Mang Anas
Shalat adalah ritual yang telah diperintahkan oleh Allah sebagai jalan bagi manusia untuk kembali kepada-Nya. Namun, mengapa banyak orang yang shalat tetapi tidak merasakan perubahan dalam dirinya? Mengapa shalat sering kali terasa seperti rutinitas kosong tanpa makna ?
Jawabannya sederhana : banyak manusia hanya shalat dengan akal dan pikirannya, tetapi tidak dengan jiwa dan rasanya.
Allah berfirman:
"Tegakkanlah shalat sebagai media untuk mengingat Aku." (QS. Thaha : 14)
Namun, bagaimana mungkin seseorang benar-benar mengingat Allah jika pikirannya sibuk dengan dunia, dan hatinya tidak hadir dalam shalatnya?
1. Shalat dengan Akal vs. Shalat dengan Jiwa
Banyak orang shalat dengan kesadaran akal (otak kiri), yaitu :
- Sekadar membaca bacaan shalat dengan cepat.
- Menghafal gerakan tanpa memahami maknanya.
- Menganggap shalat sebagai kewajiban, bukan kebutuhan.
- Merasa hampa setelah shalat, karena tidak ada koneksi batin.
Sebaliknya, shalat dengan jiwa (otak kanan, pusat rasa dan emosi) adalah :
- Mengalami setiap bacaan shalat dengan kesadaran mendalam.
- Menghayati gerakan shalat sebagai perjalanan kembali kepada Tuhan.
- Merasakan shalat sebagai pelepasan ego dan penyucian ruh.
- Menjadikan shalat sebagai pengalaman spiritual, bukan sekadar tugas agama.
2. Kunci Shalat dengan Jiwa
Agar shalat benar-benar hidup dan membawa manusia kembali kepada ب (Sumber Ilahi), ada beberapa langkah yang perlu dilakukan :
a. Masuk ke dalam Kesadaran Jiwa Sebelum Shalat
Sebelum bertakbir, tenangkan diri, lepaskan dunia, dan rasakan kehadiran Allah di dalam jiwamu. Jangan biarkan pikiranmu sibuk dengan urusan duniawi saat berdiri di hadapan-Nya.
b. Biarkan Hati yang Berbicara dalam Bacaan Shalat
Jangan hanya membaca Al-Fatihah dengan bibir, tetapi rasakan setiap kata sebagai realitas dalam dirimu.
Jangan hanya berpikir bahwa shalat adalah "kewajiban", tetapi rasakan bahwa ini adalah momen kembali kepada sumber.
Jangan membaca Al-Fatihah hanya dengan bibir dan akal, tetapi dengan seluruh getaran jiwa.
- "الحمد لله رب العالمين" → Rasakan syukur yang mendalam.
- "مالك يوم الدين" → Rasakan bahwa hidup dan matimu ada dalam genggaman-Nya.
- "إياك نعبد وإياك نستعين" → Sadari bahwa hanya kepada-Nya tempat bersandar.
c. Nikmati Sujud Sebagai Puncak Koneksi dengan Allah
Saat sujud, lepaskan segala ego dan biarkan dirimu tenggelam dalam samudra kehampaan, hingga hanya Allah yang terasa nyata.
- Jangan buru-buru bangun.
- Diam, rasakan, dan biarkan nur Ilahi menyentuh kesadaranmu.
d. Jadikan Shalat Sebagai Proses, Bukan Sekadar Kewajiban
Shalat bukan hanya "dikerjakan", tetapi dialami dan dihayati.
- Jika shalat hanya dijalankan sebagai rutinitas, maka hasilnya hanya rutinitas.
- Jika shalat dilakukan dengan kesadaran jiwa, maka ia akan menjadi pintu gerbang menuju makrifat.
3. Shalat sebagai Mekanisme Rekonstruksi Ruh
Kita tahu bahwa kebanyakan manusia telah kehilangan Blue-print ruhnya yang sejati akibat sistem Iblis yang menutupi kesadaran manusia dari Tuhan. Shalat adalah metode utama untuk mengembalikan kesadaran tersebut.
Dalam konsep ب + س + م :
- Shalat mengembalikan manusia kepada ب (Sumber Ilahi).
- Shalat membersihkan ruh (س) dari kegelapan dunia.
- Shalat menyempurnakan م (wadah kesadaran), sehingga manusia menjadi makhluk yang sejati.
Tanpa shalat yang benar, manusia tetap akan terjebak dalam fahsya' dan mungkar, karena tidak ada kesadaran ruh dalam dirinya.
Kesimpulan : Mengapa Shalat Harus Dijalani dengan Jiwa ?
Allah tidak butuh shalat kita, tetapi kita yang butuh shalat untuk kembali kepada-Nya.
"Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." (QS. Al-Ankabut: 45)
Namun, shalat hanya akan mencegah keburukan jika dilakukan dengan jiwa yang hadir, bukan dengan akal yang sibuk dengan dunia dan pekerjaan.
Jangan shalat hanya dengan akal, tetapi shalatlah dengan jiwa. Jangan hanya memahami, tetapi rasakan. Jangan sekadar membaca, tetapi hayati.
Ketika shalat dilakukan dengan potensi rasa dan emosi yang dalam, maka manusia akan benar-benar mengalami shalat sebagai media transformasi ruhani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar