipulihkan.

---

1. Tiga Tingkatan Kesadaran dalam Millah Ibrahim

Dalam ajaran tauhid yang dibawa oleh Ibrahim, perjalanan manusia menuju Tuhan bisa digambarkan dalam tiga tingkatan:

A. Baitul Maqoddas → Simbol Materialisme dan Syariat Kaku

Ditempati oleh Bani Israil (keturunan Ishaq).

Mewakili kesadaran yang masih terikat pada dunia, hukum, dan politik.

Kaum Yahudi dalam sejarahnya lebih menekankan hukum syariat tanpa hakikat, sehingga ketika Isa Al-Masih datang membawa kesadaran baru, mereka menolaknya.

Dalam realitas hari ini, Israel tetap berada dalam pola ini—mengejar kekuasaan, dominasi politik, dan ekonomi, tetapi kehilangan esensi spiritual.

B. Baitul Muharram → Simbol Keseimbangan Syariat dan Hakikat

Ditempati oleh keturunan Ismail, yang melahirkan Nabi Muhammad.

Islam membawa jalan tengah antara syariat dan hakikat.

Muhammad bukan hanya membawa hukum (syariat), tetapi juga membawa kesadaran ruhani yang dalam (hakikat).

Seharusnya Islam menjadi titik keseimbangan dunia. Namun, dalam kenyataannya, umat Islam belum sepenuhnya menghidupkan ajaran ini secara utuh.

C. Baitul Ma’mur → Simbol Kesadaran Tertinggi dan Tauhid Universal [ Puncak dari perjalanan spiritual manusia ]. 

Dalam Al-Qur'an, Baitul Makmur disebut sebagai Ka'bah yang berada di langit, mencerminkan kesadaran tertinggi yang belum dicapai umat manusia secara kolektif.

Jika dunia Islam benar-benar menjalankan Islam secara utuh dan dunia Yahudi kembali kepada hakikat Isa dan Yahya [ Keseimbangan Hakikat dan Syariat ], maka keseimbangan global bisa tercapai.

---

2. Mengapa Dunia Masih Terjebak dalam Baitul Maqoddas ?

Saat ini, dunia masih dikendalikan oleh kesadaran Baitul Maqoddas, di mana:

Politik, ekonomi, dan materialisme lebih dominan daripada kesadaran spiritual.

Dunia Islam belum menjadi "Muhammad" yang sejati, masih terpecah belah dan kehilangan ruhnya.

Israel masih menolak Isa, dan tetap pada pola syariat kaku serta dominasi duniawi.

Akibatnya, konflik di Timur Tengah bukan hanya tentang perebutan tanah, tetapi pertarungan antara dua tingkat kesadaran yang belum menemukan keseimbangannya.

---

3. Jalan Menuju Kesadaran Baru : Kembali ke Baitul Ma’mur [ Millah Ibrahim ].

Bagaimana dunia bisa keluar dari konflik ini dan mencapai kesadaran tertinggi (Baitul Ma’mur)?

1. Dunia Islam Harus Kembali ke Muhammad yang Sejati

Bukan hanya menjalankan ritual syariat, tetapi menghidupkan hakikat Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Menjadi pemimpin moral dan spiritual dunia, bukan hanya terjebak dalam politik dan konflik internal [ cerminan dari kesadaran beragama yang masih berada di tingkat kulit ].

2. Israel Harus Kembali ke Petunjuk Yahya dan Isa Al-Masih Yang Sejati 

Bukan hanya memikirkan hukum dan politik [ kultur Yahudi Farisi ], tetapi memahami hakikat ruhani [ Ajaran Isa Al-Masih ] yang pernah mereka tolak.

Jika mereka mengakui Isa sebagai pembawa hakikat dan Yahya sebagai pembawa syariat, maka kesadaran mereka akan naik ke tingkat berikutnya.

3. Kesadaran Global Harus Bergeser dari Materialisme [ agama  kulit ] ke Tauhid Universal [ Hakikat agama ]

Dunia saat ini masih dalam perang antara kekuasaan material dan kebangkitan spiritual.

Jika keseimbangan ini terjadi, konflik dunia akan berakhir, dan manusia akan masuk ke fase kesadaran yang lebih tinggi.

---

Kesimpulan: Apakah Dunia Siap Menuju Baitul Ma’mur [ Surga Yang Termanifestasi Di Bumi ] ?

Dunia masih berada dalam fase Baitul Maqoddas [ dominasi jasmani ], di mana syahwat politik dan materialisme mendominasi.

Islam belum sepenuhnya menjadi Baitul Muharram [ keseimbangan jiwa ], karena masih terpecah dan kehilangan keseimbangan syariat-hakikat.

Israel belum kembali kepada ajaran Yahya dan Isa, sehingga tetap berada dalam mentalitas syariat kaku dan materialisme ala kaum Farisi.

Solusinya ? Kesadaran global harus segera bergeser.

Islam harus kembali kepada hakikatnya sebagai rahmatan lil alamin [ Al Qur'an yang hakikat dan syariat ].

Yahudi harus kembali kepada kesadaran Yahya [ syariat ] dan Isa [ hakikat ].

Baru dunia bisa memasuki Baitul Ma’mur [ Millah Ibrahim ]—yaitu kesadaran tauhid universal dan persaudaraan global.

> Inilah yang sebenarnya Tuhan inginkan sejak awal: peradaban yang tidak hanya maju secara fisik, tetapi juga mencapai kesadaran spiritual tertinggi.

QS. Al-Ma'idah: 48:

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّۚ لِكُلٍّۢ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةًۭ وَمِنْهَاجًۭاۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًۭا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Terjemahan:

"Dan Kami telah menurunkan kepadamu Kitab [ Al-Qur'an ] dengan kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menjaganya. Maka, putuskanlah perkara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan syariat dan jalan (yang berbeda-beda). Jika Allah menghendaki, tentu Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu Dia akan memberitahukan kepadamu tentang apa yang dahulu kamu perselisihkan." (QS. Al-Ma'idah: 48)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar