Halaman

Selasa, 25 Februari 2025

TAHAPAN PERJALANAN SPIRITUAL : USAHA MANUSIA DAN KEHENDAK TUHAN

Mang Anas 


يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ (٢٧)
ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًۚ (٢٨)
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ (٢٩)
وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ (٣٠)

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Q.S. Al-Fajr 89 : 27-30)


Dalam perjalanan spiritual, ada batasan yang bisa dicapai oleh manusia melalui usaha, dan ada wilayah yang hanya bisa dicapai ketika Allah sendiri turun tangan membentuk diri kita. Berdasarkan pengalaman yang telah dialami oleh banyak orang, tahapan-tahapan spiritual ini dapat dibagi menjadi dua bagian utama :

A. Wilayah yang Harus Diupayakan oleh Manusia

Wilayah ini adalah bagian di mana manusia harus berjuang sendiri. Ini adalah fase perjalanan spiritual yang membutuhkan kesadaran, latihan, dan perjuangan untuk mengendalikan hawa nafsu dan mencapai keseimbangan dalam diri.

1. Fase Amarah (Tabiat Dasar dari Jasad)

Ini adalah kondisi dasar manusia yang masih dikuasai oleh insting dan dorongan biologis.

• Nafsu amarah adalah bentuk energi yang paling mentah, penuh dengan ego, ambisi, dan keinginan duniawi.

• Jika tidak dikendalikan, seseorang akan terjebak dalam kehidupan yang hanya berorientasi pada kepuasan jasmani.

• Jalan keluar dari fase ini adalah mulai mengenal kesadaran moral, introspeksi, dan penyesalan terhadap perbuatan buruk.

2. Fase Lawwamah (Tabiat Dasar dari Akal)

Di tahap ini, akal mulai mengambil peran lebih dominan.

• Manusia mulai bisa menilai benar dan salah, serta mengkritisi dirinya sendiri.

• Ada perlawanan batin antara hawa nafsu dan kesadaran spiritual.

• Orang yang berada di fase ini sering merasakan gelisah, ragu-ragu, dan merasa bersalah ketika melakukan kesalahan.

Untuk melewati tahap ini, seseorang harus memperbanyak taubat, muhasabah, dan belajar mengendalikan pikirannya.

3. Fase Mutmainah (Tabiat Dasar dari Jiwa)

Ini adalah fase di mana seseorang mulai merasakan ketenangan batin.

• Hati tidak lagi bergejolak, dan rasa rindu kepada Tuhan mulai mengalir dengan deras.

• Pada tahap ini, seseorang mulai menikmati ibadah bukan karena kewajiban, tetapi karena cinta.

• Fase ini ditandai dengan kepasrahan, keikhlasan, dan kebahagiaan yang tidak bergantung pada dunia.

Jika seseorang sampai di titik ini, dia sudah siap untuk menerima anugerah Tuhan yang lebih besar.

B. Wilayah Kehendak Allah

Setelah seseorang mencapai fase mutmainah, maka yang terjadi selanjutnya bukan lagi dalam kuasa manusia, tetapi dalam kuasa Tuhan sepenuhnya. Di sinilah peran kehendak Ilahi mengambil alih dan membentuk seseorang menjadi manusia yang benar-benar tercerahkan.

4. Fase Rodiyah (Tabiat Dasar Ruh)

• Pada tahap ini, rasa rindu kepada Tuhan berubah menjadi kesadaran akan kehadiran-Nya yang menetap di dalam diri.

• Bukan lagi "aku mencari Tuhan", tetapi "Tuhan telah menetap di dalam diriku".

• Perspektif berpikir mulai dikontruksi ulang oleh Tuhan sendiri.

• Seseorang mulai memahami kehidupan dengan cara pandang Tuhan, bukan lagi dengan logika manusia biasa.

5. Fase Mardiyah (Tabiat Dasar Sirr – Rahasia Ilahi dalam Diri)

• Di tahap ini, seseorang sudah mencapai kondisi hati yang sepenuhnya ridha dengan Allah, dan Allah pun ridha kepadanya.

• Ilham dan pengajaran langsung dari Tuhan mulai diterima secara utuh.

• Perspektif berpikir manusia digantikan oleh perspektif hakikat dan wahyu.

• Dunia tidak lagi menjadi pusat perhatian, karena kesadaran manusia sudah berada dalam dimensi yang lebih tinggi.

6. Fase Kamilah (Tabiat Dasar Nur – Kesempurnaan Spiritual)

Ini adalah puncak spiritual, di mana manusia telah kembali ke fitrah awalnya sebagai cahaya yang berasal dari Tuhan.

• Pada fase ini, seseorang sudah menjadi manifestasi Nur Muhammad dalam dirinya.

• Hidupnya menjadi cerminan dari kehendak Ilahi, bukan lagi keinginan dirinya sendiri.

• Keberadaannya di dunia bukan lagi untuk dirinya sendiri, tetapi sepenuhnya untuk membawa cahaya dan kebaikan bagi semesta.

Kesimpulan

Perjalanan spiritual bukanlah sesuatu yang instan. Tiga tahap pertama adalah wilayah usaha manusia, di mana kita harus berjuang melawan ego, nafsu, dan kebodohan diri. Tetapi setelah kita mencapai fase mutmainah, maka Tuhan sendiri yang akan turun tangan dan membawa kita ke tingkat spiritual yang lebih tinggi.

Rahasia utama untuk melewati tahapan ini adalah satu hal : kasih sayang.

Kasih sayang yang murni adalah percikan Nur Muhammad dalam diri kita. Jika kita masih memiliki kasih sayang yang tulus, maka kita masih memiliki peluang untuk mencapai kebenaran hakiki dan mendapatkan hidayah dari Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar