Mang Anas
Pendahuluan
Dalam ajaran Kristen, terdapat doktrin bahwa Yesus Kristus datang ke dunia untuk menebus dosa manusia dengan cara disalib. Doktrin ini menjadi fondasi utama bagi konsep keselamatan dalam Kekristenan. Namun, jika kita menelaah secara rasional dan konsisten dengan prinsip logika, banyak aspek dalam doktrin ini yang justru bertentangan dengan akal sehat.
Al-Qur’an dalam QS. An-Nisa’ 4:82 menegaskan:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya."
Dari ayat ini, kita bisa mengambil prinsip bahwa ajaran yang benar seharusnya bebas dari kontradiksi. Jika sebuah konsep penuh dengan pertentangan, maka itu menunjukkan bahwa ajaran tersebut tidak berasal dari Tuhan. Mari kita analisis beberapa kontradiksi logis dalam doktrin penebusan dosa.
---
1. Kontradiksi dalam Waktu Penebusan
Jika penebusan dosa Yesus adalah satu-satunya cara manusia bisa selamat, maka muncul pertanyaan besar:
Mengapa Yesus baru datang ribuan tahun setelah Adam dan Hawa berdosa?
Mengapa Tuhan tidak langsung mengirim Yesus sejak zaman Adam atau Nuh agar semua manusia bisa ditebus sejak awal?
Jika manusia sebelum Yesus bisa selamat tanpa penebusan, berarti penebusan Yesus tidak mutlak diperlukan. Tetapi jika mereka tidak bisa selamat, maka Tuhan tidak adil karena membiarkan miliaran manusia hidup tanpa kesempatan untuk ditebus.
---
2. Kontradiksi dalam Peran Yudas dan Para Imam Yahudi
Menurut ajaran Kristen, penyaliban Yesus adalah bagian dari rencana Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Namun, yang menyalibkan Yesus justru adalah:
1. Yudas Iskariot yang dibisiki Iblis, akhirnya mengkhianati Yesus demi uang.
2. Para Imam Yahudi, yang menghasut rakyat untuk menolak Yesus.
3. Pontius Pilatus, yang menjatuhkan hukuman mati.
4. Tentara Romawi, yang melakukan eksekusi penyaliban.
Jika tanpa mereka Yesus tidak akan disalib, berarti mereka adalah bagian dari rencana Tuhan. Lalu mengapa mereka dikutuk sebagai pengkhianat dan penjahat? Seharusnya, mereka justru berjasa dalam rencana keselamatan!
Hal ini menciptakan paradoks besar:
Jika mereka berdosa karena menyalibkan Yesus, berarti penyaliban bukan rencana Tuhan.
Jika penyaliban memang rencana Tuhan, berarti mereka tidak bersalah.
Doktrin ini menjadi tidak konsisten secara logika.
---
3. Kontradiksi dalam Keadilan Tuhan
Dalam doktrin penebusan dosa, dikatakan bahwa Tuhan hanya bisa mengampuni manusia jika ada pengorbanan darah, yaitu Yesus yang mati di kayu salib. Ini menimbulkan beberapa pertanyaan:
Jika Tuhan Maha Pengampun, mengapa Dia perlu pengorbanan darah?
Bukankah Dia bisa langsung mengampuni seperti dalam Islam, tanpa perlu ada pengorbanan manusia yang tak bersalah?
Mengapa dosa ditimpakan kepada Yesus yang tidak bersalah?
Jika seseorang bersalah, maka logikanya dialah yang harus bertanggung jawab. Tapi dalam doktrin Kristen, dosa manusia ditimpakan kepada Yesus yang tidak berdosa. Ini bertentangan dengan prinsip keadilan.
Jika Yesus telah menebus dosa manusia, mengapa manusia masih berdosa setelah penebusan ?
Seharusnya, setelah penyaliban Yesus, tidak ada lagi dosa di dunia. Tapi kenyataannya, manusia tetap berdosa bahkan setelah Yesus wafat. Lalu, apa gunanya penebusan dosa ini?
---
Kesimpulan: Doktrin Penebusan Dosa Gugur Secara Logika
Berdasarkan analisis di atas, kita melihat bahwa doktrin penebusan dosa melalui penyaliban Yesus mengandung terlalu banyak kontradiksi logis. Jika kita menerapkan standar rasional yang bebas dari pertentangan, maka doktrin ini tidak dapat diterima secara logis.
Dalam QS. An-Nisa' 4:82, Al-Qur'an memberikan standar bahwa kebenaran dari Tuhan haruslah konsisten dan bebas dari pertentangan. Karena doktrin penebusan dosa mengandung banyak kontradiksi, maka secara logis, doktrin ini tidak mungkin berasal dari Tuhan.
Jika Tuhan Maha Pengampun, maka Dia tidak memerlukan penebusan darah untuk mengampuni manusia. Dalam Islam, pengampunan Tuhan diberikan kepada mereka yang bertobat dengan ikhlas, tanpa perlu ada penyaliban atau pengorbanan manusia suci.
Oleh karena itu, berdasarkan logika, rasionalitas, dan keadilan Tuhan, doktrin penebusan dosa dalam Kekristenan gugur secara rasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar